Bab 2. One Night Stand
Sudah satu minggu berlalu sejak Zain ketahuan selingkuh. Kayla menyibukkan diri untuk mengurus butiknya. Ia mengabaikan semua pertanyaan teman dan rekan kerjanya yang bertanya alasan pernikahannya batal. Kayla juga jadi memblokir nomor Zain karena terus dihubungi sepanjang hari.
"Hello, Bestie!"
Kayla melihat pintu sebentar sebelum kembali fokus memberikan warna pada desain bajunya. Dewi yang diabaikan berdecih, tanpa sungkan menaruh bokongnya di atas meja kerja Kayla yang cukup berantakan.
"Sudah seminggu berlalu masih galau saja," komentar Dewi. "Makanya, La. Lain kali kalau aku bilang tuh di dengerin lah. Jangan terlalu positif thinking gitu sama pasangan. Cinta tuh buta. Pakek segala bilang kalau itu bukan Zain."
Helaan napas kesal akhirnya muncul dari belah bibir berbentuk hati milik Kayla. Inilah alasan kenapa Kayla masih tidak mau bertemu dengan orang lain dulu selain soal pekerjaan. Kayla yang masih merasa sedih tidak punya tenaga untuk membalas kalimat orang lain yang mengarah ke batalnya pernikahan dirinya dan Zain.
"Nggak ada pekerjaan apa dirimu kok sampai datang ke sini jam segini?" Kayla memilih merubah topik. Sementara Dewi cekikikan senang karena Kayla tidak bisa membalas kalimat pedasnya.
Wajah murung Kayla juga menjadi hiburan sendiri untuk Dewi.
"Lupa ya kalau ini hari sabtu?"
Kayla melirik kalender di sisi mejanya, lalu mengangguk kecil. Ternyata dia sampai lupa kalau ini hari sabtu. Pantas saja karyawan di lantai satu menatapnya aneh tadi. Ternyata mereka sedang heran dengan dirinya yang datang di hari weekend.
"Kamu butuh healing deh kayaknya, La. Biar nggak kepikiran sama Zain mulu," kata Dewi memberi saran.
Kayla yang mendengar saran menarik itu langsung mendongak, menatap Dewi yang sedang menunduk melihatnya. "Healing?"
Dewi mengangguk. "Iya. Siapa tahu setelah healing kamu jadi lebih baik."
"Ke mana?"
***
Kayla dan Dewi memutuskan Kota Batu sebagai tempat healing mereka berdua. Selain dekat dari Surabaya, Kota Batu juga terkenal dengan tempat wisatanya yang banyak dan beragam. Dari pada hotel, mereka berdua lebih memilih Homestay sebagai tempat menginap.
"Sejuk ya di sini? Beda banget sama Surabaya seng panas e puol (yang sangat panas)," kata Dewi senang.
Kayla menurunkan kaca mobil, membiarkan angin dingin Kota Batu menerpa wajahnya yang cantik. "Katanya kalau subuh, airnya bakalan sedingin es."
Dewi yang sedang menyetir mobil mengangguk setuju. "Emang bener. Jangankan subuh, jam sepuluh pagi saja masih kayak es batu airnya."
Setelah sampai di penginapan, Kayla dan Dewi merebahkan dirinya sejenak di ranjang yang empuk. Melakukan perjalanan selama kurang lebih dua jam di pagi hari membuat keduanya sedikit lelah. Sisa kantuk juga masih ada dan terlihat jelas di wajah Kayla yang polos tanpa polesan make up.
"Enaknya nanti ke mana dulu, ya?"
Kayla membuka layar ponsel, mencari tempat yang enak dikunjungi di siang hari. "Kalau ke BNS atau ke alun-alun enaknya sih sore hari, malam malah lebih baik karena rame. Kalau nanti siang enaknya ngapain?"
"Motoran aja yuk ke Jatim Park tiga," ajak Dewi. Dia memang sudah pernah ke Batu beberapa kali, tidak heran kenapa dia yang lebih tahu tentang kota ini dari pada Kayla. "Motornya pinjem ke pemilik penginapan, tadi di tawari sama orangnya."
"Boleh deh."
Setelah sholat dhuhur, Kayla dan Dewi memulai perjalanan mereka ke Jatim Park dengan naik motor. Karena hanya Dewi yang bisa mengendarai sepeda beroda dua, maka dialah yang di depan. Membiarkan si Tuan Putri Kayla menikmati perjalanan dengan tenang dan santai di belakang dirinya.
