Bab 4 : First Day
*
Para siswa di kelas seketika terdiam dan kembali ke tempat duduknya masing-masing saat seorang guru—yang adalah wali kelas mereka masuk, diikuti oleh Sehee yang mengekor di belakang. Sepasang bola mata itu mengedar, menatap seluruh penjuru kelas. Maniknya bertemu dan mengunci pada sepasang jelaga yang juga menatapnya intens. Dia siapa?
Semua siswa benar-benar menjadikan Sehee sebagai objek penglihatan mereka. Wajar saja, mengingat Sehee mengenakan seragam sekolahnya ketika masih bersekolah di Thailand. Berikut dengan tatanan rambut serta penampilan Sehee yang terlihat biasa saja. Tidak ada menariknya sama sekali.
"Nah, anak-anak, kita kedatangan teman baru. Sehee, perkenalkan dirimu!" Cha Ssaem tersenyum ramah, mempersilakan Sehee.
"Hai, namaku Oh Sehee. Aku orang Korea yang dipaksa tinggal di Thailand, jadi, anggap saja aku pindahan dari Thailand. Aku tidak suka basa-basi, jadi jangan banyak basa-basi. Aku juga tidak suka berteman, jadi jangan sok dekat dan sok kenal padaku. Aku hanya ingin bisa menikmati waktuku setelah kembali lagi ke Korea. Thanks."
Lidah Cha Ssaem terasa kelu, bibirnya bergetar mendengar penuturan Sehee yang terlampau sarkas. Para siswa pun merasakan hal yang sama. Di kursi paling depan, Yeri tersenyum penuh makna menatap wajah angkuh dan tak bersahabat milik Sehee.
"Ah, baiklah, itu dia perkenalan dari Sehee." Cha Ssaem tertawa hambar. "Sehee, silakan duduk!"
Sehee membungkuk sekilas lalu melenggang melewati beberapa siswa yang menatapnya nyalang. Tungkainya berhenti tepat di depan seorang pemuda yang duduk sendirian di pojok kelas ... bangku paling belakang. "Bisa geser ke sana? Aku tidak suka terkena paparan sinar matahari," ketusnya.
Jungkook, pemuda itu menghela. Tanpa menjawab, ia menggeser tubuh serta bukunya sesuai permintaan Sehee-si anak baru. Gadis itu mendaratkan bokongnya, mengaitkan tas gendong di samping meja setelah mengeluarkan sebuah buku catatan dan alat tulis.
"Baiklah, sekarang silakan buka buku halaman 234!"
"Hei, aku belum punya bukunya. Tidak berniat untuk berbagi?" tegur Sehee pada Jungkook.
"Kamu bilang tidak suka berteman, tidak suka basa-basi dan tidak suka pada orang yang sok dekat. Begitu juga aku." Jungkook menegakkan tubuhnya lantas kembali berujar, "Bukankah ini yang kamu mau?"
Sehee tersenyum kecil, mendecak sebal. "Kalau begitu jangan salahkan aku kalau aku mengangkat tangan sekarang dan bilang pada guru bodoh itu kalau teman sebangkuku pelit pada anak baru."
Pemuda itu mendengus, menoleh pada si gadis di sampingnya. "Kamu cukup berani juga untuk ukuran anak baru, ditambah kamu adalah seorang gadis." Keduanya memasang senyum meremehkan satu sama lain.
Jungkook mengulurkan tangan, lantas berkata, "Jeon Jungkook. Tidak menyukai hal yang sama denganmu."
*
"Bagaiman tadi di kelas?" tanya Seunghee antusias saat Sehee baru saja mendaratkan bokong di tempat kosong yang ada di sampingnya.
"Biasa saja," tukasnya.
"Hi, Se!" sapa Taehyung.
"Kamu masih saja berteman dengannya? Hati-hati, jangan sampai nanti tertular penyakit idiotnya!" cibir Sehee tak menggubris sapaan Taehyung.
"Yak, Oh Se!"
Sehee tersenyum sinis bahkan tanpa menatap Taehyung. Maniknya kemudian bertemu dengan milik Jungkook yang kebetulan lewat.
"Benar juga!" Seunghee setengah memekik. "Kamu satu kelas dengan Jungkook si Ranking Pertama, kan? Wah, kamu beruntung banget, Sehee!" seru Seunghee tertahan.
"Apanya?" tanya Sehee terkesan acuh.
Sementara Taehyung hanya diam. Tak berminat menimpali.
"Kamu bisa belajar darinya. Dia itu sangat pintar, bahkan aku saja belum pernah bisa menggeser tempatnya. Selama dua tahun terakhir, aku selalu berada di tempat kedua!" Nada suara Seunghee terdengar sedih bercampur kesal.
"Kamu malah terdengar seperti sedang mengeluh, Hee," desis Sehee.
"Berisik!" Seunghee mendecak sebal. "By the way, aku dengar dia itu teman dekat Taehyung dulu. Iya, kan, Tae?" Seunghee mengganti lawan bicaranya pada Taehyung.
"Dulu, ya?" lirihnya.
Hanya dengan menatap wajah murung Taehyung saja, Sehee sudah tahu, kalau ada yang tidak beres di antara Taehyung dan Jungkook.
