Part 22

Happy reading
*
*
*

Kim Bum menatap So Eun dalam-dalam, lampu rumah yang tamaran dengan kesunyian malam membuat suasana sedikit canggung. Kim Bum mengulurkan tangannya membelai lembut wajah So Eun .

"Kau tahu apa yang sedang aku pikirkan saat ini?" tanya Kim Bum tanpa menghentikan gerakan tangannya.

"Kau memikirkan aku?" kata So Eun dengan percaya diri. Gadis itu tidak pernah menduga jika Kim Bum yang kaku akan melontarkan pertanyaan  seperti itu. Apa mungkin Kim Bum berubah menjadi pria yang romantis karena diriku? pikir  So Eun.

Kim Bum menarik tangannya dari wajah So Eun. Merasa kehilangan, gadis itu menarik  tangan kanan Kim Bum dan menempelkan di pipinya kembali. Kim Bum menunduk tidak sanggup menatap So Eun membuat gadis itu melayang dan mengedip kedua matanya berkali-kali. Bermaksud menggoda Kim Bum.

"Kenapa kau terlihat malu?" tanya So Eun manja dengan wajah berseri.

Kim Bum mencoba melepaskan tangannya dari pipi gadis itu namun So Eun semakin erat menggenggamnya.

"So Eun bisakah kau melepaskan tanganku? Aku mohon," ujar Kim Bum dengan senyum kaku, dari nada suaranya terdengar jika pria itu merasa tertekan.

"Kau terdengar sangat manis. Tapi aku tidak akan melepaskannya sebelum kau memberitahu apa yang kau pikirkan."

Kim Bum mengedipkan sebelah matanya pada So Eun. Gadis itu pun membalas  dengan mengedipkan kedua matanya dengan senyum mengembang.

Kim Bum menghembuskan napas panjang, So Eun tidak mengerti dengan isyarat yang ia berikan. Kim Bum menggaruk kepalanya menyalurkan rasa gugup yangbia rasakan.

"Aku ... aku hanya memikirkan nasibku setelah ini," lirih Kim Bum melihat sosok pria yang berdiri tegap di belakang So Eun.

Mengerti akan maksud Kim Bum segera  So Eun melepas tangan kekasihnya, seolah tidak  ada sesuatu yang terjadi. Menarik napas panjang So Eun kemudian menoleh ke belakang dengan senyum lebarnya, menyambut wajah garang milik Tae So.

"Appa, bogoshipo." Hanya kata itu yang mampu So Eun lontarkan. Gadis itu beranjak dari tempat duduknya bermaksud memeluk sang Appa, salah satu cara agar Tae So tidak memarahinya adalah dengan memeluk pria itu. So Eun tahu jika Tae So tidak akan berkutik saat memeluk putrinya .

Namun sayang, Tae So menolaknya. Pria itu menahan kepala So Eun dengan tangan besarnya, meski gadis manis itu tetap berusaha menggapai tubuh Tae So dengan kedua tangan mungilnya.

"Kau tetap di sini!" ujar Tae So memperingati Kim Bum. "So Eun, masuk ke kamarmu!"

So Eun menggeleng, tangannya berada di depan dada. Gadis itu enggan mengikuti perintah Appa-nya, tidak mungkin ia meninggalkan Kim Bum berdua bersama Tae So. Gadis itu takut jika Tae So mengintrogasi Kim Bum.

"Kim So Eun!" ucap Tae So dingin.

"Aniyo!" So Eun menatap sengit Tae So begitu pula sebaliknya.

Kim Bum yang melihat perseteruan ayah dan anak itu menjadi bingung. Ia hanya menyaksikan tanpa berani melerai. Keluarga yang aneh, batin Kim Bum.

Tanpa aba-aba Tae So menggendong So Eun di pundaknya, layaknya memikul sekarung beras. So Eun meronta ingin di turunkan tapi Tae So tidak memedulikannya. Tubuh kecil gadis berusia 18 tahun itu bukan hal yang berarti untuk pria itu. Tae So sendiri masih sanggup menggendong So Eun sampai di kamar setiap kali gadis itu terlelap di ruang keluarga. Dikuncinya So Eun di dalam kamarnya.