"Ini keren, lho, Wi. Siang hari aja nggak sepanas di Surabaya. Dalane yo ora macet (Jalannya juga tidak macet."
"Enak kali ya punya rumah di sini," gumam Kayla.
Kayla melihat penjual es kelapa muda di pinggir jalan yang cukup ramai. Melihat gambar pada spanduknya sangat menggoda membuat Kayla menelan ludah. Sepertinya enak kalau minum air kelapa di cuaca yang panas seperti ini.
"Wi, minggir dulu, beli air degan." Kayla menepuk pundak Dewi dua kali.
"Di mana?"
"Di situ." Kayla menunjuk stan yang cukup ramai di pinggir jalan. Meski ragu-ragu tapi Dewi akhirnya berhenti.
Dewi menoleh ke belakang, melihat Kayla yang berbinar senang hanya karena ada penjual es kelapa muda. "Yakin mau beli ke sini? Nggak ke restoran aja?"
"Emangnya kenapa kalau di sini? Sama aja rasanya." Kayla turun dari motor, melepas helm yang sejak tadi terasa berat di kepalanya.
Kedua tangan Kayla terangkat untuk merapikan rambutnya yang berkibar di terpa angin. Saat dia ingin melangkah maju, tiba-tiba ada seorang pria yang menabrak dirinya cukup keras. Hingga membuat Kayla jatuh terduduk dengan isi totebag yang hampir keluar semua.
"Maaf, Mbak. Saya buru-buru."
"La? Nggak apa-apa?" Dewi langsung menurunkan jagrak sepeda motor. Ingin segera membantu temannya.
Kayla mengusap lututnya yang perih ketika pria yang menabrak tadi diam-diam memasukkan ponsel dan dompetnya ke saku celana. Kayla mendelik, segera meraih lengan si pria yang langsung berhenti. Namun, detik selanjutnya si pria itu berlari.
"Loh? Copet ternyata. Copet! Tolong!"
Beberapa orang yang berada di stan es kelapa muda menoleh pada Kayla yang berteriak meminta tolong. Orang-orang yang sigap langsung mengejar si pencopet, sedangkan Dewi membantu Kayla berdiri. Salah seorang Ibu yang di sana memberi Kayla kursi plastik untuk duduk.
Dewi memesan satu gelas es kelapa muda untuk Kayla minum agar menjadi lebih tenang. "Sakit, ya? Lututnya gak papa?"
"Kegores doang kayaknya. Nggak ada darahnya." Kayla melihat celana jeans-nya yang kotor karena tanah. Ia meringis perih ketika Dewi mengusapnya. "Pulang aja deh habis ini. Nanti aja keluarnya."
"Mbak-nya nggak apa-apa?"
Kayla mendonggakkan kepalanya, melihat wajah pria yang terasa familiar. Ia yakin pernah melihatnya tapi lupa di mana. Dewi yang melihat Kayla bengong menepuk pundaknya sekali. "Itu Si Mas-nya ngasih dompet sama hapemu."
Kayla tersentak kaget. "Eh, iya, Makasih, Mas."
Kayla mengambil ponsel dan dompetnya dengan dua tangan. "Makasih, Bapak-Bapak," ucapnya ketika melihat orang-orang yang mengejar pencopet tadi sudah kembali.
Mereka membalas Kayla dengan senyuman, juga beberapa nasihat untuk berhati-hati di tempat umum. Kayla hanya menjawab sekedarnya dengan ramah. Ia kembali tersenyum saat matanya bertabrakan dengan pria yang menyerahkan dompet dan ponselnya tadi.
"Ayo, pulang aja sekarang. Diobatin dulu lututna, atau mau ke Puskesmas?" ajak Dewi.
Kayla mengangguk dan mengikuti Dewi berjalan menuju motor. Kepalanya masih bersikeras mengingat si pria tadi. Kayla yakin dia pernah melihat wajah itu.
"Kayaknya pria tadi nggak asing."
"Teman one night stand lo jangan-jangan," jawab Dewi ngasal.
Namun, Kayla langsung teringat sesuatu.
"Bener! Si One Night Stand!"
Kayla kembali berbalik. Matanya mengedar mencari pria yang sudah menolongnya tadi. "Dia beneran yang ada di Singapura waktu itu."
Kayla melihat pria yang menolongnya sedang bercanda dengan anak kecil. Ada wanita cantik di sebelahnya yang menemani. Kayla meneguk ludah. Ternyata dia pernah tidur dengan pria yang sudah beristri.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top