Bab 13. Pertemuan Tak Terduga

Ketukan high heels Kayla yang tegas menggema di sepanjang lorong menuju ballroom hotel. Wanita itu mengibaskan rambut panjangnya ke belakang. Melangkah percaya diri memasuki tempat resepsi pernikahan Flora.

Dewi sudah ia minta berangkat lebih dulu karena Kayla masih memiliki beberapa hal yang perlu diurus terkait butik.

"Kayla! Sini!"

Senyum di wajah Kayla semakin mengembang ketika melihat beberapa temannya berkumpul. Kayla berjalan santai ke arah mereka dan dalam hati merapalkan doa agar tidak ada yang bertanya soal Zain kali ini.

"Sorry ya lama, masih ada hal yang diurus tadi." Kayla memeluk kelima temannya satu per satu. Basa-basi mereka ia balas dengan baik. "Kalian apa kabar?"

"Baik," jawab Silvi. Ia kemudian menunjuk perutnya yang sedikit buncit. "Hamil tiga bulan aku. Gila, ternyata hamil nggak mudah cuy!"

Kayla terkekeh mendengar cara bicara Silvi yang masih belum berubah. Gadis dengan setelah dress off shoulder berwarna biru itu mengibaskan tangan di depan wajah. "Emang begitu kalau punya anak. Entar kalau sudah lahir malah tambah susah, lho."

Dewi melirik Kayla dengan wajah tak suka. Apa-apaan ini? Padahal Kayla tidak terlihat tertarik mengobrol dengan mereka semua. Dewi pikir Kayla akan datang saat acara hampir berakhir, tapi kenapa sekarang Kayla seperti tak takut lagi dengan apa yang dikhawatirkannya?

Dewi tidak suka situasi ini.

Ia benci ketika Kayla dengan mudah merebut posisinya. Ia sakit hati melihat Kayla menjadi pusat perhatian dan dirinya jadi diabaikan. Padahal Dewi sudah susah payah tampil maksimal, tapi masih saja kalah dengan Kayla yang mencoba tampil sederhana.

"Wi! Diem aja sih? Kenapa? Lagi ngincer cowok?"

Dewi mengangkat kepala dengan mata berbinar senang. Kayla memasukkannya ke dalam pembicaraan.

"Alah, engga kok. Cuma lihat-lihat aja." Dewi menunjuk ke segala arah hingga tatapannya berhenti pada sosok pria yang cukup menganggu pikirannya akhir-akhir ini.

Dewi menyipitkan mata, memastikan apakah yang ia lihat benar atau keliru. Kayla yang juga penasaran ikut menoleh, matanya terbelalak melihat kehadiran Raka yang kini sedang berbincang dengan beberapa pria.

Kayla berdecak. Takdir apa lagi yang sedang mempermainkannya sekarang? Kenapa dia harus terus bertemu dengan Raka?

Sialnya, kenapa jantung Kayla jadi berdetak dengan cepat begini? Selalu ada sensasi aneh yang dia rasakan saat Raka ada di sekitarnya.

"Itu Raka, kan?" tanya Dewi memastikan. Kayla mengangguk sebagai jawaban.

"Ngapain dia ada di sini? Memangnya kenal sama Flora?" Kayla menoleh pada teman-teman yang sudah lama ia tidak temui. Barangkali mereka tahu tentang Raka.

Silvi mendongakkan kepala. "Si ganteng itu ya? Sepupunya suami Flora itu. Kenapa? Kalian kenal?"

Dewi berdehem, menegakkan tubuh dengan bangga. "Iya, lumayan kenal sih. Kami tukeran nomor beberapa hari yang lalu," katanya angkuh.

Silvi mendelik tak percaya. "Oh ya? Seriusan? Padahal Raka katanya sulit didekati lho, kok bisa kalian tukeran nomor. Gimana ceritanya?"

Dewi melirik Kayla yang hanya diam saja. Seakan tidak tertarik dengan pembahasan tentang Raka.

"Ya gitu lah. Aku yang minta nomornya, sih, tapi dengan mudahnya dia malah ngasih. Kayak tanpa pikir panjang gitu ngasihnya. Kayaknya sih tertarik ya sama aku, kami sering chatan lho." Dewi memberikan senyum lebar, menampilkan deretan giginya yang rapi. Berharap dengan begini mereka semua tidak akan meremehkan kemampuannya menggaet seorang pria.

Sementara Kayla menunduk. Menyembunyikan senyumnya yang mengejek. Yah, ia sudah terbiasa, sih, dengan sikap Dewi yang suka sok kenal dengan banyak pria. Terlebih dengan pria yang ada di sekitarnya.

Waktu bersama Zain juga begitu, namun, Kayla dulu tidak terlalu mengambil pusing karena ia percaya dengan Zain. Dan dia juga mengira kalau secabe apapun Dewi, tidak mungkin dia merebut prianya.

"Oh, ya, ngomong-ngomong cerita dong, Kay. Gimana bisa Zain selingkuhin kamu yang cantik dan sukses ini?"

Kayla melirik Silvi. Hmm, here we go!

"Emang bukan jodoh kali, makanya jadi kayak gini." Kayla tersenyum lebar. Ia sudah biasa saja membicarakan Zain sekarang. "Lagian bagus juga kan dia ketahuan selingkuh pas belum married, jadi nggak bikin nyesek banget."

Dewi berdecak. "Hallah. Sok kuat kamu, Kay. Aku nih saksinya kamu nangis-nangis.... "

"Heh! Apa sih? Kamu diam deh," potong Kayla kesal. "Bersikap memalukan juga ada batasnya."

Dewi tersentak dengan suara tegas Kayla yang memotong ucapannya. Apa ini? Dia sedang dipermalukan?

"Hai, ladies."

Para wanita yang sedang mengobrol itu berbalik, melihat sosok Raka yang sudah berdiri tegak di samping Kayla. "Sorry ganggu tapi aku ada urusan penting dengan Kayla. Boleh aku bawa dia pergi?" 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top