Bab 9

Mereka sampai ke Florist dalam keadaan saling marah. Di dalam mobil Ale marah-marah padanya selalu mengatakan bahwa yang dilakukannya adalah tindakan sembrono tanpa pikir panjang. Athena gerah jika dipandang sebelah mata, dinilai tak bisa di andalkan, di nilai terlalu lemah hingga butuh perlindungan. Athena melakukan hal yang benar dan ia pantas diberi pujian bukan cacian.

“Jangan berani-berani mengulangi perbuatanmu tadi! Aku tidak tahu harus berkata apa jika nanti ayahmu bertanya!”
Athena sudah cukup bersabar tapi tidak jika ayahnya mulai diikut sertakan. “Oh jadi kakak marah-marah hanya karena khawatir jika papah tahu kalau putri manjanya melakukan hal yang luar biasa nekat. Usiaku dua puluh lima tahun, kita baru merayakannya beberapa minggu lalu kalau kakak lupa. Jadi jangan bertingkah jika aku anak berusia sembilan tahun yang akan menangis hanya karena permenku diambil.” Athena memegangi kepalanya karena terlalu lelah. “Aku hanya ingin merasa berguna bisa membantu orang lain. Ku kira kakak akan mengatakan bahwa yang aku lakukan adalah hal yang benar serta hebat. Ku kira kakak akan memujiku. Apa di matamu aku tidak terlihat sangat mengesankan?”

Kalau dalam kondisi biasa Ale mungkin akan mengerutkan dahi tapi hatinya di liputi amarah. Dengan tatapannya saja, tubuh Athena serasa terbelah-belah.

“Pujian untuk hal yang membahayakan? Andai ayahmu ada di sini, dia bahkan akan lebih marah dari pada aku.”

“Kalian, dua orang pria yang di mulut berkata peduli padaku namun selalu meninggalkanku. Ketika aku berbuat hal yang mengecewakan tiba-tiba datang menegur. Pernahkah kalian berpikir, saat aku sendirian jiwaku yang lain juga berkembang dan dapat berubah?” Air mata Athena mulai merebak. Ia benci kelemahannya yang satu ini apalagi diingatkan perkataan Ranie tadi. Athena bagi Ale Cuma saudara bukan seseorang penting dan memiliki hubungan romantis.

“Kami peduli padamu.”

“Peduli sebagai apa?” tanyanya pedih. “Kakak tidak mengakui hubungan kita pada Ranie?”

“Bukan seperti itu. Dia menyimpulkannya sendiri setelah aku bilang bahwa kita saling mengenal semenjak kecil.”

“Semua akan menyimpulkan hal yang sama sebab kakak tak memakai cincin pertunangan kita,” jawabnya lemah seperti menelan pahitnya empedu kehidupan. Athena tahu betul perasaan tak berbalas tapi Ale bertindak terlalu jauh dengan meremehkan tanda jadi mereka.

Ale terbelalak lalu memandang jemarinya. Cincinnya memang tidak di pakai karena ia simpan di laci kantor. Ale tak begitu suka memakai aksesoris kecuali jam tangan. “Cincin itu membuatku risih karena sering mengganjal saat aku cuci tangan.”

Athena menunduk, kepalanya terlalu pening dan tubuhnya lemah karena kelelahan. “Pulanglah Kak, aku ingin istirahat.” Ada yang baru dari Athena, gadis ini berani mengusirnya pergi.

“Pembicaraan kita belum selesai Athena.”

Athena hanya mengibaskan tangannya dengan lemah sebelum hilang di balik pintu kamar mandi. Entah tangan Athena bermaksud mengisyaratkan selamat malam atau mengusirnya keluar. Ale tak bisa bertahan lebih  lama lagi di sini ketika si tuan rumah tak menghendakinya untuk tinggal.

💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮

Ale tidak berniat nongkrong atau bermain golf sebentar. Akhir pekan yang lumayan membosankan walau bisa dikatakan dua sahabatnya bersedia menemaninya dari pada menghabiskan waktu bersama keluarga. Aneh memang tapi begitulah Juna dan juga Daniel. Hari-harinya begitu menjemukan ketika tidak makan siang dan menikmati masakan Athena. Kenapa gadis itu sekarang sangat mempengaruhi hidupnya. Baru kali ini juga tunangannya itu benar-benar tidak memedulikannya. Rupanya ucapan terakhirnya membuat Athena benar-benar lelah dan terluka.

“Gak biasanya kalian kompak ngajakin nongkrong tanpa bawa....keamanan?”

“Ck...gue pingin kualiti time sama lo. Perasaan gue gak enak waktu mikirin lo yang belum kawin-kawin.”

Ale merinding. “Jangan ngomong gituh Niel, bikin gue punya pikiran yang iya-iya saja. Gue belum nikah, bahasa lo bisa di enakin gak.”

“Halah lo belum kawin kan? Udah lama banget.” Juna menimpali padahal ia sedang berkonsentrasi pada bolanya.

“Gue bosen nongkrong kita Cuma sekitar makan siang, restoran, kafe sama lapangan golf.”

“Lo mau ke mana. Ke klub malam, tempat karaoke atau fitnes centre? Gue sih bebas ke sana.” Tantang Ale sebab tahu ke dua temannya tak enak hati pada istri.

“Itu tempat-tempat laknat dan haram untuk dikunjungi. Mata gue bisa ternoda.”

“Mulut lo Niel. Dulu lo yang paling semangat kalau ke sana!”

“Dulu adalah dulu, sekarang gue suami teladan. Juna juga, karena kita sudah ketemu sama wanita yang tepat. Sekarang giliran lo yang kapan?”

