Part 16

Happy Reading

Kim Bum melongo mendengar jawaban So Eun tidak ada rasa bersalah yang terlukis di wajahnya, gadis itu terlihat bahagia, sangat bahagia malahan. Ingin rasanya pria itu menangkup kedua pipi gembil So Eun dengan kedua tangannya saking gemas. Jujur saja pria itu tidak marah sedikitpun pada So Eun tapi dirinya hanya malu kalau Ga Yeong sampai menyebarkan berita tentang dirinya penyuka sesama. Membayangkan saja membuat Kim Bum merinding, dia lelaki normal yang masih menyukai makhluk yang bernama wanita.

Maksud hati ingin membuat So Eun cemburu tapi malah membuat keadaan menjadi runyam. Kim Bum mengacak rambutnya kesal, menghela napas panjang untuk menenangkan perasaannya. Apa yang harus ia lakukan agar berita karangan So Eun itu tidak muncul?  Memikirkannya saja membuat kepalanya terasa pecah.

So Eun yang melihat Kim Bum frustrasi menyunggingkan senyumnya. Puas melihat keadaan pria dengan kaca mata tebal itu kacau, membuatnya puas bisa melampiaskan kekesalan yang di tahan sejak pagi tadi.

"Jangan terlalu dipikirkan, aku punya solusi yang terbaik," ujar So Eun, menatap Kim Bum lembut, kedua tangannya dilipat di depan dada. Sesekali So Eun mengibaskan rambut panjangnya ke belakang. Kim Bum mengernyit, seolah meminta penjelasan dari gadis itu.

"Tenang saja selama masih ada Kim So Eun tidak akan ada yang bilang dirimu gay," ucapnya lagi dengan kedipan sebelah mata.

Kim Bum memandang So Eun tanpa berkedip, semburat merah muncul sangat tipis di kedua pipinya.  Apa dia sedang terpesona dengan sosok mungil di depannya? Ke mana Kim  Bum yang gentle anti rayuan wanita. Wanita Jepang yang terkenal seksi dan cantik saja tidak sanggup membuatnya merona?

"YAKK! KIM SANG BUM JA... hhmmpp."  Kata-kata So Eun terpotong ketika Kim Bum membekapnya.

"Pelankan suaramu, jika ada yang mendengar mereka bisa salah paham!"

Kim Bum mengedarkan pandangannya, memastikan jika tidak seorang pun yang berada di sekitar mereka, beruntunglah tempat itu cukup sepi jadi bisa dipastikan jika tidak seorang pun yang bisa mendengar percakapan mereka.

"Katakan!" ujar Kim Bum tanpa menatap So Eun. Rasanya malu menatap mata gadis itu.

"Apa?!" So Eun balik bertanya, pura-pura tak mengerti apa yang dimaksud Kim Bum.

"Jangan menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan So Eun. Katakan apa solusimu?"

So Eun tersenyum lebar membuat Kim Bum bergidik ngeri. Gadis itu mendekat, membuat Kim Bum terus berjalan mundur sampai punggung pria itu menabrak pohon besar  dengan daun berwarna kuning, tepat berada di belakangnya. So Eun mengulurkan tangannya dan bertumpu pada pohon besar itu, mengurung tubuh Kim Bum di antara tubuhnya dan pohon ginkgo.

Rasa panas menjalari wajah dan telinga Kim Bum, mata almond itu menatapnya dalam. Berada di dekat gadis mungil ini membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Pandangan mereka terkunci untuk beberapa saat, sebelum akhirnya Kim Bum berpaling melihat ke arah lain, senyum So Eun semakin lebar melihat targetnya tak berdaya sedikit pun. Dibelainya pipi Kim Bum dengan lembut, menangkup kedua sisi wajah pria itu yang membuat pandangan mereka bertemu kembali.

Kim Bum mengumpat dalam hati, teringat kemarin malam saat dirinya menyatakan perasaan pada So Eun rasanya tidak separah ini. Kemarin Kim Bum merasa lebih percaya diri. Kakinya mulai bergetar saat So Eun semakin mendekat, kepala gadis itu mendongkak menatap Kim Bum yang lebih tinggi darinya. Pria itu tersentak saat So Eun menarik tengkuknya yang membuat Kim Bum harus menunduk.

