4#Hottra

"SHIRTLESS!!"

BUZZZZZ!

BRAKKK!!

"Ya Tuhan, apa yang kau lakukan, Jin gulali??"

"Aku mengeluarkanmu, Jun cabul!"

"Aku sedang tidur kau kagetkan! Tadi malam aku minta keluarkan kau malah meninggalkan tidur!"

"Aku tidak bisa tidur! Kau berisik!"

"Berisik bagaimana? Aku tidur nyenyak kau katakan berisik!"

Sebenarnya bukan Junali yang berisik. Setelah ia protes dan berulang kali minta keluarkan dari dalam toples, Junali merasa lelah. Dan ambruk dibantalan seperti kapas berwarna pink itu. Wangi. Dan tak lama ia tertidur nyenyak setelah sebelumnya menyadari luka dilengannya lenyap tak berbekas.

Sementara sepeninggal Junali yang melayang kealam mimpi, Jinily justru merasa tiba-tiba sepi dan lolongan srigala membuatnya merinding. Ia justru tak dapat tidur dan sempat menengok toples dimana disana Junali terlihat pulas.

"Awas ya jangan sampai bantalan kapasku bau ilermu!"

Tentu saja, Junali tak mendengarnya. Ia justru terdengar mendengkur lebih keras tetapi dengkurannya tak bisa menyaingi suara lolongan srigala yang didengar Jinily diluar toples.

"Jentikkan jarimu, masukkan aku kedalam toples!"

"Ck!"

Junali berdecak mendengar permintaan Jinily yang didengarnya bagaikan nada perintah.

"Junnn!!"

Jinily mengejar Junali yang berlalu dari hadapannya. Ia menarik lengan Junali hingga pria itu berhenti melangkah.

"Apa?"

"Masukkan aku!"

"Hah? Masuki? Kau sedang menggodaku?"

Jinily melepas cengkraman dilengan Junali, tersadar arah pembicaraan Junali yang berbeda dengan maksudnya.

"OMG, Dasar pria Cabul!!"

Junali sengaja seolah menyeringai, membuat Jinily makin takut berdekatan dengannya, lalu mundur beberapa langkah menjauhinya. Kemudian, Junali melenggang pergi keluar dari ruangan itu dnegan senyum tertahan.

"Rasakan!! Memangnya cuma dia yang bisa sesuka hatinya mengeluar masukkan orang kedalam toplesnya itu!" Gumam Junali dengan nada menang.

"CK!"

Jinily menghentakkan kakinya kesal. Sementara Junali turun kebawah menuju sungai.

"Juuunnn!" Jinily berteriak dan lari kejendela melihat Jun menuruni anak tangga.

"Apa lagi??" Jun mendongak menjawab panggilan Jinily.

"Kau mau kemana?"

Berwajah cemas, Jinily bertanya.

"Buang air, memangnya kau mau ikut?"

Bertanya atau menantang bahkan sengaja menggoda Jinily hingga Jinily mendengus membuat lelaki itu lagi-lagi tertawa menang. Jinily menggenggam tangannya dengan bibir yang mengerucut.

"Uhhhggg! Dasar cabul! Hiyyy!" Jinily bergidik sebelum berbalik.

"A.....UUUUUU!!!!"

Lolongan srigala menghentak Junali dan menghentikan langkah kakinya dianak tangga yang tergantung hingga kedasar pohon itu. Suara Srigala lagi? Junali merasa tubuhnya merinding.

"Bagaimana kalau nanti diterkam lagi?"

Junali menaiki tangga lagi untuk kembali keatas. Tapi ketika ia melihat Jinily masih memandangnya dijendela, Junali ragu-ragu untuk kembali.

"Kalau ragu, lebih baik kembali!"

"Lalu buang airku ditampung dimana? Ditoplesmu?"

"Ihhh, Tidak-tidak-tidak!"

Junali terkekeh. Ia turun kembali. Gengsi, masa lelaki seperti dia harus dikalahkan suara lolongan srigala. Tidak Gentle.

"Ya Tuhan, lindungi aku Ya Tuhann!!"

"A...UUUUUUU!!"

"OH Tuhannnnnn!!!"

