Ahra | Dua Belas
Ahra Final Side
Sepertinya hari ini Tuhan tengah berbaik hati pada Ahra.
Ahra masih di izinkan membuka matanya di pagi hari ini, lalu dibiarkan kembali merasakan perasaan bahagia bersama dengan orang orang yang disayanginya.
Walau hanya bisa memandang dari jauh, Ahra bersyukur bisa kembali menatap Hanna yang tengah menyesap teh-nya, dengan diselimuti selendang biru yang menutupi bahunya dari hembusan angin malam.
Hari ini, Ahra pun bisa merasakan bahwa semua doa doa yang selalu ia bisikan pada Tuhan, berbalas.
Ahra selalu meminta seseorang yang bisa dijadikannya sandaran saat merasa terpuruk, tapi Tuhan mengirimkan enam lelaki yang dengan suka rela memberikan bahunya untuk Ahra bersandar selama dua hari ini.
Ahra memohon, agar dirinya bisa kembali merasakan indahnya dunia di saat saat terakhirnya. Siang tadi, Tuhan mengabulkan doanya.
Bersama keenam lelaki yang Tuhan kirimkan, ia bisa kembali tertawa di tengah rasa sakitnya. Ahra bisa kembali merasakan kehangatan di tengah beku yang perlahan semakin membelenggu dirinya.
Ia masih bisa tertawa lepas walau dalam diam, ia merintih kesakitan. Matanya bisa kembali memancarkan kebahagiaan, walau tak jarang ia menangis di setiap malamnya.
Sudah dua malam Ahra menutup harinya dengan memandangi langit yang bermandikan bintang di atas sana. Juga dengan mereka yang berada di sampingnya, menemaninya.
Situasi yang sudah dilaluinya ini, membuat Ahra tersenyum hangat dengan kelopak mata yang perlahan memejam tanpa bisa ia kendalikan.
Ahra menghembuskan nafasnya yang hangat di tengah dinginnya udara malam, namun tetap terasa hangat untuk dirinya saat ini.
Itu karena ia memeluk Jimin di sisinya, Hoseok yang menggenggam tangannya serta Taehyung yang tengah memeluk kaki ringkihnya dengan kepala yang ia sandarkan di atasnya.
Semuanya terasa hangat di tengah dingin yang semakin menyapa di setiap jengkal tubuhnya.
Taehyung bangkit dari posisinya dengan cepat, membuat kotak yang berada di pangkuan Ahra terjatuh karena ulahnya.
Menyebabkan isi dari kotak tersebut berceceran, lalu semakin tak beraturan karena beberapa foto dan surat yang ada di dalamnya, berterbangan karena tertiup oleh angin malam.
Sinar matahari sudah berada tepat di atas kepala Jimin. Membuat lelaki tersebut sedikit mengernyit saat ia merasakan panasnya matahari menusuk tepat di kulit kepalanya.
Entah mengapa, ia merasa bahwa hari ini panas matahari berbeda dengan hari hari sebelumnya. Lebih terasa panas dan menyesakan.
Hari ini, Jimin mengabulkan permintaan Ahra yang memintanya untuk menemui Hanna.
"Tapi, Jim, aku ingin bertemu Eomma dengan diantarkan oleh Appa." Tambah Ahra kemarin, yang membuat Daewon kini berada diantara keduanya. Walau sedikit canggung, Jimin tetap menuruti permintaan gadis kesayangannya itu. Karena ia yakin, kini Ahra tengah berbahagia dalam diamnya.
Terlebih saat lelaki paruh baya tersebut memeluk Ahra dengan lembut, membuat Jimin yang melihatnya sedikit terhenyak.
Karena ia tahu, hubungan Ahra dan Ayahnya itu kurang baik. Tapi kini, ia cukup senang saat Ahra dapat kembali merasakan hangatnya pelukan sang Ayah, walau ia tahu, ini bisa menjadi yang terakhir kalinya gadis tersebut merasakan pelukan sang Ayah.
"Ayo, kita masuk."
Jimin mengangguk, lalu mengikuti Daewon yang sudah lebih dulu melangkah, dengan Ahra di genggamannya.
Dalam hati, Jimin berharap bahwa apa yang Ahra rencanakan akan berhasil.
