Part 1

Happy reading
Awas typo bertebaran
Waspadalah

Kesibukan terlihat di salah satu rumah besar di Cheongnam-dong, para pelayan dengan cekatan melakukan pekerjaan mereka. Cheongnam-dong merupakan lingkungan yang makmur dan dihuni oleh orang-orang mapan, tidak heran jika gedung-gedung tinggi dengan harga jutaan hingga miliaran won berdiri dengan megah.

Para pelayan hilir mudik membersihkan dan mempersiapkan sarapan untuk tuan mereka. Namun ada yang tidak biasa dari para pelayan tersebut. Hampir setiap pelayan menutup telinganya dengan kapas. Bahkan ada beberapa diantara mereka menggunakan ear plug untuk meredam bunyi keras yang berasal dari salah satu kamar di rumah tersebut. Dan akibatnya mereka harus berkominikasi dengan bahasa isyarat.

Di salah satu kamar mewah seorang gadis cantik bersenandung riang dengan musik rock yang dihidupkan dengan keras, dan cukup membuat para pelayan menjadi tuli seketika. Sepertinya sang gadis sedang bahagia, terlihat dari mimik wajah dan gestur tubuhnya yang lincah bergerak mengikuti alunan musik.

Kim So Eun menatap pantulan dirinya di depan cermin, memandang setiap inci penampilannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Gadis bermata almond dengan pipi cubby itu berjalan mendekati meja rias, dan memoles lip glos pada bibir ranumnya.

"Sempurna." Senyum cerah mengembang di wajah cantiknya, So Eun kemudian mematikan sound bluetooth yang berada di atas meja belajarnya. So Eun menjinjing tas selempang dan turun ke lantai dasar untuk sarapan? Tidak ... So Eun tidak suka sarapan. Ia tidak terbiasa makan di pagi hari karena menurutnya sarapan itu bisa membuat pipinya semakin tembam. Yah ...  meski So Eun tidak menyadari sarapan atau pun tidak pipinya tetap cubby dan menggemaskan.

###

Mobil mewah milik So Eun terparkir manis di depan Hyunday Senior High School. Gadis itu turun dengan wajah tertekuk kesal. Kemudian seorang pria muda turun dari mobil yang sama dengannya. Dengan menggunakan setelan jas rapi dengan kaca mata hitam membuat pria itu terlihat seperti seorang bodyguard.

Tapi sayang wajah rupawannya membuat para wanita yang melihat susah untuk berpaling. Tidak heran jika sekarang dirinya menjadi tontonan banyak gadis cantik seantero Hyunday High School.

"Yakk Oppa, jangan pernah mengantarku lagi. Aku bisa membawa mobil sendiri," ujar So Eun pada pria di depannya.

"Dan berakhir di rumah sakit seperti tiga hari yang lalu?" ejek Soo Hyun——kakak So Eun.

Ya, tadi pagi saat So Eun tidak ikut sarapan gadis itu memilih untuk berangkat ke sekolah lebih awal, tapi tiba-tiba Soo Hyun mencegatnya dan mengatakan ingin mengantarkan So Eun ke sekolah. Awalnya gadis itu menolak tapi dengan berbagai ancaman akhirnya So Eun pasrah.

"Tidak ... itu hanya kecelakaan biasa, lagi pula itu bukan salahku sepenuhnya," kilah So Eun.

"Kenapa kau tidak suka Oppa mengantarmu? Apa oppa kurang tampan sampai kau tidak ingin diantar oleh Oppa?" Kim Soo Hyun berkacak pinggang menatap So Eun sebal.

"Justru itu masalahnya, sudahlah Oppa pulang saja! Jangan jemput aku nanti sore. Aku pulang bersama Ara dan Suzy saja."

So eun meninggalkan Soo Hyun yang masih berdiri di depan mobilnya. Memandang punggung sang adik yang mulai menjauh dengan pandangan penuh tanya. 'Apa aku kurang tampan?' batinnya. Soo Hyun bercermin di spion mobil, meneliti setiap jengkal wajah mulus nan tampan miliknya.

"Aku bahkan sangat tampan, harusnya ia merasa beruntung memiliki oppa setampan diriku. Dasar adik durhaka. Kalau saja ia tidak cantik sudah kupecat sebagai adik," gerutu Soo Hyun dengan helaan nafas panjang.

####

Suara ribut di pagi hari sudah terbiasa So Eun dengar di sepanjang koridor, lebih tepatnya saat ia melintasi koridor. Siapa yang tidak kenal dengan seorang Kim So Eun. Gadis cantik, imut dan ceria tak seorang pun yang bisa menolak pesonanya.

Bahkan pria-pria tampan di Hyunday Senior High School tidak bisa menolak pesona So Eun, kecuali Lee Minho yang terkenal dengan sikap dinginnya.

Ara dan Suzy berdiri dari duduknya saat melihat So Eun berjalan ke arah mereka. "Seperti biasa nona cantik kita terlambat satu menit," ujar Ara berkacak pinggang.

"Hei, jangan salahkan aku, kalian saja yang datang lebih dulu dariku," sahut So Eun dengan enteng.