Ale termenung lama, sebenarnya ketika berkumpul seperti ini ia paling malas membahas statusnya. “Gue lagi mendekati perempuan yang tepat dan cocok.” Maksudnya adalah Ranie tapi itu tak diperhitungkan lagi setelah perempuan itu menyeret Athena dalam bahaya. Mengenai Athena, semakin lama perempuan itu keluar sisi pemberontakannya.

“Lo manusia paling ribet di dunia. Kenapa lo gak nikah saja sama tunangan lo itu.”

“Jangan nyesel kayak gue waktu kehilangan Baby.”

Ale memutar bola matanya ke atas. “Juna gak nyesel kehilangan Roxane.”

“Ya itu beda kasus.”  Juna memberengut jika diingatkan pada mantan tunangannya, wanita penuh tipu daya dan penuh skandal.

“Gue mau nanyak, Gimana cara naklukin cewek keras kepala dan gak mau ngalah sama kita?”

Ayunan stik golf Daniel berhenti. “Kalau itu tanya sama Juna. Istri gue orangnya nurut.”

Juna yang jadi pusat perhatian, mengambil nafas sebentar lalu menyipit ke arah Daniel. Seingatnya Nawang itu bukan tipe gadis penurut, kisah cinta Daniel pun sama alotnya dengannya. “Jangan bilang ya Le. Lo tertarik sama cewek mandiri, jago karate, jago basket atau jago tembak. Gue gak punya cewek tomboy kayak begitu. Gue seleranya masih feminim.”

“Bukan itu. Masalahnya gue sama Athena lagi marahan. Gue gak tahu cara bujuk dia. Baru kali ini dia marah beneran sama gue.” Juna menyeringai. Ia kira Ale tidak takut kehilangan Athena.

“Setelah kalian kenal lama baru kali ini dia beneran marah sama lo, sampai gak balas chat lo?” Ale mengangguk seperti anak anjing. “sampai gak ngangkat telepon lo?” ale mengangguk lagi. “Sampai dia gak nanyakin kabar lo, gak nanyak lo sudah makan belum?” Ale mengangguk lebih keras. “Rasain deh lo!”

Daniel malah terbahak ketika melihat Juna mencerca habis-habisan Ale.

“jangan ngeledek gue.”

“Niel, kita taruhan kira-kira berapa lama waktu yang diperlukan Ale berubah jadi bucin?”

“Tiga bulan mungkin.”

“Menurut gue sebulan.”

“Eh yang kalian omongin masih di sini, nunggu saran dari kalian bukan malah dijadiin barang taruhan. Apaan itu bucin-bucin klub, kalian aja gue gak ikutan.”

Juna dan Daniel masih tertawa, tidak memahami jika yang di hadapi Ale kali ini adalah masalah serius. “ah lo otw jadi ketua bucin klub.”

“Cewek kalau marah beneran tandanya dia sudah kecewa-sekecewanya, siap -siap deh lo di depak,”ucap Juna sebagai doa sembari mengayunkan kakinya layaknya gaya menendang.

“Gue minta solusi.” sejak tadi Ale tak menggerakkan stik hanya mengikuti mereka sembari menatap kosong ke arah tanah lapang.

“Minta maaf. Walau kita gak ngerti salah kita di mana tapi minta maaf penting. Cewek selalu bener.” Ale mendengus tapi ini saran dari play boy nomor satu pemburu wanita. Ucapan Daniel pada wanita begitu manis hingga dirinya dulu hampir muntah tapi lelaki ini begitu mudah tidak mengingat nama dari teman kencannya tentunya sebelum bertemu pawangnya.

“Cewek selalu bener itu poin pertama, poin kedua balik lagi poin pertama,” jawab Juna menimpali. “kalau dua poin lo masih belum paham, lo berarti segobloknya cowok. Perempuan selalu menang, gak bisa di ganggu gugat.”

“Gue harus minta maaf.” Minta maaf pada Athena yang tetap merasa benar dan nekat mengulangi perbuatannya lagi. Bisakah? Ale tak terbiasa kalah saat menghadapi berbagai kasus. Apa kali ini untuk Athena ia bersedia mengalah?

“Minta maaf pakai bunga. Lebih romantis.” Ale tersenyum misterius. Daniel memang pakarnya wanita. Mereka sampai punya langganan florist yang sama.

“Setelah keadaan damai, lo bisa ajak Athena jalan-jalan atau ajak dia menghabiskan waktu seharian sama lo. Dia bakal tahu kalau dia perempuan istimewa bagi lo.”

Telinga Ale menajam. Juna tak berniat membawa Ale ke arah pernikahan lebih cepat kan. “Jalan-jalan aja kayaknya sudah cukup deh.”

Juna berdecap sebal sedang Daniel sedang berlari mengambil bola terdekat.

“perasaan lo ke Athena udah berubah ya?” Ale malah mengibaskan tangan sebagai tanda menyangkal lalu bergabung bersama Daniel yang sudah berjalan jauh ke tengah lapangan hijau.
Juna tersenyum penuh arti. Mulut Ale sudah tak sanggup menyangkal. Tinggal mana yang pria itu pilih. Mengakui perasaannya atau tetap diam sembari mencari wanita yang diinginkannya. Juna tahu selama ini Ale menghindari perasaannya yang sebenarnya ke Athena. Ale lebih takut jatuh cinta pada gadis itu. Pencarian Ale untuk mendapatkan wanita idaman hanya impian yang mengada-ngada. Ale takut terlalu nyaman dengan Athena hingga sangat tergantung pada gadis itu. Intinya Ale tidak mau dikuasai oleh seorang wanita.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top