Ahra hanya ingin kedua orang tuanya saling bertegur sapa. Hanya sebatas itu. Ia ingin kedua orang tuanya sama seperti orang tua - orang tua lainnya yang harmonis.
Walau hanya dalam skenario, Ahra ingin melihat kedua orang tuanya berada dalam satu frame yang sama untuk yang terakhir kalinya.
Hanna membuka pintu rumah setelah mendengar ketukan pintu yang di lakukan oleh Daewon.
Senyum Hanna perlahan luntur saat mendapati Daewon di hadapannya, membuat Jimin cemas dalam diam.
Tenang Ahra, ini tidak akan berakhir buruk seperti sebelumnya. Gumam Jimin dalam hati, berharap Ahra dapat mendengarnya.
"Ada apa kau kemari ? Ahra sedang tidak ada di rumah." Kata Hanna dengan cepat.
Daewon menganggukan kepalanya, ia tahu bahwa Ahra tidak ada dirumah. Karena Ahra sedang bersama dengannya saat ini.
"Aku tahu," jawab Daewon, membuat Hanna mengernyit bingung. Lalu ia melirik Jimin yang berada di balik punggung Daewon. "Ahra masih bersamamu, Jim ?"
Jimin yang sedaritadi menundukan kepalanya, perlahan menatap Hanna yang memandangnya dengan tatapan cemas. Seolah menantikan jawaban yang mampu menampik suatu hal yang terus bersarang di kepalanya akhir akhir ini.
"Ahra, ada bersama Ahjussi, Eommonim." Jawabnya pelan, yang langsung membuat Hanna menatap Daewon nyalang.
"Dimana Ahra ?! Kembalikan dia!!"
Mendengar suara histeris Hanna, perlahan Jimin pun melangkah melewati Daewon lalu menenangkan wanita yang sudah ia anggap sebagai Ibunya sendiri itu.
Jimin meraih kedua tangan Hanna yang terus menyerang Daewon yang hanya diam tanpa melakukan perlawanan apapun pada Hanna.
Melihat Jimin yang sudah bersusah payah untuk menenangkan Hanna, Daewon pun mulai membuka suaranya.
"Aku kesini untuk membawa pulang Ahra," katanya, membuat Hanna yang berada di kukungan Jimin, perlahan menenang dengan sendirinya.
"Ahra hanya ingin dirimu yang membawanya ke rumah." Daewon menyerahkan guci yang sedaritadi berada di dalam pelukannya, pada Hanna dengan lengan yang bergetar.
"Ahra .. ingin menuju rumah terakhirnya, bersamamu.. Hanna." Suara Daewon tercekat, "dia tak membutuhkanku, dia hanya ingin bersamamu."
Melihat guci yang diangsurkan oleh Daewon, membuat Hanna mematung lemah. Yang perlahan meluruh karena tak mampu lagi menopang tubuhnya. Beruntung Jimin berhasil menahannya, sehingga Hanna tidak benar benar tersungkur di atas lantai.
Melihat Hanna yang masih menatap kosong guci yang berada di genggamannya, Daewon pun ikut bersimpuh di hadapan Hanna juga Jimin.
"Aku membawa Ahra pulang padamu."
Surat itu terjatuh di bangku yang biasa Hanna tempati di setiap malamnya. Seolah angin memang membawanya pada si penerima.
"Eomma, jika suatu hari nanti aku pulang dalam keadaan sudah menjadi abu, apa Eomma bersedia membawaku ke pemakaman ?
Jangan sebarkan abunya di tengah laut, cukup mendengar doa Eomma di setiap berkunjung ke pemakaman, aku sudah merasa bahagia.
Eomma, sekarang Ahra akan bertemu dengan Bibi Anna. Eomma jangan khawatir, aku sekarang sudah baik baik saja.
Tertanda, gadismu.
Aku menyayangimu, Bae Hanna."
Walau tercekat, Hanna berhasil membaca isi surat yang ada di atas bangkunya malam itu.
Dan malam itu, Tuhan kembali mengabulkan satu doa Ahra.
Tuhan menjemput Ahra di tengah perasaan bahagianya. Membuat Ahra pergi tanpa penyesalan serta meninggalkan senyuman terakhir yang terpatri di wajah pucat wanita tersebut.
Yang menandakan bahwa kini ia baik baik saja.
2021 - 23 - 03
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top