"Tidurlah yang nyenyak, Princess. Selamat malam, mimpi yang indah," ujar Tae So sebelum pergi meninggalkan So Eun yang merengek untuk dikeluarkan.

Tae So berjalan menuruni tangga, menghampiri Kim Bum yang masih berdiri di tempat semula.

"Maaf membuatmu harus melihat hal seperti itu. Terkadang aku merasa dia bukan anakku, tapi seorang teman," ujar Tae So duduk di tempat So Eun.

Kim Bum kembali duduk di tempat semula, bersebrangan dengan Tae So. Mereka terdiam beberapa saat. Tae So menuangkan air ke dalam gelas kemudian meneguknya hingga setengah kosong.

"Kim So Eun adalah putri dari wanita yang kucintai. Aku  gagal manjaga wanita itu untuk tetap di sisiku. Hanya So Eun satu-satunya cinta yang kumiliki. Meski usiamu masih sangat muda, apakah aku bisa mempercayakan So Eun padamu, Kim Bum?" ujar Tae So tanpa basa-basi.

Kim Bum menatap wajah pria di depannya dengan senyum. Pria itu tahu jika dibalik sifat posesif Tae So, ia sangat mencintai putrinya.

"Saya sangat mencintai So Eun, itu yang saya rasakan saat ini. Saya tidak bisa mengatakan apa pun selain itu," ujar Kim Bum tanpa ragu.

Tae So tersenyum dan tertawa pelan. Ditatapnya Kim Bum hangat, membuat pria itu kebingungan.

"Aku tidak  pernah berpikir jika So Eun bisa membuat pria jatuh hati. Gadis itu sangat manja dan kekanak-kanakan. Tidak seorang pun yang bisa mendidiknya menjadi wanita yang manis. Kami terlalu kaku untuk menjadi contoh untuknya." Tae So tersenyum membayangkan tumbuh kembang So Eun hingga ia berusia 18 tahun.

"Anda mendidiknya dengan baik, dia menjadi wanita pertama yang mengacaukan hari-hari saya. Dan So Eun satu-satunya wanita yang tidak memandang saya dari fisik. Dia wanita yang sangat jujur dengan perasaannya."

Tae So menepuk pundak Kim Bum pelan, untuk pertama kalinya Kim Bum merasa rileks berada di dekat ayah kekasihnya itu.

"Tidurlah, Nak, besok akan menjadi hari yang panjang untukmu," ujar Tae So penuh misteri.

"Apa maksud, Anda?"

"Kita akan jalan-jalan, besok adalah hari ulang tahun So Eun. Kau harus ikut merayakannya," ujar Tae So sebelum beranjak pergi dari hadapan Kim Bum.

Kim Bum terdiam, hampir saja ia melupakannya.

###

So Eun memotong  sandwich di depannya dengan kasar. Melihat dua orang yang tidak biasanya akur saling melemparkan canda tawa membuat gadis itu kesal. Apa yang terjadi semalam? pikirnya setelah melihat Kim Bum tertawa di samping ayahnya. Mereka seolah melupakan keberadaannya.

Mungkin hanya dirinya yang tidak mengikuti pembicaraan sedari awal. So Eun terlihat  dongkol menyaksikan tiga pria tertawa lepas, tanpa tahu apa yang mereka bahas.

"So Eun kenapa mulutmu maju seperti itu?" tanya Soo Hyun melihat wajah jengkel So Eun.

"Aniyo, aku hanya mimpi buruk tadi malam," ujar So Eun kembali menyantap makanan yang sudah  hancur tak berbentuk.

"So Eun, hari ini Appa ingin mengajakmu jalan-jalan."

"Aku di rumah saja," ucap So Eun tanpa menatap ayahnya.

"Ya sudah kami bertiga saja yang pergi," ujar Kim Bum menyandarkan tubuhnya di kursi.

"Aku sudah selesai, cepat kita berangkat," sahut So Eun tanpa ekspresi, gadis itu beranjak dari duduknya, berjalan dengan santai meninggalkan tiga laki-laki yang menatapnya heran . Soo Hyun yang melihat kelakukan adiknya hanya menggeleng.

"Tadi bilang tidak mau, tapi sekarang dia yang paling semangat," gumam Soo Hyun.

