Bab 7
Athena tersenyum sembari berjalan ke kafe. Tak disangka ciumannya akan dibalas sepanas itu. Tahu begitu, Athena akan melakukan tindakan yang lebih agresif. Bukannya cinta bisa di datang di sertai dorongan nafsu. Tak apa mengambil jalan yang begitu, bukannya lelaki selalu punya nafsu yang besar hingga melakukan hal yang di luar nalar.
Athena ingin dicintai namun caranya harus begini? Kini nuraninya bertarung dengan akal sehatnya. Manakah yang Athena akan pilih namun sebelum mengambil keputusan, ia melihat seorang wanita yang tidak ingin ditemuinya sedang duduk di meja kafe.
“Selamat pagi.” Sapanya hangat karena Athena menghampirinya terlebih dulu.
“Mau apa Anda kemari? Sesi tanya jawab kita sudah berakhir kemarin kan?”
“Saya ke sini bukan untuk menginterogasi Anda tapi saya datang karena ada seseorang yang sangat ingin bertemu dengan Anda. Bisa kah Anda ikut saya sebentar?”
Athena agak memicing curiga namun Ranie seorang polisi, tak mungkin punya niat jahat kepadanya lalu hal mendesak apa yang membuat perempuan berambut pendek ini sampai menunggu dan ingin menemuinya secara langsung.
“Bisa tapi jangan lama-lama.”
💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮
“Kak Athena!”
“Fina.”
Athena memeluk muridnya itu dengan amat erat. Dalam perjalanan kemari, Ranie bercerita jika salah satu anak korban penculikan berhasil kabur dan sekarang di bawa serta di dalam perlindungan rumah Ranie. Athena di ajak Ke sini karena pada Ranie, Fina tak mau bercerita banyak. Anak itu masih sok dan membutuhkan orang dewasa yang ia kenal. Athena pilihan yang tepat tapi entah kuat apa tidak, ia mendengar cerita Fina sampai habis.
“Kamu ke mana saja selama ini?”
“Fina di culik,” jawabnya sembari terisak karena takut. “Fina dagang di tempat biasa lalu Fina di bawa pergi sama Bang jambrong.”
“Lalu gimana kamu bisa kabur? Kamu di bawa ke mana sama Bang Jambrong.”
Setahu Athena, Jambrong adalah salah satu preman yang hampir merusak sekolah yang Athena dirikan namun langsung mundur tanpa Athena tahu sebabnya apa.
“Di suatu gudang yang Fina gak tahu tempatnya. Bang Jambrong terima uang terus Fina di lempar ke ruangan yang banyak anak-anak lainnya.”
Athena menguatkan hati mendengar cerita yang cukup biadab ini. “Lalu bagaimana kamu bisa kabur?”
“Badan Fina terlalu kecil dan kurus sampai bisa kabur lewat ventilasi udara yang Cuma di tutup tripleks. Fina waktu itu kabur gak sendiri tapi sama anak lain. Anak itu ketangkep, tapi aku enggak.” Tubuh Fina bergetar, lalu anak itu menangis hebat. Bagaimana bisa anak yang berusia sepuluh tahun melalui serangkaian drama penyekapan dan berjuang agar bisa lari tanpa di lukai.
Athena Cuma memeluk anak ini sebagai obat pelipur lara sebab ia tahu jika Fina sudah tak punya sanak saudara lagi. Kakaknya yang menjual diri telah merantau ke luar negeri entah dengan jalur resmi atau menjadi imigran gelap. Athena sangat ingin menangis namun di tahannya mati-matian. Fina lebih membutuhkannya.
“Apa kamu tahu di mana tempat anak lainnya di sekap?”
Fina menggeleng , terlalu konsentrasi untuk berlari kabur. Ia tak peduli dengan di mana tempat dipijaknya. Lagi pula ia kabur saat malam gelap gulita. “Aku gak tahu Kak. Tapi...” ucapan anak itu berhenti. Fina menimbang lama dengan wajah tertunduk. Anak ini ingin menyampaikan sesuatu yang penting.
