Story 8: Memasak
Meskipun sudah sembap wajahnya, dia tak malu. Mereka kan sudah bersahabat sejak dulu-dulu. Dia tak merasa harus menutup-nutupi kesedihannya. Sahabatnya datang justru mau membantu meringankannya, bukan?
"Lebay banget ngga sih gue sampe nangis bombay gini gara-gara cowo?!" Katanya pada sahabatnya.
"Lebay sih," jawab sahabatnya singkat. Tapi tak tepat. Emosinya jadi terpicu kuat.
"Ya habis gimana dong?! Namanya juga diputusin pas lagi sayang-sayangnya!!" Amuknya.
Yah, salah deh gue ...
Sahabatnya akhirnya memilih untuk diam saja. Ia duduk di sebelah gadis yang dalam hati ia puja. Kini ia siap mendengar gadis itu bercerita atau sekadar merajuk manja seperti biasa.
"Dia bilang, dia lebih suka cewe lain yang lebih jago masak itu ... gue kan ngga suka masak, dan ngga bisa masak. Tapi gue masak buat dia kok, karena gue tahu dia suka masakan buatan sendiri. Walau gue cuma bisa bikin mie goreng, tapi mie goreng gue kan ngga instan. Eh ternyata cinta dia ke gue yang instan. Ngga sehat, cepet abis padahal gue masih laper," dia lanjut bercerita. Kepalanya disenderkan pada bahu sahabatnya yang sedari tadi memang sudah dipersiapkan untuk tujuan yang sama.
"Gue suka mie goreng buatan lo, lebih enak dari mie instan," ujar sahabatnya. Bingung dia mau berkomentar apa. Hanya hiburan jujur itu yang terlintas dipikirannya.
"Tetep aja kalah sama salmon panggangnya cewe lain itu," jawabnya lemah mengingat usahanya kalah dengan mudah oleh orang lain yang memiliki apa yang tidak ia punya; Kecintaan pada memasak dan kemampuan untuk melakukannya.
"Gue jadi laper."
"Gue lagi cerita kok lo malah laper?!"
"Bukan salah gue lah, lo ngomongin makanan terus!"
"Di rumah gue lagi ngga ada makanan ..."
"Yaudah yuk kita masak makanan."
"Gue kan tadi udah bilang gue cuma bisa masak mie goreng."
"Gue kan juga udah bilang, gue suka mie goreng lo."
Dia kalah berdebat. Sahabatnya selalu punya cara untuk menghibur tiap sedihnya kumat. Diterimanya ajakan sang Sahabat. Kesedihannya pun seperti terlumat debaran hebat.
Sepasang sahabat yang tak suka dan tak hebat dalam memasak. Kini keduanya di dapur, membuat mie goreng amatiran entah hasilnya akan enak atau tidak. Tawa dan canda mereka menyeruak.
Ketika dua insan melakukan sesuatu karena ingin terpadu padan, kegiatan apapun terasa lebih menyenangkan. Dia dulu selalu memasak sendiri sementara laki-laki lain hanya tahu makan. Kini dia seperti baru sadar, dia bisa melakukan semuanya secara berpasangan.
Seperti saat ini, dengan laki-laki yang dulu selalu ia anggap teman ...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top