(XIII)
"Kamu benci aku?"
"Bagian mana dari sikap aku yang nunjukin benci kamu?" bicara dengan Rayaa memang selalu membuat Langit harus sedikit memutar otak.
"Kamu nggak pernah kirim pesan atau nelpon." Rayaa bisa mendengar Langit tertawa, jenis tawa yang mengejek ucapannya.
"Kamu minta aku berhenti, tapi kamu pengen aku tetep jadi Langit yang mengejar kamu? Kamu mau kita terjebak friendzone?"
"Aku...."
"Kamu mau aku gimana sekarang? Jangan buat aku berharap lebih banyak dari sikap kamu sekarang, aku nggak mau kamu jatuhkan lagi untuk kesekian kali." Langit menatap Rayaa, "Kita udah sama-sama dewasa, ketika aku nawarin hatiku untuk kamu miliki. Aku berharap kamu juga menawarkan hal yang sama."
"Aku mau pulang."
"Menghindar bukan tindakan yang tepat. Ray."
"Aku mau kamu tapi aku takut kalau pilihanku salah."
"Coba kenali aku lebih jauh, seperti aku yang berusaha mengenal kamu."
"Deal."
"Namanya apa?"
"Nama apa?" Rayaa mengerutkan keningnya.
"Aku udah pernah nawarin hal serupa sejak awal, tapi kamu dengan segala sikap kamu buat aku pusing. Kamu kayak musim pancaroba yang gampang berubah-ubah." Langit masih berusaha berucap dengan tenang meski Rayaa tahu jika pria di sampingnya sedang menahan kesal karena kebodohannya. "Hubungan kita bisa disebut apa? Kakak-adekzone? Friendzone? Klienzone? atau Zone-zone lain yang nggak aku tau."
"Kita dalam tahap pendekatan."
"Fine, kalau itu mau kamu."
"Aturannya?" tanya Rayaa ketika Langit menyetujui ucapannya begitu saja.
"Aturan apa? memang kita lagi main games ada aturannya?" Langit mulai memanuver mobilnya, mengantar Rayaa sekarang sepertinya hal yang tepat.
"Kayak aku nggak mau kamu deket-deket sama cewek sembarangan."
"Lebih spesifik."
"Aku nggak suka liat mantan-mantan kamu deket sama kamu."
"Aku nggak jamin bisa tepatin." Langit menatap Rayaa sekilas sebelum akhirnya fokus ke jalanan. "Karena aku udah temenan sama mereka dari dulu, egois namanya kalau aku harus kehilangan mereka untuk dapetin kamu."
"Terserah."
"Ajeng kan?" tanya Langit ketika Rayaa merengutkan wajahnya "Kamu nggak suka sama Ajeng?"
"Bukan nggak suka, kamu coba jadi aku. Kalau aku terlalu akrab sama Gavin atau Hesa, memang kamu bakalan terima?"
"Iya, selama kamu berteman nggak pake cinta. Why not? kita hidup nggak cuman tentang sayang dengan pasangan, ada perasaan sayang yang lain juga. Sayang sama temen, sahabat, orang tua." ucap Langit dengan ringannya, seolah tak masalah jika Rayaa mau berdekatan dengan pria manapun.
"Noted."
"Marah lagi?"
"Nggak."
"Berarti iya."
"Nggak." jawab Rayaa kesal. "Aku enggak marah."
"Cewek itu selalu main antonim, berarti sekarang kamu lagi marah."
"Terserah."
*********
Harusnya ada pesan dari Langit yang minimal mengucapkan selamat malam atau have a nice dream. Tapi nihil, Rayaa tak menemukan satu pesanpun dari Langit ketika jarum jam dindingnya hampir menyentuh angka sepuluh.
Rasanya berpacaran dengan Langit itu tak semanis yang pernah ia bayangkan, Rayaa pikir Langit tipe pria perhatian yang mempunyai sejuta kejutan.
Akhirnya Rayaa memberanikan diri mengirim pesana kepada Langit lebih dulu.
Kita pacaran?
Ah, pertanyaan klise. Tapi Rayaa memang tidak suka bertanya langsung, Langit selalu punya cara membuatnya terpojok jika mengobrol langsung.
Langit.
Iya, kalau itu mau kamu.
Kalau aku nggak mau, berarti kita nggak pacaran?
Iya.
Jadi pacaran?
Nanya sekali lagi kamu dapet bulu mata cantik.
Langit, seriusan.
Dari awal aku udah serius, kamu aja yang main tarik ulur.
Jadi ini tanggal jadian kita, inget tanggal Anniversary kita. Kalau lupa aku putusin nanti.
Hm.
Hm apa?
Iya aku tulis tanggalnya, aku catat di kalender handphone.
Rayaa tersenyum melihat balasan terakhir pesan dari Langit, matanya terpejam dengan hati berbunga-bunga bak musim semi.
*******
I
Hate Monday, sama seperti orang kebanyakan. Senin selalu jadi momok menakutkan untuk para pekerja memulai hari. Begitu juga dengan Rayaa.
Mulut Rayaa sudah penuh dengan roti bakar yang dibuatkan Ibunya, sebelah tangannya membawa Tumblr yang berisi teh hangat. Menggendong tasnya lalu berpamitan pada Ibunya, pagi ini ia cukup telat karena tidur terlalu larut.
