Story 9: Jawaban

"Lo ngga perlu jawab sekarang."

Bagi Andi, kalimat itu seperti kutukan. Kenapa juga dulu pakai bilang begitu ke Atta, cewe yang dia taksir setahun lamanya sebelum akhirnya dia tembak.

Sekarang, enam bulan setelah penembakan laknat itu, jawaban Atta tidak kunjung datang. Dia malah menjauh. Andi merasa digantung, hidupnya tidak tenang dan Atta tetap menghilang.

Teman-teman Andi sibuk selama enam bulan ini, dari sibuk mengatai sampai sibuk mencomblangi. Andi yang awalnya menolak dikenalkan sekarang pasrah.

Sayangnya perkenalan Andi tidak pernah berjalan lancar. Andi yang dihantui penembakan tak terjawab selalu mengungkit cerita itu pada cewe yang baru dikenalnya.

"Menurut lo kenapa ya dia? Apa dia takut sama gue?"

"Kenapa ya dia ngejauhin gue? Apa ada yang salah dari cara gue nembak?"

"Harusnya gue ngga bilang ngga perku jqwab sekarang ya?"

Bagaimana tidak jengah coba cewe-cewe itu? Baru kenal sudah hobi curhat soal cewe lain, Apalagi kalau sudah dekat? Atau pacaran??

Tapi Andi tidak bisa berhenti memikirkannya. Dia butuh jawaban, dan pemberi jawabannya semakin menghilang dari hidup Andi.

Suatu hari Andi berkencan lagi. Cewe ini terlihat lebih cuek dibanding cewe lain yang disodorkan teman-temannya. Chacha namanya. Sebenarnya kali ini Andi cukup tertarik karena wajah cewe ini lucu.

"Gue dipaksa ketemuan sama elo, kalo ngga gue disuruh ta'aruf," kata Chacha. Andi tertawa. Ternyata Chacha belum pernah pacaran maupun kencan selama 20 tahun hidupnya.

Andi pikir kencan kali ini akan berjalan lancar, tapi lagi-lagi cerita itu meluncur dari mulutnya. Tanpa bisa ditahan, ia luapkan semua kegundahannya pada Chacha. Berbeda dengan cewe-cewe sebelumnya, Chacha memperhatikannya dengan seksama.

"Kenapa ya dia ngga jawab gue?" Tanya Andi.

"Emang ngga dijawab itu bukan jawaban ya?" Tanya Chacha menarik seluruh perhatian Andi.

"Maksudnya?" Tanya Andi lagi. Dadanya berdebar. Akhirnya ia menemukan seseorang yang mau diajak berbagi tentang ini. Chacha mengangkat bahu.

"Ya masa kalo dia suka juga dia ngga buru-buru ngasih tau lo? Kalo gue sih, kalo ditembak cowo yang gue suka ya langsung gue terima kali," jelas Chacha.

"Tapi mungkin ngga dia tuh suka sama gue, tapi takut berkomitmen? Takut kehilangan, takut putus gitu??"

"Bisa jadi. Tapi setahu gue, kalo lo suka sama seseorang lo ngga bakal tahan tuh lama-lama ngga ngobrol sama orang itu." Ucapan Chacha ini membuat Andi serasa ditampar. Andi teringat puluhan pesannya yang bahkan tidak di-read oleh Atta.

"Tapi apa gue hsrus membenarkan cara dia yang ngegantungin gue gini?! Dia emang punya hak buat ngga suka sama gue, tapi gue juga punya hak buat dapetin kepastian jawaban dong?!" Emosi Andi mulai naik. Andi tidak marah, ia gelisah menanti kenyataan yang mungkin selama ini selalu ia hindari. Chacha tersenyum.

"Kalo lo mikir gitu, mungkin lo harus cek ulang. Elo itu sayang atau cuma penasaran?" Kata Chacha sambil menegakkan jari telunjuknya. Mata Andi melebar.

Untuk pertama kalinya Andi sadar. Jawaban Atta selalu ada di depan matanya. Meskipun berat, dia menerima jawaban yang tak sesuai harapan itu.

"Thanks pencerahannya, Cha," kata Andi sambil tersenyum pahit.

"Masama, Ndi," jawab Chacha sambil tersenyum lebar. Dada Andi berdebar meoihat senyum itu.

Gawat, kalau yang ini betulan atau lagi-lagi cuma penasaran?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top