###

"Yeppeo," ujar So Eun berlari ke arah dermaga. Air jernih, dengan kapal-kapal yang mengapung di atasnya membuat So Eun terpesona dengan pemandangan yang ia lihat. Belum pernah ia menginjakkan kaki di dermaga Yeonan, tempat berlabuhnya kapal feri untuk menyebrang ke pulau di laut barat.

"Kim So Eun,  jangan berlari seperti itu. Kau bukan anak kecil lagi," teriak Soo Hyun yang dibalas juluran lidah oleh So Eun.

Gadis itu merentangkan tangannya, udara pagi yang sejuk, belum banyak orang beraktifitas di tempat ini.

"Yak, So Eun cepat bantu kami," ujar Tae So yang sibuk mempersiapkan peralatan memancingnya.

So Eun mendekat ke arah tiga pria itu. Kim Bum tengah asik mengeluarkan peralatan memasak, Soo Hyun dan Tae So sibuk dengan pancing masing-masing, sedangkan So Eun sibuk melihat mereka bekerja. So Eun tidak menyangka jika ayahnya merencanakan piknik di dermaga. Setelah memancing mereka akan memasaknya langsung, ini adalah impiannya sejak kecil, hanya saja tidak ada sosok wanita dewasa bersama mereka, yang akan memasak setelah mereka lelah memancing.

"Kim So Eun bisa kau ambil panci itu?" tunjuk Kim Bum pada benda berwarna emas di samping kakinya.

"Ini." So Eun memberikan panci ukuran sedang berwarna emas pada Kim Bum.

"Gomawo," ujar Kim Bum.

"Baiklah siapa yang berjaga di sini?" ujar Tae So menatap tiga orang di depanya satu per satu.

"Tentu saja Kim So Eun, dia perempuan," ujar Kim Bum menatap So Eun yang ingin protes.

"Andwe, aku tidak mau. Kita vote saja, siapa yang kalah dia yang memasak dan berjaga di sini, bagaimana?" usul So Eun yang diangguki oleh ketiga pria itu.

"Aku akan menghitung," ujar Soo Hyun. " Hana ... Dul ... Set."

"Kau yang jaga," ujar So Eun, Tae So dan Soo Hyun serempak menunjuk ke arah Kim Bum.

"Mwo? Itu tidak adil," protes Kim Bum yang merasa dicurangi.

"Kami titip semua barangnya padamu," ujar Soo Hyun sebelum berlalu mengikuti Tae So yang berada di depannya.

"Bum-ah terima saja hasil voting-nya," sahut So Eun, mengambil alat pancing dari tangan Kim Bum. Gadis itu berjalan mengekori dua pria di depannya, meninggalkan Kim Bum seorang diri meratapi nasib harus memasak.

***

Soo Hyun memasangkan umpan untuk So Eun, dengan anteng gadis itu memperhatikannya. So Eun tidak banyak bicara, ia hanya terdiam menatap kail yang tenggelam ke dalam air. Soo Hyun dan Tae So terlihat sangat santai menikmati waktu memancing mereka, berbeda dengan So Eun. Peluh menetes dari dahinya, tatapannya lurus ke arah pelampung pancing yang mengapung di atas permukaan air.

"Aku dapat!" teriak Soo Hyun heboh. So Eun menatap kakaknya yang menggerek senar pancing dengan susah payah. Namun tidak seperti dugaan mereka, hanya ikan kecil yang  memakan umpannya.

"Kecil sekali. Yak Oppa, lepaskan saja ikan itu, dia masih menyusui," ledek So Eun.

"Kau kira ini ikan paus yang harus disusui?" sahut Soo Hyun jengkel. So Eun menutup mulutnya menahan tawa melihat wajah merah Soo Hyun.

So Eun kembali fokus pada pancingnya, beberapa saat ada tarikan dari dalam air. So Eun panik, dipanggilnya Soo Hyun dan Tae Soo untuk membantunya.

Kedua pria itu membantu So Eun menarik pancingnya. Betapa bahagianya So Eun melihat ikan yang didapatnya lebih besar dari milik Soo Hyun. So Eun harus puas selama memancing tidak satu ikan pun yang kembali ia dapatkan.

Setelah puas memancing mereka kembali ke tempat Kim Bum. Dengan bangga So Eun memamerkan hasil tangkapannya pada sang kekasih.