"Bisakah kau lebih kreatif mencari alasan? aku sudah bosan mendengar alasan yang sama, So." Kali ini Suzy angkat bicara.

"Sudahlah Suzy jangan menceramahinya lagi, percuma saja besok akan terulang lagi," ucap Ara menimpali.

"Aku hanya terlamat satu menit saja kenapa kalian marah padaku?" dumel So Eun mempoutkan bibirnya kesal.

Dengan cuek Ara dan Suzy menarik tangan So Eun menuju lantai dua. Tempat target mereka berada, tepatnya di ruang kelas paling ujung, mereka berhenti dan menyender di tembok layaknya detective swasta yang mengintai targetnya.

"Kenapa tidak langsung masuk saja?" tanya So eun heran dengan kelakuan pada kedua sahabatnya. Ini bukan pertama kali mereka melakukannya tapi tetap saja Ara dan Suzy merasa malu.

"Kecilkan suaramu So Eun! Aahh, kenapa jantungku berdebar kencang?"

Ara meletakkan tangannya di dada pandangannya menerawang jauh entah apa yang sedang ia khayalkan, diliriknya Suzy yang melakukan hal yang sama.

So Eun hanya menggeleng kepalanya heran, ia berjalan memasuki ruang kelas itu dengan santai meninggalkan kedua sahabatnya. Biarkan saja Ara dan Suzy berangan indah di belakangnya, ia tidak mau menjadi bagian dari khayalan mereka.

Tatapan So Eun  jatuh pada seorang pria tampan yang duduk di tengah-tengah kelas. Senyum manis So Eun semakin merekah saat pandangan mereka bertemu, tapi pria itu segera mengalihkan pandangannya. Dengan langkah anggun So Eun mendekati pria berambut ikal itu.

"Lee Minho Oppa," ujarnya lantang. Semua siswa memandangnya penuh kagum, kecuali Minho yang sedang asik dengan ponselnya.

"Saat istirahat nanti aku tunggu di kantin, ya, sampai bertemu nanti Oppa." So Eun mengedipkan sebelah matanya yang membuat seisi kelas  riuh.

Oh ... betapa beruntungnya Minho saat ini mendapat undangan makan siang dari seorang Kim So Eun. Mungkin bukan undangan, lebih tepatnya sebuah perintah karena gadis itu tidak meminta persetujuan dari Minho.

"Yakk Minho, kau beruntung sekali dapat undangan makan siang dari So Eun. Aku saja sudah beberapa kali menawarkan makan siang bersama, tapi selalu ditolak olehnya," curhat Ki Bum setelah So Eun pergi.

"Kalo kau mau, kau bisa mewakiliku makan siang dengannya."

"Benarkah? kau memang sahabat terbaikku." Ki Bum memeluk Minho erat.

"Lepaskan, jangan sentuh! Aku masih normal," bentak Minho, risih dengan kelakuan temannya.

"Kau kira aku suka padamu, aku juga masih normal, ciih!" Ki Bum beranjak dan kembali ke tempat duduknya.

####

"Bagaimana So Eun? Apa Minho menerima ajakanmu?" Suzy

"Tentu saja, siapa yang bisa menolak seorang Kim So Eun?" sombongnya.

"Aissh jangan bahagia dulu, jangan-jangan Minho menyuruh orang lain lagi seperti minggu lalu," ucap Ara pesimis.

"Aku yakin hari ini dia menerimanya."

"Semoga saja ... aahh aku tidak sabar menunggu jam istirahat." Suzy berteriak girang, menangkup kedua pipinya yang memerah.

Sebenarnya So Eun tidak peduli dengan Minho, tapi karena desakan teman-temannya yang menggilai pria itu membuat So Eun harus berpura-pura menyukainya. Temannya terlalu malu untuk sekedar mengundang pria makan siang, jadi So Eun-lah yang menjadi perantaranya. 

###

Ara sedari tadi hanya mengaduk minumannya dengan malas, tak jauh berbeda dengan Suzy yang hanya memperhatikan makanannya tanpa minat untuk mencicipi. Wajah keduanya bagaikan benang kusut, tak ada senyum sedikit pun.

Di depan mereka Ki Bum tengah sibuk merayu So Eun yang masih kekeh tak mau makan malam berdua.

"Maaf Oppa aku tidak bisa, aku tidak suka makan di luar ketika malam hari," ucap So Eun halus, berusaha sabar menghadapi seorang pemaksa seperti Ki Bum.

"Tapi mengapa? Bagaimana kalau aku menjemputmu saja?" So eun memutar bola matanya kesal. Ki bum ternyata pria yang pantang menyerah meski terus ditolak.

"Oppa kau pernah membaca majalah kecantikan?" Ki Bum menyatukan alisnya, pria itu pun menggeleng.

"Cobalah baca sesekali, agar kau tau jika pergi malam-malam kulit seorang wanita bisa menua 0.1 persen. Aku tidak mau kulitku cepat kriput. Aku harap kau bisa memahaminya," jelas So Eun sebelum berdiri dari duduknya dan memandang Ara dan Suzy yang terlihat seperti zombie.