Memesan Ojek Online adalah hal praktis yang biasa Rayaa lakukan jika telat seperti ini, maunya sih ada orang yang jemput. Pacar barunya mungkin, tapi mana ada Langit datang tiba-tiba menjemput dirinya.
Rayaa baru saja akan pesan order ketika seseorang menekan klakson mobilnya begitu kuat mengurungkannya, Rayaa tahu jelas mobil siapa yang tengah berada di depan gerbang rumahnya. Dan itu bukan Langit.
"Kamu mau berangkat bareng atau terlambat?" tanya Gamar dengan nada sarkastik.
Rayaa menimang-nimang konsekuensi apa yang akan ia terima jika menerima ajakan Gamar, sebenarnya ia bukan tak suka dengan Gamar. Hanya saja sesuatu yang tiba-tiba dilakukan Gamar terlalu membuatnya takut, takut jika Gamar mempunyai niat tidak baik kepadanya. Meski Rayaa tidak tahu apa untungnya untuk Gamar melakukan semua ini.
"Bapak kok bisa di sini? tanya Rayaa setelah ia berhasil duduk di kursi samping kemudi, "Perasaan rumah bapak jauh dari sini deh."
"Kamu Official sama Langit?"
"Hah?"
"Kamu pacaran sama Langit?"
Rayaa tahu maksud dari pertanyaan Gamar sejak awal, tapi bukankah terlalu aneh ketika ia baru saja memperbaiki hubungannya dengan Langit dan pagi ini sudah sampai di telinga Gamar?
"Bapak tau dari mana?"
"Kamu hanya perlu jawab iya atau tidak, bukan malah bertanya balik kepada saya."
"Saya rasa ini bukan urusan bapak."
"Saya anggap jawaban kamu iya. Well,Congrats yaa." ucap Gamar. Ada perasaan tidak enak hati menyelimuti Rayaa saat Gamar mulai diam.
"Kayaknya ini bukan jalan ke kantor deh pak."
"Memang bukan, kita ke Bogor. Ada pertemuan sama klien di daerah Cisarua."
"Lha kok tiba-tiba sih?"
"Kamu pikir buat apa saya jemput kamu jauh-jauh kalau bukan karena urusan mendadak." Gamar melajukan mobilnya ke dalam Tol.
"Biasanya ada pemberitahuan dulu pak."
"Kamu cuma perlu nemenin saya."
Rayaa lebih memilih diam dibanding terus meladeni Gamar, ia melirik ponselnya. Berharap mendapati pesan dari Langit, dasarnya Langit memang nggak pernah kirim pesan duluan kalau tidak ada maksud jadilah Rayaa tak pernah menemukan pesan basa-basi yang mampir di ponselnya dari Langit.
Sepanjang perjalanan ke Bogor hanya ada suara radio yang menemani, Rayaa lebih banyak diam dibanding bertanya. Karena sejujurnya Rayaa mulai merasa ada yang berbeda dari sikap Gamar sejak Langit masuk ke dalam kehidupannya.
Kenapa tidak mengajak Ajeng?
Pertanyaan itu terus berputar di kepala Rayaa, untuk apa punya sekretaris kalau ujung-ujungnya harus mengajak Rayaa juga hanya untuk sekedar menemani. Biasanya Rayaa diajak ke klien untuk mempelajari transaksi-transaksi keuangan perusahaan tersebut serta perpajakannya.
Setelah makan siang Gamar kembali mendiskusikan masalah pembelian bahan baku perusahaan tersebut yang didapat secara Impor, Rayaa hanya jadi pendengar setia yang mengamati gerak-gerik Gamar.
Sebenarnya pria seperti apa Gamar? selain dari seorang atasan dan teman Langit, Rayaa tidak pernah mau tahu urusan Gamar. Lebih tepatnya ia tahu batasan sampai mana ia harus mengenal Gamar.
"Bosan yah?" bisik Gamar, Rayaa tak sadar jika Gamar telah selesai berdiskusi dan ini sudah pukul tiga. Hari ini ia terlalu banyak melamun.
"Menurut ngana?" Rayaa refleks menutup mulutnya karena sadar jika ia terlalu kesal.
"Mau jalan-jalan?" biasanya Gamar tak segan-segan menghadiahi Rayaa tatapan tajam atau membalasnya dengan kata-kata yang akan membuat Rayaa kesal. Tapi kali ini Gamar lebih memilih mengajak Rayaa pergi. "Ke Puncak main paralayang? kamu suka olahraga ekstrim kan?"
Mata Rayaa berbinar ketika Gamar menawarkan paralayang, sepertinya mengasyikan. "Mau."
Gamar menyudahi pertemuannya, senyum Rayaa terus mengembanga hanya karena ditawari bermain paralayang. "Di atas nanti dingin, kamu mending pake jaket saya."
Yang Rayaa tahu Gamar mendapatkan jaketnya di kursi paling belakang mobil Fortunernya, Jaket berwarna biru dongker yang sudah melakat pas di tubuh Rayaa.
"Makasih."
"Kamu tahu kenapa saya tidak pernah berani mendekati kamu sejak dulu?" Rayaa hanya diam keika Gamar mengancingi jaketnya. Ini terlalu canggung, Rayaa takut.
"Karena saya tahu yang terbaik akan selalu datang di akhir."
TBC
Bubay 😘
18-08-2017
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top