"Aku tidak menyangka kau bisa memancing," puji Kim Bum membuat So Eun tersenyum.

"Tentu saja, meski ini pertama kali untukku, setidaknya aku tidak memancing ikan yang masih menyusui," celetuk So Eun membuat Soo Hyun meliriknya tajam.

Kim Bum mengernyit, mencoba mencerna apa yang dimaksud So Eun. Diliriknya ember yang So Eun bawa. Kim Bum mengangguk mengerti, dua ikan kecil selebar dua jari terkapar di samping ikan besar yang Kim Bum yakini adalah tangkapan So Eun.

"Kalau mau tertawa, silakan saja," ucap Soo Hyun jengkel melihat Kim Bum menahan tawanya.

Setelah mengatakan itu Soo Hyun pergi menyusul Tae So menyusuri dermaga. Matahari mulai turun membuat suasana semakin eksotis. Beruntung mereka memilih tempat yang sedikit jauh dari pusat aktivitas banyak orang, sehingga suasana terasa lebih tenang dan sepi.

So Eun mendekati Kim Bum yang sedang membersihkan ikan untuk dimasak. Dengan lincah pria itu memainkan pisaunya di atas tubuh ikan yang tak berdaya.

"Bum-ah."

"Hmm."

"Kau tahu itu ikan jantan atau betina?" tanya So Eun membuat Kim Bum menatapnya.

"Apa masalahnya jika ikan ini betina atau jantan?"

"Aku hanya memastikan saja."

Kim Bum terdiam dan berpikir sejenak.

"Memastikan sesuatu?"

"Nde, aku hanya memastikan jika ikan itu benar-benar tertarik padaku," ucap So Eun seraya menutup mulutnya dengan kedua tangan.

"Astaga Kim So Eun, ikan ini hanya kelaparan dan tidak sengaja memakan umpanmu. Kau ini ada-ada saja." Kim Bum menggeleng mendengar ucapan konyol dari kekasihnya.

Kim Bum tidak bisa berhenti tertawa ketika So Eun melontarkan beberapa hal-hal konyol yang tidak masuk akal. Sore berganti malam, taburan bintang mulai menghiasi gelap malam. Sup ikan buatan Kim Bum telah terhidang di depan mereka, bau harum kuah ikan membuat perut So Eun berbunyi.  Seharian memancing membuatnya lupa untuk makan siang.

"Kim So Eun." Suara Kim Tae So mengalihkan perhatian gadis itu dari sup ikan di depannya.

"Saengil chukha hamnida," ujar Tae So merentangkan tangannya siap menerima pelukan.

"Appa," lirih So Eun, menghambur ke dalam pelukan appa-nya. So Eun tahu jika appa-nya adalah pria kaku berdarah dingin yang sulit untuk sekadar mengucapkan hal seperti ini. Gadis itu bahagia, ayahnya masih mengingat hari kelahirannya.

"Happy Birthday, Kim So Eun," ujar Soo Hyun yang duduk di samping Tae So.

"Saengil chukha hamnida, Kim So Eun," ujar Kim Bum menimpali.

Gadis itu mengurai pelukannya. Ia tersenyum tulus pada tiga pria itu.

"Gomawo," ujarnya bahagia.

"Oh ... ada bintang jatuh," ujar Kim Bum menunjuk ke arah langit malam. Sontak membuat So Eun, Tae So dan Soo Hyun mendongkak. Tanpa berlama-lama Kim Bum mencium kilat pipi So Eun, membuat gadis itu terdiam membeku. Mereka bertatapan sejenak, seulas senyum terbit di wajah masing-masing.

"Tidak ada bintang jatuh," ujar Soo Hyun setelah beberapa lama mengamati langit malam.

"Sudah hilang," ucap Kim Bum sedikit gugup.

"Sayang sekali," desah Tae So lemas.

"Lebih baik kita makan saja, sebentar lagi supnya akan dingin."

So Eun membagikan sup ikan itu ke dalam mangkok mereka masing-masing. Aroma yang lezat denga. Kuah kaldu merah yang kental.

"Selamat makan," ujar mereka serempak.

TBC

Maaf jarang update, bulan-bulan ini makin sibuk dengan tugas kuliah 😥😭

Semoga kalian bisa bersabar.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top