Story 2: Pertanda
"Anterin gue dong!" katanya pada temannya. Nadanya lebih terkesan seperti perintah daripada permintaan.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Biasanya juga jalan kaki lo," jawab temannya tak acuh.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Lagi males, cape nih abis penilaian sprint tadi," balasnya lebih tenang. Kali ini nadanya memelas, sudah jauh lebih mirip dengan orang yang sedang meminta tolong. Teman yang dasarnya tidak tegaan itu juga akhirnya luluh.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Yaudah gue ambil motor bentar." Temannya mengalungkan tas-nya dan beranjak. Tak lama mereka pun pulang bersama.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Di tengah jalan temannya berkata, "Ke minimarket dulu ya. Nyokap gue nitip beliin sesuatu." Dia menyahut mengiyakan. Syukurlah, semakin lama mereka bisa bersama. Di minimarket temannya langsung sibuk sementara dia melihat-lihat. Pikirannya berkelana sambil sesekali melirik temannya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Sudah dua tahun bersahabat saat tahu-tahu dia menyimpan rasa. Sudah terlanjur bersahabat, dia tak tahu bagaimana cara mengungkap rasa. Yang dia tahu, temannya terlalu baik padanya. Yang dia tahu, sebaik-baiknya temannya itu, tidak pernah sekalipun temannya memberi tanpa dia minta. Seandainya ada pertanda, sesuatu yang bisa meyakinkannya bahwa ada rasa yang sama tersimpan untuknya dalam hati temannya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Hahaha, lucu nih. mirip elo! Mau ngga?" lamunannya buyar saat temannya mengajaknya bicara. Temannya memperlihatkan penghapus berbentuk panda dengan wajah cemberut. Dia mencerna ucapan temannya tadi dan adegan di depan matanya.
Wajahnya seketika memerah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top