"Kau harus menjadi kekasihku, jadi selama berita itu belum tersebar kau bisa mencegahnya," ujar So Eun pelan, senyumnya semakin lebar ketika Kim Bum diam mematung.

Kim Bum berpikir sejenak, mencerna maksud dari perkataan So Eun. Bukan memikirkan solusi yang gadis itu berikan tapi Kim Bum sibuk menepis segala pikiran jika So Eun benar-benar tertarik pada dirinya yang nerd. Semudah itukah dirinya menjadi pacar gadis chubby ini?

Berbeda dengan kemarin malam saat dirinya harus menyiapkan mental untuk mengungkapkan perasaan pada gadis itu tapi So Eun malah menolaknya dengan sangat menyakitkan. Tapi sekarang semua terbalik, So Eun sendiri yang memintanya menjadi kekasih? Ini seperti mimpi.

Kim Bum melepaskan tangan So Eun yang melingkar di lehernya. Merapikan pakaian dengan wajah cool meski warna merah di kedua pipinya masih terlihat samar. Kim Bum menatap lurus, enggan memandang So Eun yang tiba-tiba terlihat sangat cantik.

"Aku tidak mau!" tolak Kim Bum mentah-mentah dengan kedua tangan di depan dada.

"Kenapa??" Wajah So Eun tertekuk, kedua alisnya hampir menyatu saat mendengar penolakan Kim Bum.

Kim Bum mengulum senyumnya melihat wajah sedih gadis di hadapannya, tanpa memandang ke arah So Eun pria jangkung itu berbicara dengan tegas.

"Kau bukan type-ku, jadi aku akan mencari wanita yang kusukai," sahut Kim Bum percaya diri, masih mempertahankan egonya.

Bukannya berteriak marah-marah So Eun tiba-tiba tersenyum lebar entah apa yang sedang dipikirkan gadis itu tidak ada lagi rasa sedih dan kesal yang terlukis di wajahnya. Tanpa Kim Bum duga So Eun memeluknya erat, membenamkan wajahnya pada dada pria itu.

Kim Bum segera mengurai pelukannya, bagaimana pun juga jantungnya perlu ketenangan. So Eun menutup bibirnya dengan kedua tangannya, pandangannya tertuju pada sebuah gedung yang berdinding kaca. Bisa dilihat jika sedari tadi beberapa orang memperhatikan mereka tanpa berkedip. Kim Bum mengikuti arah pandang So Eun, cukup kaget melihat orang-orang memandangnya dengan tatapan horor, terutama para pria yang menggilai gadis di hadapannya.  Pandangan Kim Bum tertuju pada Ga Yeong yang juga berada di sana, memandangnya sendu kemudian gadis itu pergi.

Kim Bum yakin jika gadis itu sangat kecewa. Wajar saja jika Ga Yeong ingin memberitahu berita yang dibuat oleh So Eun kepada teman-temannya.

"Baiklah kalau kau tidak mau. Aku hanya mencoba membantu," ujar So Eun, membalikkan tubuhnya untuk segera pergi. Langkah gadis itu terhenti saat tangan kekar Kim Bum memeluk pinggangnya dari belakang.

So Eun mengerjapkan matanya berkali-kali, jantungnya mulai berdetak tak normal. Lututnya terasa lemas ketika napas pria culun itu menerpa telinganya.

"Kau mendapatkannya," bisik Kim Bum.

Mereka berpelukan cukup lama sampai akhirnya Kim Bum melepas dekapannya.

So Eun berbalik, mendongkak menatap Kim Bum yang lebih tinggi. Gadis itu berusaha menahan senyum, hatinya berbunga-bunga, ingin rasanya ia melompat menerjang tubuh tinggi Kim Bum untuk meluapkan rasa yang membuncah. Namun urung dilakukan untuk menjaga harga dirinya, bahkan So Eun memasang wajah sedatar mungkin.

