Special Part
Mobil hitam Kim Bum berhenti di sebuah apartemen, diliriknya ke samping tempat So Eun duduk. Gadis itu menyunggingkan senyum lebarnya sebelum turun dari mobil. Kim Bum merangkul pinggang So Eun menuntun gadis itu masuk ke dalam lift. Selama di dalam lift Kim Bum memeluk erat So Eun dari belakang. Meski agak risih dengan sikap Kim Bum yang tiba-tiba manja tapi, tidak ada niat gadis itu melepaskannya. Hembusan napas Kim Bum tepat di telinga So Eun membuat gadis itu merasa geli.
Suara lift berdenting, pintu perlahan terbuka membuat pelukan Kim Bum terlepas. Digenggamnya tangan So Eun untuk keluar dari lift menuju sebuah kamar. Kim Bum membuka pintu apartemennya, kegelapan pun menyapa pandangan mereka. Kim Bum menekan tombol di tembok belakang pintu membuat ruangan itu seketika menjadi terang.
So Eun melebarkan mata melihat apartemen kekasihnya berantakan seperti habis dirampok. Kaos kaki, kemeja, celana panjang berserakan di lantai, bahkan bungkusan makanan dan kaleng minuman pun ikut ambil bagian menghiasi lantai itu. Bukan hanya gadis itu yang terlihat syok, sang pemilik apartemen pun memasang mimik wajah yang sama.
Perhatian mereka teralihkan saat pintu sebuah ruangan terbuka, Taemin muncul dengan wajah kusutnya. Taemin bahkan tidak sengaja menginjak kaleng bekas minuman yang membuatnya terpeleset dan jatuh.
"Aawww!" pekik Taemin mengusap pantatnya.
"Kau baik-baik saja?" tanya So Eun menghapiri Taemin.
Pria berambut mangkok itu mendongkak, seketika wajahnya berubah sedih seperti ingin menangis.
"Nona, kenapa kau baru datang? Hiks hiks." Taemin pura-pura menangis meski tidak terlihat ada air mata yang mengalir.
Kim Bum berdecih melihat Taemin mencari perhatian So Eun. Mata pria tampan itu melotot saat So Eun memeluk Taemin dan mengusap punggung kurus itu.
"Ya! Ya! Apa yang kalian lakukan?" tanya Kim Bum berusaha melepaskan pelukan So Eun.
"Kim Bum, apa yang kau lakukan? Kau tidak lihat Taemin kelelahan menjaga baby Kim?" ujar So Eun tidak suka dengan sikap Kim Bum.
"Tapi kalian jangan saling peluk," sahut Kim Bum tidak suka.
"Bilang saja Kim Bum Hyung mau dipeluk," ujar Taemin sambil melemparkan kaleng yang membuatnya terjatuh ke dalam tong sampah.
So Eun menatap kedua pria itu kesal, mereka tidak pernah akur jika bersama. So Eun memutuskan beranjak ke sebuah kamar yang dimasuki Taemin tadi. Terlihat bayi mungil terlelap di tengah ranjang dengan bantal di sisi kanan dan kirinya. Sudut matanya berair, So Eun yakin baby Kim habis menangis.
So Eun mengecup pelan kening sang bayi, rasa sayang pada baby Kim mulai tumbuh. Bayi mungil itu sangat menggemaskan, ia mulai jatuh cinta. So Eun yakin, suatu hari nanti bayi itu akan menjadi perempuan yang tangguh dan mandiri.
"Apa dia tidur?" tanya Kim Bum setelah menutup pintu kamar. So Eun menoleh, meletakkan telunjuknya di depan bibir agar Kim Bum mengecilkan suaranya.
"Dia sepertinya kelelahan," bisik So Eun saat Kim Bum memeluknya dari samping. Pelukan mereka terlepas saat ini Kim Bum dan So Eun duduk berhadapan. Gadis cantik berambut panjang itu membelai lembut wajah Se Kyung.
"So Eun ada yang ingin aku sampaikan," ujar Kim Bum dengan mimik wajah serius.
"Apa kita perlu bicara di luar?"
"Ani, di sini saja sudah cukup," kata Kim Bum membuat So Eun mengangguk.
