Bab 3. Kenalan
"Wah, parah sih."
Kayla menggelengkan kepalanya. Masih tak menyangka dengan apa yang sudah dia lakukan. Sementara Dewi hanya menatapnya kesal.
"Apa, sih. Bagi tahu, dong. Penasaran nih liat kamu senyum-senyum terus dari tadi."
"Nggak ada, nggak ada. Kapan-kapan aja, lah." Kayla merebahkan dirinya di sofa depan televisi. Tak ingin memberi tahu Dewi karena mulutnya yang lemes. Bisa-bisa Dewi menyebar gosip nantinya ke yang lain.
Meski tak suka dengan Kayla yang menyimpan rahasia, Dewi tidak bisa melakukan apapun. Dia tidak ingin menjadi teman yang kurang menyenangkan bagi Kayla.
"Eh, tapi, La. Selain selingkuh Zain juga katanya sering one nigh stand gitu sama cewek lain," kata Dewi. Berniat membuat Kayla kembali sedih karena tahu Zain tidak sebaik yang dia pikirkan.
Kayla melirik Dewi sekilas, lalu bergumam. Masih sangat malas untuk membahas orang bernama Zain Nugroho. Walau sebenarnya dia juga tidak masalah jika Zain pernah melakukan one night stand. Karena Kayla sendiri juga melakukannya satu bulan yang lalu.
Waktu itu Kayla terlalu banyak minum di acara ulang tahun temannya. Tidak ada Dewi dan juga Zain yang menjaganya membuat Kayla minum di luar batas toleransinya. Kayla sendiri juga tak menyangka kalau dirinya bisa melakukan hal yang seperti itu dengan pria lain. Ia kaget sekaligus lemas begitu melihat seorang pria tampan tidur di sebelahnya.
"Udah nggak ada urusan lagi sama si Zain. Jangan diingetin mulu ke dia. Takutnya lama move on-nya aku."
***
"Orang mageran kayak kamu tumben tadi nolongin orang."
Raka tersenyum tipis. Kembali teringat dengan aksi hero-nya saat menangkap pencopet tadi. "Ya namanya ada orang butuh bantuan, masa nggak ditolongin."
"Prinsipmu itu kalau orang lain bisa melakukan, ya sudah, kamu bakalan diam. Heran aja aku, prinsip puluhan tahun yang sudah tertanam di otakmu kok bisa-bisanya berubah. Otakmu ketinggalan di Surabaya apa gimana?"
Raka terbahak mendengar kalimat terakhir kakak perempuannya. "Ya biarin, Mbak. Ini bukan otaknya yang ketinggalan tapi aku yang lagi berusaha jadi pria idaman."
"Hillih."
Raka membuka layar ponselnya, melihat isi galeri yang penuh dengan foto wanita cantik yang ia tolong tadi siang. Raka lagi-lagi menarik ujung bibirnya. Ini di luar rencananya untuk ketemu dengan cara yang seperti tadi.
"Nggak buruk juga," katanya pada diri sendiri.
"Tapi kamu tumben banget ngajakin aku sama Bayu liburan ke sini. Mendadak pula."
Raka melempar asal ponselnya. Tangan kekarnya meraih biskuit di atas meja dan memakannya dengan pelan.
"Nggak apa-apa. Aku tahu Mbak sama Bayu bosan di rumah mulu," jawab Raka sekedarnya. Mana mungkin dia menjawab kalau kedatangannya ke sini hanya untuk modus pada wanita yang ia suka.
Sudah hapal kalau Kakak perempuannya tak mudah percaya, Raka berinisiatif menggendong Bayu dan membawanya ke taman depan penginapan.
***
"Yakin bisa jalan?"
"Bisa, kok, bisa." Kayla melangkah riang di depan Dewi. Kemudian merangkul sahabat yang sudah ia anggap sebagai saudara itu. Kayla tahu Dewi terkadang sangat menyebalkan dengan mulutnya yang lemes. Namun, Kayla tidak masalah. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini.