"Ehhmm ... baiklah kita sepakat mulai saat ini kita resmi pacaran. Pulang sekolah akan kuberikan syarat dan ketentuan yang harus kau ikuti selama masa pacaran," ucap So Eun membuat Kim Bum mematung.

Bahkan pacaran pun ada syarat dan ketentuannya seperti undian berhadiah saja pikir Kim Bum.

"Sekalian saja buat buku pedoman pacaran!" celetuk Kim Bum.

"Aahh ... kau benar, harusnya aku memikirkan itu juga. Terima kasih telah mengingatkan. " So Eun menepuk bahu Kim Bum pelan sebelum melangkah pergi meninggalkan dirinya yang masih syok dengan sifat ajaib 'kekasihnya'.

Ya, kekasih. Status Kim Bum seketika berubah setelah So Eun mendeklarasikan bahwa mereka pacaran beberapa menit yang lalu.

"Jadi dia sungguh akan membuatnya?" gumam Kim Bum, mengacak ranbutnya kasar.

***

Sejak awal pelajaran di mulai Ara dan Suzy memperhatikan So Eun yang asyik menulis, tidak seperti biasa sahabatnya itu menulis cukup panjang pada sebuah buku kecil tebal berwarna merah muda yang mungkin muat di dalam saku.

Sesekali So Eun merenggangkan jemarinya sebelum ia tenggelam kembali dalam tulisan.

"Suzy, kira-kira apa yang dikerjakan So Eun? tanya Ara penasaran, mencondongkan sedikit tubuhnya ke arah Suzy yang duduk di samping So Eun.

Suzy mendekatkan kursinya ke arah So Eun, melirik sekilas apa yang ditulis gadis itu namun sahabat mungilnya itu dengan sigap menutup bukunya. Ditatapnya Suzy tajam seolah berkata, "Jangan ganggu aku!"

Mendapat peringatan tersirat dari So Eun, Suzy kembali memperhatikan Lee Songsaengnim yang mengajar di depan kelas. So Eun kembali sibuk dengan pekerjaannya setelah Suzy tidak menghiraukan lagi.

Selang beberapa menit Lee Songsaengnim mengakhiri pelajarannya. Ara tidak membuang waktunya lagi untuk bertanya pada So Eun tepat setelah Lee Songsaengnim pergi.

"Catatan apa itu?" tanya Suzy tanpa basa-basi. Duduk di depan So Eun yang sedang memasukkan bukunya ke dalam tas.

"Itu hanya daftar biasa, tidak terlalu penting," katanya acuh.

Suzy dan Ara tidak mudah percaya, ditatapnya So Eun dengan penuh selidik. Desakan demi desakan mereka lontarkan agar So Eun mau mengatakannya. Dengan berat hati gadis itu  memberitahu Ara dan Suzy.

"Aku dan Kim Bum resmi berpacaran mulai hari ini," ujar So Eun santai, berbeda dengan reaksi yang ditunjukkan oleh kedua sahabatanya yang meloto dengan mulut terbuka lebar.

"Bagaiamana bisa?!" ujar Suzy cukup keras.

"Apa kau serius?!" Ara semakin melototkan matanya.

"Tentu saja dan buku ini buktinya," jawab So Eun santai.

Ara segera merampas buku yang ada di tangan So Eun. 'Syarat dan Ketentuan Berpacaran' itulah tulisan sampul depan yang Ara baca.

Perutnya tergelitik membaca tulisan-tulian So Eun selanjutnya. Suzy yang juga penasaran kemudian mendekati Ara yang membuka halaman demi halaman buku itu.

"Wahh ... daebak, kau sungguh luar biasa So Eun. Ada 70 pasal, 10 ketentuan umum dan 5 pasal tambahan?" ujar Suzy dengan berdecak kagum.

"Aku jadi kasihan dengan Kim Bum, semua pasal-pasal ini memberatkannya," gumam Ara yang masih bisa didengar oleh So Eun.

"Kalian harus mendukungku!"