“Hari kedua-ku di sana. Aku bertemu dengan Madam Lala.”
“Siapa itu Madam Lala?”
“Germo yang beli kakakku dulu. Dia di sana mengambil beberapa anak perempuan, tapi saat itu aku tidak terpilih.” Athena menganga tak percaya. Jika ada seorang germo yang mengincar anak perempuan. Germo itu wanita juga tapi tidak punya hati nurani. Bagaimana bisa seorang wanita menyakiti kaumnya apalagi mengambil pelacur yang masih belia. “Katanya aku terlalu hitam dan juga kurus. Wajahku juga tak cantik.”
Athena mencengkeram pinggiran kursi dengan amat kencang. Emosinya siap meledak, ia marah, kecewa, sedih, terluka dan merasa tak berguna.
Bagaimana bisa para muridnya menghadapi kesulitan seperti ini. Raib satu-satu di jalanan tanpa ia mencari, Athena baru tahu ketika di datangi Ranie. “Fina, kakak ijin keluar sebentar bisa kan?” Athena butuh tempat untuk menangis sekarang. “Kakak mau ke kamar mandi.” Anak polos itu Cuma mengangguk.
Setelah keluar dari rumah Ranie lalu menuju halaman. Tangisnya pecah, dadanya sesak. Dengan rakus ia menghirup udara sebanyak-banyaknya sambil terisak. Athena sungguh kesal tapi bingung harus melampiaskannya pada siapa. Di luar sana masih ada banyak anak yang hilang dan para orang tua yang menangis.
“Hapus air matamu dengan ini.” Ranie datang sembari menyodorkan sapu tangan. “Aku sudah tahu semua. Informasi yang ku butuhkan sudah terkumpul. Duduklah.”
Rupanya Ranie sudah dari tadi duduk sembari melihat laptop di taman. Athena pun bergabung. Ternyata Ranie melihat pengakuan Fina secara langsung melalui laptop. “ Maaf jika aku tidak bilang jika memasang cctv.”
“Tidak masalah, lalu apa yang bisa kita lakukan dengan pengakuan Fina. Apa kita bisa menangkap madam Lala atau Jambrong?”
Sayangnya Ranie menggeleng pelan. “Tidak semudah itu. Kesaksian seorang anak kecil, tak bisa di andalkan di pengadilan. Mereka akan lolos dengan mudah.”
“Lalu kita harus bagaimana?”
“Ada suatu cara menjebak mereka tapi rencana itu melibatkanmu dan juga aku. Rencana ini sangat berbahaya tapi aku dapat menjamin keselamatanmu.”
Athena mengerutkan dahi sedikit lalu menatap Ranie lama. Apa yang rencana polisi perempuan ini susun. Rencana yang melibatkan keduanya. Athena memang seorang pengecut tapi apakah kondisi itu tak bisa diubah jika menghadapi suatu hal yang genting.
🐶🐶🐶🐶🐶🐶🐶🐶
“Kamu mau membantunya?” Eliya mulai berteriak padanya. Membantu pekerjaan Ranie yang di anggap hal yang berbahaya sama dengan bunuh diri. “ Aku tidak tahu apa yang ada di otakmu itu!”
“Sekali ini saja aku mau melakukan suatu hal yang benar dan besar. Aku lelah harus terlihat lemah dan butuh perlindungan. Aku juga mau jadi kuat dan bisa berguna untuk orang, mungkin setelah ini Kak Ale akan menilaiku berbeda.”
Eliya dengan penuh emosi mengguncang bahu temannya agar berpijak pada kenyataan. “Sampai kapan kamu melakukan semuanya demi orang lain, terutama demi Ale. Sejauh apa pun usahamu dia tak akan memandangmu sebagai perempuan. Ale tidak mencintaimu, sadarlah Athena!”
Eliya terbiasa mengatakan itu, hasilnya Athena menjadi semakin bebal dan berusaha lebih keras demi membuktikan jika sang sahabat sepenuhnya salah.