Junali sebenarnya bergidik tetapi dengan berani masih menuju sungai didekat rumah pohon dimana ia sekarang tergantung. Cepat-cepat ia turun menuju sungai dimana ia tak tahu sebenarnya jam berapa saat itu, yang jelas hari masih gelap, lolongan serigala biasanya tengah malam.

Ia memandang ke langit yang nampak bulat sabit. Ia bernapas lega karna bukan bulan purnama. Meski cahaya sabit tentu tidak lebih terang dari purnama.

Srek! Srek! Srek!

Junali terjengit kaget, karna mendengar suara gesekan ranting yang diinjaknya sendiri.

"Sialan!!" Umpat Jun sambil melihat kearah injakan kakinya.

Segera Junali melepaskan air seni yang sudah terasa penuh dikantung kemihnya yang dilapisi bahan hitam.

Dari atas, Jinily menutup matanya karna tak sengaja mengintip dari jendela mendengar suara lolongan serigala dan gesekan ranting yang ia kira binatang buas yang mendekati Junali.

"Uusshh, Jun Cabul!" Jinily menutup matanya dari punggung Junali yang polos dan sedang membuka celananya.

Untung saja membelakangi. Kalau tidak yang kelihatan bukan punggung melainkan...

"Heii, kau mengintip? Mau bintilan??"

DUG!
Jantung Jinily seakan terasa berantakan karna terkejut mendengar suara Junali yang ternyata menengok keatas dan terkejut melihat kepala Jinily muncul dijendela.

Srekk! Srekk! Srekk!

Kali ini Junali yang terkejut mendengar suara gesekan ranting yang tentu bukan berasal dari kakinya.

Sepasang cahaya merah, tertangkap netranya yang melebar dari balik semak-semak.

'Tuhann!!' Jerit Junali tapi hanya dalam hati.

Sesosok Serigala keluar dari semak-semak dengan mata yang memerah.

'Ya Tuhannn, kenapa tiba-tiba serigala dimana-mana? Atau hutan ini memang berisi serigala makanya terlarang?'

Jantung Junali berdebar-debar. Siapa yang tak berdebar melihat Serigala dengan mata merah yang saat ini melangkah kearahnya seakan telah siap menerkam.

Junali menatap tajam kearah mata serigala yang memerah itu. Tidak ingin menciut meski ia sadari ia tak memiliki kekuatan apa-apa. Ia hanya manusia biasa yang terjebak dihutan. Ia laki-laki biasa yang harus bisa bertahan hidup dalam situasi yang paling menyeramkan sekalipun.

Serigala menggeram dengan suara menakutkan sebelum melayang kearah Junali yang seketika melompat. Entah mendapat kekuatan dari mana, ia kini berada diatas punggung serigala dan mencengkram kepalanya.

"Aaaaarrggghhhh!!!"

Suara geraman Serigala bercampur dengan suara teriakan kesakitan terdengar. Kepala serigala tersebut menggeleng-geleng, seperti kesakitan.

Junali melihat kepala tersebut berubah-ubah. Dari kepala serigala menjadi kepala manusia. Jadi-jadiankah?

Junali menekan kepala Serigala hingga tak ada jarak dengan tanah yang ia pijak. Tubuhnya tergoncang kuat dan Junali bertahan diatasnya. Mencekam. Hanya angin dan debu serasa berputar disekitarnya. Junali belum menyadari kekuatan darimana yang membuatnya begitu kuat, hingga Serigala itu tergeletak.

Mati atau hanya pingsan, Junali tak peduli. Mendadak ia bangkit dari atas tubuh serigala itu dan segera melompat ketangga rumah pohon dan sampai diatas dengan terengah-engah.

Dihadapan Jinily, Junali mengangkat dagunya sambil menepuk kedua tangannya seolah membersihkan telapak tangannya dengan sombong.

Tik.
Jinily menjentikkan jarinya, lalu seolah menarik sesuatu dari tubuh Junali.

"Brukk!!"

Setelahnya Junali ambruk seakan tak punya tenaga karna seolah telah habis terkuras.

"Apa yang kau lakukan, Jin gulali?" Lirih ucap Junali dengan tubuh bersimbah keringat.

"Aku cuma mengambil kekuatanku yang kutitipkan padamu tadi!" Ucap Jinily sambil memainkan kukunya.

Sebenarnya Jinily ingin diam saja, membiarkan Junali seolah memiliki kekuatan tanpa bantuannya. Tapi Jinily berubah pikiran melihat kesombongan Junali. Ia tak ingin kekuatannya menjadi penyebab kesombongan itu.