"Kami akan mendukungmu tapi kenapa harus dengan Kim Bum? Apa yang kau lihat darinya? Tidak ada yang menarik," omel Ara yang tidak suka temannya bersanding dengan kutu buku seperti Kim Bum.

"Tidak ada yang salah dengannya, kalian harus mengenalnya lebih jauh."

"Apa dia pria yang baik dan perhatian?" Suzy mulai penasaran dengan Kim Bum yang dengan mudah merebut hati sahabatnya. Ki Bum yang bertahun-tahun mendekati So Eun sampai sekarang tidak secuil pun dilirik oleh sahabatnya.

"Tidak ... dia pria yang menyebalkan, keras kepala dan tidak mau mengalah, tapi dia pria yang apa adanya tidak suka merayu dan menggombal, yang lebih menariknya lagi dia tidak tertarik dengan wanita cantik," girang So Eun dengan senyum merekah.

"Dia bukan pria normal," celetuk Ara tanpa berpikir panjang.

"Dia normal!!" sanggah So Eun dengan tatapan membunuh.

"Sudahlah jangan dipikirkan lagi. Bukankah So Eun sedang bahagia jadi kita harus merayakannya," usul Suzy mencoba mendinginkan susana yang memanas.

"Aish ... jangan dibawa serius So Eun. Aku tidak akan menentang 'cinta suci' kalian," ujar Ara menekankan kata cinta suci, seolah menyindir So Eun yang baru pertama kali jatuh cinta.

Tatapan So Eun melembut, menyadari betapa konyol sikapnya jika menyangkut masalah Kim Bum. Tidak seharusnya ia terbawa emosi.

"Mianhe, aku sedang sensitif akhir-akhir ini," balas So Eun dengan rasa bersalah.

"Sudahlah itu tidak penting lagi, lebih baik kita pulang," ujar Ara.

"Kalian duluan saja , aku pulang bersama Kim Bum."

So Eun bergegas mengambil tasnya, melambaikan tangannya sebentar kepada kedua sahabatnya sebelum menghilang dari balik pintu.

"Jatuh cinta memang gila," ucap Ara dan Suzy serempak.

***

So Eun mengedarkan pandangannya,  mencari sosok pria yang beberapa jam lalu menyandang status baru sebagai kekasih hati. Senyum manis So Eun merekah saat melihat Kim Bum berjalan mendekat. Pandangan mereka bertemu dan senyum terbit di bibir mereka.

"Ini." So Eun menyodorkan buku kecil berwarna pink pada Kim Bum. Dengan ragu pria itu menerimanya, dibolak-baliknya buku itu dengan heran.

"Cepat dibaca," ujar So Eun tidak sabaran.

"Buku apa ini?"

"Baca saja nanti kau akan tahu."

Kim menuruti perkataan So Eun, lembar demi lembar halaman dibacanya dengan lesu, belum selesai membaca ditutupnya buku itu tanpa minat.

"Eheem." So Eun menjulurkan tangannya pada Kim Bum, wajahnya dipalingkan ke arah lain. Kim Bum memandang tangan So Eun datar. Gemas dengan Kim Bum yang tidak mengerti dengan kodenya membuat So Eun berdecak.

"Pasal 25!" ketus So Eun.

Kim Bum dengan enggan membuka buku itu lagi setelah mendapat kode rahasia dari So Eun, mencari pasal yang dimaksud gadis itu.

"Pasal 25, bergandengan tangan setiap saat di mana pun dan kapan pun selama berada di lingkungan sekolah!!" gumam Kim Bum membaca isi dari pasal itu.

So Eun menyodorkan tangannya lagi dan kali ini Kim Bum menyambutnya meski ragu. Mereka berjalan bergandengan tangan menuju sepeda Kim Bum yang terparkir di bawah pohon rindang. Setiap mata memandangnya iri, Kim So Eun yang terkenal susah dirayu kali ini berjalan bergandengan tangan dengan pria seperti Kim Bum yang jauh dari kata tampan.

"Mau aku antarkan pulang?" tanya Kim Bum. So Eun mengangguk antusias, kali ini pria itu yang menawarkan pulang bersama, hal yang sangat langka bagi So Eun.