“Aku punya cara lain agar ia mencintaiku, agar ia tetap bersamaku!”
Eliya terpaku, entah kenapa pernyataan Athena membuat bulu kuduknya berdiri. “Lelaki itu tak pantas mendapatkan cinta sebesar ini Athena. Carilah lelaki lain sebelum kamu menyesal.”
“Lihat saja nanti!” Kebetulan mobil Ale sudah sampai di depan kafe. Athena dengan semangat mengambil tas lalu berlari kecil menuju depan.
“Athena! Rencanamu dengan Ranie, Ale harus tahu!” Tapi sayang Athena sudah hilang di telan pintu kaca. Eliya tidak mau temannya celaka sedang melarang Athena adalah sesuatu yang mustahil apa lagi ini ada hubungannya dengan Ale. Apa sebaiknya Eliya meminta bantuan pada Romeo saja.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
“Kau yakin menyuruhku memasak dengan risiko akan terkena sakit perut?”
Ale bersiap memakai celemek lalu mengambil wajan untuk di letakkan di atas kompor. “Kemampuanku memasak hanya sekedar merebus air, memasak mie instan, menggoreng telur ceplok. Sedangkan di sampingku sekarang ada daging dengan kualitas premium. Kau harus mempersiapkan kantong plastik untuk muntah nanti.”
Athena Cuma tersenyum, setidaknya rencana pertamanya berhasil. Mengajak lelaki ini untuk makan malam di apartemennya. “Saat pertama kali lelaki yang kita cintai memasakkan makanan untuk kita, itu sesuatu yang istimewa. Mungkin makanan itu akan aku simpan dan pajang sebagai hadiah berharga,” ucapnya sembari membantu mengikatkan celemek Ale. Perkataan Athena membuat Ale tak enak hati. Sejak kapan tangan Athena mulai terampil dan terasa luwes meraba punggungnya.
“Baiklah aku akan memasaknya.”
“Tentu dengan bantuanku.” Athena melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Ale dari belakang. Ale menjadi tegang, sebab payudara Athena menempel erat pada punggungnya yang kokoh. Untungnya belitan tangan Athena tidak berlangsung lama sebab tangan Athena berpindah pada sekelompok bumbu dapur.
Ale Cuma terpaku pada daging yang masuk wajan, Athena begitu terampil menaburkan berbagai bumbu lalu gadis itu membiarkan Ale berkutat dengan daging yang belum matang. Athena mulai menyalakan kompor di sebelah Ale kemudian mulai membuat saus lada hitam. Ale sendiri takjub dan waspada saat Athena diam sembari memasak. Mungkin di lihat dari luar tunangannya ini terlihat seperti gadis rapuh, manja, terawat yang perlu di lindung namun Athena bagai dewi perang jika berhadapan dengan dapur. Athena sosok istri idaman, cantik, baik, murah senyum, penyayang dan jago masak tapi Ale butuh lebih dari itu atau Ale tidak membutuhkan sisi perempuan yang terlalu feminin.
“Kita akan makan di ruang tamu. Aku akan menata piring. Tolong kakak ambilkan anggur prancis yang ada di lemari kaca.” Ale tertegun lama. Athena mengambil anggur koleksi ayahnya. Seperti bukan Athena. “Kakak tidak keberatan kan? Aku sudah terlalu dewasa jika dilarang minum segelas anggur.” Athena benar, ia sudah berusia 25 tahun bukan anak sembilan tahun yang sembunyi di bawah pohon untuk menangis.
Mereka makan malam sembari menonton televisi. Ale tak pernah merasakan senyaman ini termasuk di rumahnya sendiri. Ia sudah lama memilih tinggal sendiri di sebuah perumahan elit, hanya para pelayan yang menemaninya. Setiap hari ia berangkat pagi lalu pulang malam hingga tak banyak berkomunikasi dengan pegawainya, hari minggu Ale lebih memilih bermain bersama Juna dan juga Daniel. Rumah ayahnya memang ramai, namun Ale merasa asing di sana.