*
BRAK
Suara itu berasal dari setumpuk buku catatan yang Yeri lempar pada Jungkook. Bukan hanya pemuda itu saja yang terkejut, pun dengan Sehee. Wajahnya terlihat kebas, matanya mendelik menatap betapa angkuhnya Yeri. Gadis itu bertolak pinggang, terlihat geram.
"Kamu mau mengerjai aku? Kamu sengaja mau membuat aku malu, kan?!" pekik Yeri. "Jeon Bodoh, bukankah sudah aku bilang kalau kamu harus mengerjakan tugas aku dengan benar?! Kamu itu tuli, ya?!" Gadis berambut caramel itu mendengkus sebal. "Sudah miskin, bodoh, dungu, tuli pula! Cih!"
"Yak, Kim Yerim!" Yeri menoleh pada sumber suara, lantas mendelik tajam pada pemilik suara tersebut. "Mulutmu itu menjijikan sekali. Tingkahmu juga demikian. Kamu tidak merasa malu pada statusmu?" cecar Sehee dengan suara rendah.
"Hei, Anak Baru! Jangan ikut campur! Urus saja urusanmu sendiri!" pekik Yeri.
"Wah, berani juga dia," cibir Sehee.
"Apa kamu bilang?!"
"Berisik!" pekik Jungkook, berhasil membuat kedua gadis yang sedang bertengkar itu menatapnya. "Akan aku kerjakan tugasmu. Pergilah!"
"Kamu mengusirku?!" Yeri tak terima. "Dasar kamu—"
"Dia bilang pergi, ya pergi sana! Kamu tuli, ya?!" Sehee menyela.
"Heol, luar biasa! Hei, Anak Baru, kamu sudah berani mencari masalah denganku rupanya," tukasnya. Yeri tersenyum licik menatap wajah kebas Sehee sebelum akhirnya angkat kaki dari sana.
"Jangan ikut campur," desis Jungkook. "Urus saja urusanmu!"
"Aku tidak berminat ikut campur, hanya saja aku sudah muak pada tingkahnya yang sok berkuasa." Sehee beranjak dari duduknya dan hendak pergi saat tangan Jungkook menahannya. "Apa?" tanyanya dengan nada tak ramah.
"Ikut aku!"
Sehee terkejut saat Jungkook menariknya keluar kelas. Jangan lupakan, bahwa saat ini—untuk pertama kalinya, Jungkook berani meraih bahkan menggenggam tangan seorang gadis setelah sebuah insiden yang membuatnya takut meraih tangan seorang gadis.
Jungkook menuntunnya menuju atap gedung sekolah. Semilir angin musim semi menerbangkan anak rambut Sehee yang tak ikut diikat. Sehee mengamati dengan seksama wajah damai Jungkook saat angin sepoy menerpa wajah. Pemuda itu nampak menghirup udara dalam lalu mengembuskannya lagi.
"Merasa dirimu tampan?"
Cibiran itu keluar begitu saja dari mulut pedas Sehee. Jungkook menoleh, menarik kedua sudut bibirnya sedikit. Sehee sampai terperangah ... heran. Pasalnya ini pertama kalinya ia melihat Jungkook tersenyum.
"Tidak juga," katanya. "Terima kasih."
"Untuk?"
"Untuk tidak melaporkan aku pada guru—"
"Belum saja," celetuknya.
"Hei, Oh Sehee!"
"Waw, this is the first time you call me by my name. Aku pikir kamu tidak ingat siapa namaku." Sehee menarik kedua sudut bibirnya. Persis seperti yang pernah dilakukan Taehyung. Melihat itu, tanpa sadar Jungkook kembali teringat pada kawan lamanya.
"Namamu—ah, aku lupa. Name—name tag—mu tulisannya aneh." Jungkook menggaruk lehernya yang tak gatal.
Sehee terkikik geli, lalu tertawa terbahak melihat Jungkook yang salah tingkah. "Kamu mau bilang kalau siapa saja bisa tahu namaku dari name tag yang ada di baju tapi akhirnya kamu urungkan karena...." Sehee kembali tertawa.
"Senang menertawakan aku?"
Sehee bungkam. Lebih tepatnya terpaksa membungkam mulutnya. "Tidak sepenuhnya salah juga, sih. Hanya saja aku tahu kamu tidak bisa membaca askon Thai." Sehee terlihat penuh upaya menahan tawa. "Katanya ranking satu," gumamnya.
"Kamu bilang apa?"
Sehee terkejut. Kepalanya menggeleng dengan cepat. "Tidak, bukan apa-apa."
Jungkook terlihat hendak bersuara namun ragu di mata Sehee. Pemuda itu menghela lantas berkata, "Anyway, tolong jangan beritahu para guru mengenai—"
"Kamu dibayar untuk mengerjakan tugas Yeri? Astaga, Ketua Kelas!" Sehee tak percaya. "Kenapa kamu mau saja? Kamu butuh uang?" Sehee bertanya tanpa tahu kalau pertanyaannya itu malah bisa membuat Jungkook geram.
"Kalau iya, memang kenapa?"
To be continued
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top