So Eun memegang erat pundak Kim Bum yang menggayuh sepeda dengan pelan meninggalkan halaman sekolah. Roda sepeda berputar melintasi gedung-gedung pencakar langit. Kemewahan terlihat di setiap sudut mata memandang. Seoul dengan segala keglamorannya sangat memukau. Gedung-gedung mewah tempat perbelanjaan elit dan restaurant ternam berjejer seakan menunjukkan keelokannya. Beberapa restaurant kecil berjejer menawarkan makanan yang tak kalah lezat. Kim Bum menghentikan laju sepedanya, berjalan berdampingan dengan So Eun yang sedari tadi menatap lapar pada makanan yang tersuguh sepanjang jalan.

Orang-orang mulai memadati restaurant-restaurant pinggir jalan, beragam makanan khas Korea tersaji dengan harga terjangkau. Kim Bum dan So Eun mulai memilih makanan yang mereka inginkan. Tteokkebi hot dog, sosis dengan lapisan roti dan kentang yang digoreng menjadi pilihan mereka. Tak tanggung-tanggung Kim Bum membeli tiga tusuk untuk mereka berdua, ukuran tteokkebi cukup besar makan satu tusuk saja bisa membuat perut kenyang.

"Keduanya untukku?" tanya So Eun dengan mata berbinar saat seorang wanita menyodorkan dua tteokkebi hot dog padanya.

"Hhmm ... untukmu saja," ujar Kim Bum dengan mulut penuh makanan, satu tangan Kim Bum menuntun sepeda dan satunya lagi menggenggam tteokkebi-nya. Berbeda dengan So Eun yang kedua tangannya penuh dengan makanan. Kim Bum tidak heran lagi kenapa pipi gadisnya bisa chubby seperti itu.

"Kau mau?" So Eun menyodorkan satu tusuk sosis berlapis kentang itu pada Kim Bum. Pria itu tidak langsung menerima, ditangannya masih tersisa setengah tteokkebi. Kim Bum merasa heran dengan sikap So Eun hari ini, biasanya gadis itu tidak akan berbagi makanan yang disukainya pada orang lain. Masih teringat ketika Kim Bum menjadi sosok Yi Jeong dirinya harus berebut sepiring carbonara, saat itu So Eun dengan kekeh tidak mau menyerahkan bagiannya.

"Tidak mau?" tanya So Eun memastikan.

"Kau makan saja, aku belum menghabiskan bagianku," sahut Kim Bum.

So Eun tersenyum girang, dengan lahap ia mengigit sedikit demi sedikit sosisnya. Kim Bum terdiam melihat cara So Eun makan dengan rakus, pandagannya terfokus pada So Eun bahkan tteokkebi-nya terabaikan begitu saja.

"Bum-ah apa saat ini kita sedang berkencan?" kata So Eun tanpa memandang Kim Bum, rasanya malu jika pria itu menatapnya.

Kim Bum berpikir sejenak, dia pun tidak tahu apa ini bisa disebut kencan? Sesederhana inikah kencan pertama mereka? Tidak ada tempat romantis yang membuat mereka terkesan pada kencan pertama. Tapi melihat wajah bahagia So Eun membuat Kim Bum tidak tega jika mematahakan harapan kencan pertama gadis itu. Meski sebenarnya Kim Bum ingin membuat kencan pertama mereka lebih mewah dan istimewa.

"Anggap saja seperti itu," jawab Kim Bum yang dihadiahi cubitan kilat pada pipinya. Pria itu mematung dengan cubitan So Eun, meraba pipinya pelan, Kim Bum masih terdiam.

"Gomawo." So Eun berjalan cepat di depan Kim Bum yang belum bergeming dari posisinya, sadar akan ada sesuatu yang hilang Kim Bum segera mengerjar So Eun.

"Yakk, Kim So Eun, tteokkebi-ku!!"


TBC

Maaf menunggu lama, sangat sulit membagi waktu akhir-akhir ini 😥

Semoga kalian suka dengan part ini.

Sampai bertemu di part selanjutnya 😉

28/6/2019

madiani_shawol 😘




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top