Story 1: Si Pelupa dan Si Pas-pasan

"Yah gue lupa bawa duit!"
"Yah, duit gue ngepas ..."

Dan waktu tempuh 10 menit itu pun harus mengaret. Dalam perjalanan beberapa kali Si Pelupa menengok lesu melihat angkot yang melewati mereka. Jarak rumah teman mereka itu memang cukup jauh, lumayan kalau dihabiskan dengan berjalan kaki.

Si Pelupa kesal sendiri, dia tak berhenti mengeluh. Si Pas-pasan jadi ikut-ikutan kesal dan mengatai Si Pelupa berisik.

Saking kesalnya Si Pelupa, dia menginjak keras kubangan air yg berada tepat di depannya. Malang, cipratannya mengenai Si Pas-pasan. Si Pelupa tertawa puas. Lalu Si Pas-pasan membalas. Seketika perjalanan berubah menjadi perang kubangan.

Sepanjang jalan mereka mengobrol. Mereka tahu bahwa mereka harus membuat perjalanan ini terasa ringan. Meskipun penuh dengan saling cela, tapi pembicaraan mereka berlangsung menyenangkan.

Gerimis, dengan pasrah mereka mempercepat langkah sambil berdoa supaya hujan tidak bertambah deras. Tdk ada tempat berteduh di sekitar. Lagipula matahari sedang terbenam. Meskipun begitu keduanya lega karena saat menengok, mereka memiliki teman seperjalanan.

35 menit kemudian sampailah Si Pelupa di depan rumahnya. Si Pas-pasan pamit karena rumahnya lebih jauh.

Bertahun-tahun kemudian, mereka sudah berjalan sendiri-sendiri. Si Pelupa pun baru ingat kalau Si Pas-pasan punya uang untuknya naik angkot sendiri. Si Pas-pasan menemani, tapi Si Pelupa sibuk mengeluh. Dia lupa berterima kasih.

Entah kapan mereka bisa bersinggungan kembali, Si Pelupa tak berani membayangkan. Kini ia hanya bisa menahan senyumnya sendiri sambil memendam rasa terima kasih yang tak tersampaikan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top