° One °
Hari ini sudah memasuki musim semi, di mana bunga sakura sudah mulai mekar dengan sangat indah.
Rasanya, waktu berjalan sangat cepat, setidaknya, begitulah pikir seorang Raiden (Name). Sudah lama sekali sejak ia meninggalkan jalan pengembara dan memilih menetap di Inazuma bersama dengan kakak perempuan--juga salah satu boneka ciptaan sang kakaknya itu.
Saat ini, sang adik kandung dari archon electro tengah berada di Tenshukaku, di kamar khusus yang sudah diberikan oleh Ei. Betapa senang dirinya, kamar yang ia tempati jauh lebih nyaman dibandingkan rumah seadanya yang dulu pernah ia tempati.
(Name) memerhatikan rak yang banyak berisi action figure dan plush dari dewa yang sangat dia kagumi, yang tak lain dan tak bukan adalah archon geo dari negeri tetangga, Rex Lapis. Ia selalu menjaganya dengan baik, bahkan mengunci lemarinya supaya tidak dicuri seperti terakhir kali Yae Miko menggunakannya untuk mengancam (Name). Dengan hati-hati, ia mengeluarkan beberapa figure untuk ia bersihkan.
"Hei." Suara khas seperti sang kakak dari (Name), tetapi dengan nada suara yang berbeda jauh dapat ia dengar dibarengi dengan suara pintu shoji yang dibuka.
(Name) sudah tahu siapa sosok yang datang, ia enggan menyambutnya dengan baik-baik. "Minimal ketuk pintunya, bisa?"
"Malas."
Demi archon. Jikalau (Name) masihlah (Name) yang barbar seperti saat dia masih berada di sisi Rex Lapis, dengan senang hati pedang miliknya akan menoreh luka di tubuh sang boneka, atau minimal tinjunya akan melayang ke wajahnya. Hanya saja, ia sedang berada di Tenshukaku yang agung, dan bagaimanapun juga kakaknya tinggal di sana.
Jadi, terpaksa (Name) mengalah meskipun dalam hati ia ingin menghajar boneka itu.
"Kamarmu berantakan sekali," cibir sang Shogun, boneka yang diciptakan oleh Ei yang kini sudah menjadi sosok persona. Ia memandang (Name) dengan tatapan menghina. "Dan bisa-bisanya kau sibuk mengurusi benda bodoh itu."
"Tak tahu malu kau, Raiden (Name)."
Perempatan siku imajiner muncul di kepala (Name), kala Shogun menghina sosok dewa yang sangat ia elu-elukan itu, selain kakaknya. "Jaga bicaramu, Shogun. Ini adalah figure deluxe Rex Lapis edisi terbatas."
"Kalau kau hina lagi, kau akan merasakan murka sang geo."
Shogun memandang gadis itu dengan tatapan datar, tetapi lama-lama ia menyipit tajam lantaran mendengar perkataan (Name). "Kau ini abdiku, Raiden (Name). Kau menyembahku, archon electro."
"Hanya ada tiga dewa yang menerima persembahanku; Makoto-neesama, Ei-neesama, dan Rex Lapis." (Name) kemudian menyimpan kembali figure Rex Lapis ke dalam lemari, kemudian menguncinya rapat-rapat. "Dan kau, yang hanya persona dari kakakku tidak layak menerima persembahanku."
"Sudahlah. Lagipula, apa urusanmu datang ke kamarku?" tanya (Name) sembari memutar bola matanya malas. "Cari ribut saja kau."
"Memangnya kau kira aku mau ke sini tanpa alasan? Buang-buang waktu saja." Shogun membalas dengan nada kesal. "Kau dipangggil Ei. Ayo ikut aku."
Ei kemudian menarik paksa tangan (Name). Sementara itu, sang gadis memilih untuk menepis paksa tangan Shogun yang mencengkram pergelangan tangannya. "Tidak usah kau tarik-tarik aku juga bakalan ikut."
"Terserah. Cepat sedikit jalannya, lelet sekali kau."
"Kau bawel sekali, Shogun. Mau kuhajar mulut lancangmu itu, hah?"
Langkah Shogun terhenti ketika mendengar (Name) seolah menantangnya. Kini mereka berdua sudah berada di ruang utama Tenshukaku. Keduanya saling berhadap-hadapan, Shogun memandang gadis itu lekat-lekat.
"Oh. Sekarang kau mau menantangku, Raiden (Name)?" Shogun memicingkan matanya tajam, kemudian entah sejak kapan sebuah tombak sudah ia genggam erat-erat. "Kau ini senang cari gara-gara, ya."
Seringai yang tak kalah menantang juga terpampang jelas di wajah (Name). Pada detik berikutnya, ia pun sudah menggenggam erat pedang miliknya. "Ini baru menarik. Bagaimana kalau kita bertarung di sini, sekarang?"
Keduanya mengambil posisi yang paling tepat, memandang satu sama lain dengan tatapan waspada. Dua detik kemudian, keduanya saling melesat maju untuk mengayunkan senjata masing-masing.
Namun--
Ctar!
--sambaran petir muncul di tengah mereka, keduanya spontan melangkah mundur.
Rasanya seperti deja vu. Entah sudah berapa kali Shogun dan (Name) melihat sambaran petir ini.
Dari pintu utama, muncul sosok yang serupa dengan Shogun, tetapi versi aslinya. Ia tersenyum 'manis' seraya melipat kedua tangan. "Rasanya aku meminta kalian bertemu denganku, bukan bertengkar begini, deh."
Raiden Ei telah tiba. Dengan senyuman khas yang mampu membuat keduanya merinding.
"Jelaskan, apa yang kalian perbuat ini, Raiden Shogun dan Raiden (Name)."
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top