"Kalian tidak ikut?" So eun memandang kedua sahabatnya, memberi isyarat untuk pergi.

"Tentu saja aku ikut, nafsu makanku sudah berkurang." Ara meletakkan alat makannya kemudian berdiri.

Melihat kedua temannya beranjak pergi Suzy segera bangkit dari duduknya.

"Jangan tinggalkan aku!" teriak gadis itu.

Ki bum hanya melihat kepergian ketiga wanita itu dengan heran.

"Apa yang di katakan So Eun itu benar?
Haruskah aku membaca majalah wanita? Kenapa aku jadi pusing?" Ki Bum mengacak rambutnya kesal.

###

Seorang pria turun dari mobil mewah tak jauh dari Hyunday Senior High School, ditatapnya kembali pantulan dirinya di depan  spion.

"Setidaknya ini bisa mengurangi ketampananku," ujarnya saat memasang kacamata besar itu. 

"Kim Bum hwaiting," ujarnya semangat.

Jika dulu setiap langkah yang ia tapaki diiringi teriakan yang membengkakkan telinga, tapi tidak dengan saat ini. Dengan penampilan barunya tak seorang pun menghiraukan Kim Bum.

Melirik pun enggan, siapa yang akan tertarik dengan pria berkacamata tebal yang besar dengam rambut klimis, dengan wajah tompelan dan kemeja yang di kancing sampai atas? Penampilan kim bum jauh dari kata modis tapi ia senang, setidaknya hidupnnya lebih tenang dari yang dulu.

Kim Bum memasuki HSHS dengan senyum merekah, dilihatnya gedung sekolah itu dengan seksama. Ia bahkan tidak sadar telah merentangkan kedua tangannya layaknya burung yang ingin terbang tinggi, memejamkan mata indahnya, merasakkan kebebasan yang selama ini dicarinya. Tanpa sadar Kim Bum menari-nari di lapang  yang luas dan tenang.

Senyum tak pernah pudar dari bibirnya ingin rasanya ia ingin berteriak, ia bebas sekarang. Mulai saat ini tak seorang pun yang bisa mengusik ketenangan Kim Sang Bum.

"Hey bodoh, bisakah kau menyingkir dari sana? Kau mengganggu kami bermain tenis. Dan jangan menari tak jelas seperti itu. Menggelikan sekali." So Eun memandang datar ke arah pria aneh itu.

Suara tawa membuat Kim Bum membuka matanya , dilihatnya sekeliling penuh dengan siswa-siswi yang berlatih tenis.

Tanpa menjawab gadis itu, Kim Bum pergi begitu saja dengan wajah merona. Malu? Tentu saja, siapa yang tidak malu bertingkah konyol di depan wanita. Bukan hanya satu tapi puluhan. Oh astaga kenapa Kim Bum tidak menyadarinya? Menjadi tontonan gratis itu tidak menyenangkan.

"Yakk kau, berhenti!!" teriak so eun sebelum Kim Bum benar-benar keluar dari lapangan. Ia menoleh kearah So 3un yang mulai mendekat.

"Kau siswa baru?" tanya so eun dengan senyum mautnya.

Kim bum merasa risih dengan senyum So Eun, terasa mengerikan baginya. Kim Bum mengangguk sebagai jawaban.

"Benar saja aku tidak pernah melihatmu, kau siswa pindahan ya?" So eun meneliti penampilan Kim Bum dari atas sampai bawah.

"Bukan urusanmu!" ketus  Kim Bum, meninggalkan So Eun yang terus menyuruhnya berhenti. Tapi bukan Kim Bum namanya jika ia menanggapai hal sepele seperti itu.

"Wahh si cupu mengacuhkan mu So Eun." Ara merangkul pundak So Eun, memandang punggung Kim Bum yang menjauh.

"Bertambah lagi satu pria yang tidak menyukaimu," ejek Suzy. Bukan So Eun namanya jika wanita itu cepat menyerah, gadis itu memiliki kepercayaan diri yang over dosis.

"Lihat saja nanti, aku akan membuatnya bertekuk lutut dihadapanku," ujarnya penuh keyakinan.

"Minho Oppa saja belum bisa kau takhlukkan, kau yakin dengan si cupu itu." Ara memanasi So Eun yang kesal. Ia tau So Eun tidak pernah menarik kata-katanya.

"Jangan remehkan aku, Kim So Eun memiliki 101 cara cantik untuk menarik perhatian pria?" ujar So Eun seraya mengibaskan rambut indahnya.

"Kami tantang selama 1 bulan, apa kau setuju?" Ara tersenyum jahil, jika sudah seperti ini So Eun tidak akan mundur dari tantangannya.

"Ara  itu terlalu lama, bagaimana jika 2 minggu? Kau pasti bisakan so eun?"

"Kita lihat saja, aku pastikan si cupu itu dapat balasan." So Eun menatap kesal pada kedua sahabatnya. Tidak ada alasan untuk dirinya mundur, ia akan buktikan jika pesonanya mampu meluluhkan pria itu.

"Deal"

TBC

Direvisi tanggal 3/5/2019

madiani_shawol

Semoga cerita ini bisa menghibur 😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top