Suara tangisan Se Kyung membuat Kim Bum mengurungkan niat untuk bicara. Dengan sigap So Eun menggendongnya sambil mengusap punggung baby Kim. Hati Kim Bum menghangat, melihat So Eun yang begitu menyayangi Se Kyung.
"Apa perlu kubuatkan susu?" tanya Kim Bum mencoba menawarkan bantuan.
"Tidak perlu, susunya masih banyak," kata So Eun.
Beberapa saat kemudian tangis sang bayi mereda, ia kembali terlelap dalam dekapan So Eun. Dengan sangat pelan So Eun meletakkan tubuh mungil itu di atas kasur tetapi Se Kyung kembali menangis kemudian terdiam lagi ketika berada dalam pelukan So Eun.
Mau tidak mau So Eun ikut berbaring sambil mengusap punggung kecilnya. Kim Bum tersenyum dan mencium pipi Se Kyung ketika ia ikut berbaring di sisi tempat tidur yang lain.
"Jika berada di situasi seperti ini, aku merasa memiliki keluarga yang utuh. Kau tahu aku pernah berpikir jika suatu hari nanti anak-anak kita akan hidup bahagia," kata Kim Bum mengutarakan mimpinya.
"Hei Kim Bun, apa kau sedang melamarku?"
Kim Bum mengulurkan tangannya mengusap pipi So Eun.
"Apa aku boleh melamarmu sekarang? Apa kau akan menolak atau menerimanya?"
"Tergantung dari caramu membuatku menerimanya."
Kim Bum kembali duduk. Ia menatap So Eun dan Se Kyung bergantian. Perlahan ia mengangkat tubuh kecil Se Kyung dan meletakkannya di dalam box bayi. So Eun penasaran apa yang akan dilakukan Kim Bum selanjutnya.
"So Eun aku hanyalah pria biasa yang bisa merasakan cinta dan sakit. Aku tidak ada bedanya dengan pria lain di luar sana, tapi percayalah satu hal bahwa cintaku padamu membuatku berbeda dari pria di luar sana. Tanpa dirimu aku hanya seorang yang tak berarti, tanpa kamu aku hanya pria biasa tanpa keistimewaan. Jadilah pendamping hidupku, walau susah atau senang akan selalu bersama."
Kim Bum berlutut mengulurkan satu tangannya pada So Eun. Melihat tangan besar itu membuat senyum So Eun mengembang. Perlahan tangan halus itu menyambut tangan Kim Bum menggenggamnya kuat dan erat.
"Berjanjilah untuk setia dan jangan tinggalkan aku."
Kim Bum menarik tangan So Eun untuk ikut berdiri. Satu tangan pria itu melingkar di pinggang So Eun. Tubuh keduanya menempel seakan takut untuk terpisah. Kim Bum menggesek hidung So Eun dengan hidungnya.
"Kita akan menikah. Aku berjanji akan menjagamu dan setia sampai akhir nanti."
Kecupan di kening So Eun membuatnya memejamkan mata. Rada hangat menyelimuti sekujur tubuhnya ketika Kim Bum mendekap.
***
Hari yang paling berbahagia untuk semua orang kecuali Taemin. Saat orang-orang tengah berbincang sambil makan kue di meja masing-masing Taemin justru mengasuh anak. Se Kyung sedang minum susu tidak mungkin untuk ditinggal sebentar.
Beberapa orang yang menghampiri tidak satu pun yang mau menjaga Se Kyung. Mereka beralasan tidak pandai menggendong anak. Sungguh sial nasibnya. Dilihatnya Kim Bum dan So Eun sedang berfoto di pelaminan.
Mereka terlihat bahagia di atas penderitaan Taemin. Ingin rasanya ia memberikan Se Kyung pada Kim Bum.
"So Cute-ah, kau harus berterima kasih padaku saat besar nanti. Aku yang merawatmu. Cepatlah dewasa jangan kecil terus. Kau memang menggemaskan, tapi aku tidak bisa bebas kalau kau tetap jadi bayi. Cepatlah dewasa aku mohon."