Athena tidak suka anggur, namun demi masuk ke dunia Ale. Ia rela meneguk minuman manis serta getir ini. Rasanya tak terlalu buruk namun satu tegukan bisa membuatnya ketagihan. “Steak-nya enak.”
“Itu karena kamu banyak membantu, jika aku membuatnya pastilah steak itu akan jadi daging keras tanpa rasa. Anggur ini koleksi ayahmu kan? Tak apa jika hilang satu botol.”
Athena tersenyum geli. “Di rumah anggur seperti ini banyak sekali.”
“Apa kamu tidak berniat menempati rumah yang ayahmu beli?”
Raut wajah Athena seketika berubah muram. “Tak ada gunanya menempati rumah mewah jika ayahku tidak pernah pulang. Apa kakak akan sering bekerja ketika kita menikah nanti sampai meninggalkanku di rumah sendirian?”
“Apa?” Pembahasan yang sama sekali tak ingin Ale dengar. Pernikahan mereka adalah sesuatu yang menakutkan. Ale tidak siap jika berbagi hidup dengan perempuan yang mungkin ia tak cintai.
Athena memejamkan mata sejenak lalu mengecap anggurnya. Ekspresi kaget Ale tak bisa di sembunyikan namun ia pasti punya cara untuk mewujudkan impiannya sebagai istri Ale. Athena menggeser pantatnya agar duduknya berdekatan atau sampai menempel pada pria itu. “Maaf.” satu kata dan ringisan pelan Athena sanggup membuat hati Ale di penuhi rasa bersalah.
“Sabarlah Athena, pada waktunya kita akan menikah juga.” Namun selama ini Ale Cuma mengulur-ulur waktu.
“Benarkah begitu?” Cepat sekali mengubah Athena menjadi ceria kembali namun senyum gadis itu terasa menakutkan. Apalagi tangan dan kepala Athena bergerak cepat, merenggut leher Ale sekaligus memagut bibirnya.
Ale tidak tahu sejak kapan Athena punya gerakan secepat kilat, membelenggunya lalu menempelkan tubuh mereka seakan gadis ini ingin menariknya mendekat terlalu dalam. Jujur Ale merasa was-was, jantungnya berdebar keras diikuti singa di dalam tubuhnya mulai bangun dan meraung keras. Athena bukan seorang gadis yang pandai mencium namun ciuman yang tergesa-gesa dan tak beraturan itu mampu membuat Ale mengerang namun ia semakin khawatir ketika tangan lembut Athena membelai dada serta mulai melepas kancing kemejanya. Ale pria dewasa yang memahami arah tujuan mereka akan ke mana. Tinggal nafsu atau otaknya duluan yang bekerja.
Tangan besar Ale mendorong lembut, membuat Athena sadar ke-agresifannya tak membuahkan hasil. “Kita tidak bisa melakukannya Athena.”
“Kenapa? Semua orang yang bertunangan melakukan ini, tidak masalah kan? Bukannya kita pada akhirnya akan menikah.”
Ale malah tersenyum tidak enak lalu mengusap lembut puncak kepalanya. “Ada waktunya untuk itu tapi nanti setelah kita menikah.” Ia tak mau merusak tunangannya ini. Ale sangat menyayangi Athena hingga berharap jika gadis kecilnya mendapatkan lelaki yang lebih baik darinya.
Athena benci dianggap seorang anak kecil apalagi ketika Ale beranjak setelah mencium keningnya. Tidak bisakah Ale menganggapnya sebagai perempuan dewasa. “Sudah terlalu malam Athena, sebaiknya aku pulang.”
Athena tak menjawab, Cuma mengangguk ringan. Usahanya bertindak lebih berani tidak sesuai harapan. Ia mengalami jalan buntu. Athena semakin takut jika setelah kejadian malam ini, sang tunangan semakin menjaga jarak darinya.
🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top