Junali memejamkan matanya. Ia tersadar kenapa tadi ia seperti jagoan menghadapi serigala. Ternyata kekuatan Jinily lah yang membuatnya menjadi petarung.

"AUUUUUUUU!"

Mereka berdua sama bergidik mendengar lolongan itu.

"Ternyata dia tidak mati!"

"Tidak akan mati, mahluk itu jadi-jadian!"

Jinily menutup jendela dan menarik tangga agar tak terulur kebawah. Bukan hanya Junali yang melihat perubahan dari wajah serigala itu saat dicengkram nya. Jinilypun menyadari Serigala itu jadi-jadian. Itu sebabnya hutan itu terlarang karna setiap yang datang takkan bisa pulang.

"Beberapa jam lagi pagi, dia akan menghilang disiang hari!" Bisik Jinily.

Yang harus mereka lakukan saat ini adalah bertahan. Beruntung, Jinily memiliki kekuatan yang dapat mengimbangi serigala jadi-jadian.

"Untung kau jadi-jadian sama seperti Serigala itu!"

"Jun, bukan saatnya bercanda!"

"Sekali lagi kau panggil Jun, aku akan..."

"AUUUUUUUUU!!"

"STTTTTTT!"

Jinily membekap mulut Junali dengan tangannya. Bukan saatnya mereka berisik. Mereka saling melebarkan mata, sama melotot.

Penerangan didalam ruangan itu makin meredup. Hingga Junali tak melihat apa-apa lagi disekitarnya. Ia tak tahu apa yang terjadi esok. Yang ia tahu, ia bersama seorang putri yang mengaku dikutuk dan memiliki kekuatan lalu ia merasa punya harapan untuk keluar dari hutan terlarang yang menyeramkan.

"Jika aku bisa pulang kembali dengan selamat, aku akan perbaiki hidupku!"

#########
Banjarmasin, 17 Agustus 2020

Mohon dibaca sampai habis dibawah ini ya...

Haii!
Merdeka!!
Indonesia sudah merdeka 75tahun lho. Sebagai anak bangsa kita harus pandai-pandai mengisi kemerdekaan ini dg hal-hal yang positif.

Terima Kasih kepada yang selalu menghargai karya saya. Hanya cerita-cerita halu yang bisa saya berikan kepada pembaca terutama penggemar Ali Prilly. Yuk mari, kita saling menghargai. Termasuk menghargai idola kita yang sedang fokus berkarya.

Satu yang saya soroti akhir-akhir ini adalah soal byk yg mengedit photo postingan Prilly yang ia gunakan buat promosi karya terbarunya MLMH.

Mohon maaf, saya harus ingatkan. Saya tidak melarang yg mau mengedit photo-photo itu, tetapi mempostingnya sebaiknya jangan sekarang. Setidaknya setelah masa promo dan tayang film itu selesai.

Saya mengerti yang mengedit photo itu hanya ingin merasa senang dan halu sendiri tapi waktunya kurang tepat. Sama aja kita gak menghargai usaha Prilly untuk memberikan yang terbaik buat kita. Mereka buat photo itu untuk promo, biar menarik minat penonton yang bukan hanya kita. Kita malah edit-edit lalu diposting dimasa yang seharusnya kita ikut support dengan posting karya mereka bukan justru memposting editannya.

Ali juga sering ingatkan kita lho, agar kita bisa menghargai hasil karya dan film Indonesia. Kalau kita malah edit hasil karya yang seharusnya buat promo dengan wajah dia pula, apakah tidak terpikir artinya kita juga tidak menghargai Ali.

Please, bijaklah dalam menjadi APL. Jangan sampai komunitas kita dianggap hanya komunitas halu yang sebetulnya hanya menunggu Ali dan Prilly bersatu, lalu bukan termasuk yang mensupport karya mereka apa adanya waktu demi waktu.

Bisa gak ya, kita ini bener-bener sama-sama support dengan cara yang lebih baik sekarang?

Merdeka itu bukan kebebasan melakukan apapun tanpa batasan, tetapi kebebasan melakukan apapun dengan perasaan.

Terima Kasih bagi yang mau mengerti.
Mohon maaf jika tidak berkenan dengan nasehat saya...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top