Se Kyung tertawa memamerkan gusinya yang menggigit ujung dot. Gigitannya terlihat kuat-kuat. Sepertinya gusi bayi itu mulai gatal.
So Eun menghampiri Taemin ketika para undangan mulai sepi. Wajah lelah Taemin tergambar jelas membuat So Eun merasa bersalah.
"Kau bekerja sangat baik, Taemin. Beristirahatlah, kau terlihat lelah."
Taemin tidak menyianyiakan kesempatan untuk pergi. So Eun menatap Se Kyung yang sedang memainkan botol susunya.
Kim Bum menghampirinya, memberitahu So Eun kalau Se Kyung akan dititipkan pada keluarga Kim Bum. Tentu Kim Bum tidak ingin malam pertamanya gagal karena tangisan bayi. So Eun hanya menurut walau ia ingin Se Kyung tetap bersama mereka malam ini.
Setelah Se Kyung dibawa pergi kini tinggal Kim Bun dan So Eun kembali ke apartemen. Sesuatu yang tidak pernah So Eun lihat sebelumnya. Kamar apartemen Kim Bum sangat bersih dan rapi. Dekorasi ruangan yabg cantik, banyak bunga menghiasi setiap sudut. Kim Bum membawa So Eun ke kamar mereka. Kelopak mawar berserakan di atas tempat tidur.
Kim Bum berjalan ke setiap pojok kamar untuk menyalakan lilin aroma terapi. Sangat romantis. So Eun tidak menyangka kalau apartemen ini sangatlah indah.
"Kau suka?" tanya Kim Bum.
So Eun mengangguk. Ia tidak bisa berkata-kata. Ruangan ini lebih cantik dari taman bunga. So Eun merasa ada di alam terbuka. Wallpaper dinding pun diganti dengan gambar pepohonan tinggi. So Eun merasa seperti berada di tengah hutan.
Kim Bum berdiri di belakang So Eun menarik turun resleting gaun yang dikenakan gadis itu. Usapan tangan Kim Bum di punggung mulusnya membuat So Eun terpejam. Dalam sekali tarik gaun panjang itu lolos dari tubuh So Eun.
Kim Bum mengusap bahu putih So Eun mengecupnya hingga ke tengkuk. So Eun benar-benar menikmati sentuhan Kim Bum. Gadis itu berbalik menatap wajah tampan suaminya. Dari kupu-kupu yang dipakai Kim Bum dilepasnya. Texudo putih dilemparnya ke sembarang arah. Satu per satu kancing kemeja putih Kim Bum terbuka. So Eun bisa melihat dada bidang Kim Bum yang menggoda.
Mata Kim Bum terpejam saat jemari lentik itu menyentuh dada dan perutnya. Sentuhan halus So Eun kini beralih ke punggung Kim Bum memeluk suaminya erat.
"Apa kau siap?" desis Kim Bum saat So Eun memainkan tangannya memutar di perut.
"Iya, kapan pun kau mau."
Kim Bum terbakar, sekujur tubuhnya memanas. Diciumnya So Eun lembut hingga gadis itu mengalungkan tangannya. Perlahan Kim Bum menggendong So Eun dan membaringkan istrinya di atas tempat tidur.
Ciuman itu sangat lembut membuat So Eun lupa akan segala hal. Bahkan saat tangan Kim Bum menyusuri tubuhnya pun ia tidak menolak. Keringat mulai membanjiri tubuh keduanya. Ciuman Kim Bum semakin dalam.
Panas tubuh keduanya membuat mereka semakin gerah. Kim Bum menatap wajah istrinya yang memerah saat mereka mencapai puncak. So Eun tersenyum mencium kilat bibir Kim Bum.
"I love you, Kim So Eun," gumam Kim Bum.
"I love you too, Kim Sang Bum."
Kim Bum membaringkan tubuh basahnya di samping So Eun. Merengkuh tubuh lemas istrinya untuk dipeluk. So Eun menyamankan tidurnya dalam dekapan sang suami.
The end
Ini beneran ending 😂
Aku lupa post SP, pada hal sudah nulis 600 kata, lupa dilanjutkan.
Orang-orang sudh lupa sama alurnya wkwkwk
Maaf ya....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top