Kali ini tujuan keduanya adalah Alun-Alun Kota Batu. Jalan-jalan saat malam hari di Alun-Alun membuat Kayla lupa dengan suasana hatinya yang sempat memburuk. Aneka jenis makanan memenuhi sudut kanan jalan. Kayla dan Dewi juga sempat berfoto dengan orang-orang yang cosplay jadi pocong dan sunder bolong.
"Kalau tadi beneran pocong mungkin aku sudah semaput (pingsan)," kata Dewi.
Kayla terbahak mendengar kalimat yang dilontarkan Dewi.
"Eh, itu cowok tadi nggak sih?" Dewi menunjuk Raka dengan tangan kanannya.
Kayla mengikuti arah yang dituju Dewi. Ia jadi salting saat Raka menangkap pandangannya. Kayla ingin memberikan senyum tapi urung saat melihat wanita dan anak kecil di sebelah Raka. Kayla tidak mau di cap sebagai wanita yang menggoda suami orang.
"Beli jajan aja terus masuk ke dalam, yuk." Kayla menggandeng lengan Dewi, melangkah masuk ke area foodcourt. Tanpa Kayla sadari, Raka sudah berdiri di belakangnya.
"Sosis bakarnya satu sama corn dog satu, ya," kata Kayla kepada ibu penjual.
"Saya juga sosis satu dan corn dog satu."
Kayla menengang ketika mendengar suara pria yang begitu dekat dengannya. Ia menunduk, melihat ada kaki pria di belakangnya. Kayla perlahan menoleh ke belakang yang langsung disambut senyuman oleh Raka.
"Kamu terlalu dekat," kata Kayla pelan.
"Ups, sorry." Raka mundur satu langkah. "Kupu-kupu selalu tahu di mana tempat bunga yang cantik."
"What?" tanya Kayla bingung. Ia tidak paham dengan apa yang dikatakan Raka.
Raka mengedikkan bahunya. "Nothing. Kamu yang tadi siang, 'kan?" Ia mengulurkan tangan, ingin berkenalan. "Raka."
Kayla menatap tangan kekar itu beberapa saat. Ada desiran aneh yang mengalir di tubuhnya ketika tangannya bersentuhan dengan kulit Raka.
"Kayla."
"Such a beautiful name. Kamu orang sini?"
Kayla menggeleng. "Nope. Surabaya."
Dewi melihat Raka dan Kayla bergantian. Wajahnya yang semula sempat mengagumi Raka berubah menjadi kesal. Kayla baru saja batal nikah, tapi sudah berkenalan dengan pria tampan. Dewi berdecak kesal dan Raka melihat saat ia melakukan itu.
"Aku juga orang Surabaya. Kamu Surabaya mana?"
Tidak ingin sesi berkenalan terus berlanjut. Dewi berdehem. "La, sudah selesai pesenannya."
Kali ini giliran Raka yang menatap Dewi dengan sinis. Namun, segera mengubah ekspresinya kembali ketika melihat Kayla.
"Oh ya, aku bayar dulu."
"Aku saja." Raka mengeluarkan uang dari sakunya lebih cepat dari Kayla. Lalu mengulurkannya ke ibu-ibu penjual.
"Eh, seriusan? Nggak usah," cegah Kayla tidak enak.
"Nggak apa-apa. Santai saja, anggap salam perkenalan." Raka mengerlingkan sebelah matanya.
"Thanks kalau gitu," jawab Kayla. Melihat Raka yang bersikap santai, Kayla jadi penasaran sesuatu. Apakah pria di depannya ini ingat dengan malam yang pernah mereka lalui bersama? Atau justru hanya dia saja yang ingat?
Mungkin saja Raka sudah lupa karena memang bukan apa-apa. Itu hanya satu malam. Kayla melihat tempat di mana tadi Raka berada, wanita yang berdiri di sana terus melihat ke arah sini. Membuat Kayla jadi canggung.
"Ah, karena sudah selesai. Aku duluan."
Kayla mengangguk. "Iya, terima kasih sekali lagi."
Dewi menghentakkan kakinya. "Ganjen banget, sih."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top