Bab 4
Cekrek
“Athena sudah tunangan dua tahun lebih tapi Syailendra tidak pernah membicarakan tentang pernikahan. Lelaki itu Cuma menganggap Athena sebagai adik yang tak pantas dinikahi dan dicintai. Athena yang punya harapan tinggi mengubah perasaan peduli menjadi cinta.”
Kilatan lampu kamera membidik ke arah Athena yang tengah berpose menggunakan baju khas koki berwarna biru kristal di tengah tumpukan bunga mawar dan juga teratai. Kalau di cerna dengan benar cerita Eliya kemarin, sebenarnya Ale tak salah. Athena naif, ia tahu betul jika Ale tak mencintainya tapi perempuan yang wajahnya bak peri itu yang memaksakan kehendak, menganggap bahwa cinta bisa dibina seiring berjalannya waktu. Romeo setuju mendekati Athena sebagai teman. Untuk ke hubungan lanjut, ia rasa belum menemukan alasan yang tepat. Mungkin wajah Athena bisa membuat lelaki mana pun bertekuk lutut tapi cinta? Bagi Romeo itu sesuatu yang tinggi dan luhur.
“Aku jamin Athena tak akan pernah merasakan bahagia bila bersama dengan Ale. Cinta sepihak tak pernah berhasil.”
Cinta sepihak mendatangkan patah hati, tapi bertahan mencintai sendiri adalah tindakan tolol sekaligus arogan. Athena setia namun untuk apa? Jika Ale saja tak menaruh hati padanya. Bukannya itu suatu tindakan yang sia-sia. Namun Romeo kehilangan konsentrasinya ketika melihat Athena tersenyum manis sambil membawa sebuah cupcake.
Sesaat dunia berhenti berputar, terpaku pada sosok Athena. Bola Mata Gadis itu yang coklat seperti merayu, mengajak Romeo untuk menari bersamanya. Perasaannya menjadi aneh, hangat sekaligus merasakan beban. Romeo harus berhenti menatap objek yang ada di hadapannya. Athena bisa menenggelamkan dalam pesonanya.
“Oke. Selesai,” ucapnya sembari mengacungkan jempol.
Begitu pemotretan berhenti beberapa pelayan dari kafe sebelah datang membawa makanan. Romeo tak begitu peduli, dia lebih melihat kembali potret yang sempat dibidiknya tadi dan memilih mana yang paling bagus untuk dijadikan kover promosi, sedang foto yang lain mungkin akan diam-diam ia simpan.
“Rom, ayo makan.” Eliya dan Athena rupanya telah menunggunya di meja makan.
“Apakah aku boleh melihat fotoku?” Athena mendekat ke kursi yang Romeo tempati sembari mencondongkan tubuh ke arah laki-laki itu.
“Aku sudah memilih beberapa foto yang bagus. Kamu bisa melihatnya.” Athena hanya mengangguk karena dia buta tentang potret yang bagus atau cara membuat anggel yang menarik.
“Yang kamu pilih bagus.”
Diam-diam Eliya tersenyum melihat interaksi keduanya. Ternyata Romeo bisa diandalkan, pendekatan mereka terasa alami. Athena biasanya kurang nyaman dengan orang asing tapi dengan Romeo lain. Cuma untuk menimbulkan perasaan khusus di hati Athena nampaknya perlu perjuangan. Dari sekian banyak lelaki yang Eliya telah sodorkan mungkin Romeo yang menunjukkan kemajuan signifikan. Dan keadaan yang membuat Eliya senang ini musnah sudah ketika melihat jam dinding. Hampir pukul 12, Ale biasanya datang jam segini. Semoga pria itu tengah sibuk sekali menyelesaikan kasus di pengadilan dan tidak akan. Tapi doa jelek tak pernah didengarkan, lonceng pintu florist berbunyi. Pria yang membuat mengubah ekspresi Athena jadi bucin telah datang. Untunglah letak duduk Athena membelakangi pintu, tak melihat si setan.
“Kamu melihat apa Athena?”
“Kak Ale? Kok aku gak tahu kakak sudah datang.”
Jelas Ale tak terlihat karena Athena sibuk dengan teman baru berjenis kelamin laki-laki. Athena jarang akrab dengan orang dengan jarak sedekat ini. Ale mendengus, ia Cuma agak kesal bukan marah apalagi cemburu. Mungkin lapar membuat emosinya naik.
“Aku tadi cari kamu ke dapur tapi salah satu karyawan bilang kamu di sini.” Ale baru sadar Athena memakai make up agak mencolok dengan baju seorang pelayan. Di dalam florist ada sebuah backgroud hitam dan beberapa lampu terang di sertai payung. Apa Athena membuat panggung, dengan perempuan itu sebagai badutnya.
“Kami baru saja menyelesaikan pemotretan.”
Eliya menyeringai ketika mengambilkan kursi tambahan untuk Ale. Ia sengaja menaruh kursi Ale berseberangan dengan tempat Athena duduk. Biar Ale kenyang melihat Athena bersama pria lain. Memang si pengacara saja yang bisa bahagia. Ale hilang jika diharapkan datang dan Datang semaunya ketika Athena sibuk.
“Pemotretan dengan kamu sebagai modelnya?” Ale menahan tawa, tapi mendadak merasakan tak enak ketika si pembidik kamera melihatnya. Athena memang menarik tapi menjadi model? Athena tipe perempuan yang terlalu malu menonjolkan diri.
“Iya dan ini perkenalkan Romeo, fotografer sekaligus orang yang akan mendesain tampilan promosinya.”
Ale hanya membuka mulut menggumamkan huruf vokal o. Ia tak mau mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri. Biasanya Athena yang akan bilang bahwa Syailendra adalah tunangannya. Tapi beberapa menit kemudian tak ada kalimat tambahan. Athena malah sibuk menggeser hidangan.
“Inikah menu andalan restoran kalian?” Romeo menatap makanan yang ada di depannya, ada dimsum, tomyam, beberapa desert manis dan beberapa menu olahan ayam yang Romeo tak hafal namanya. Ketika ia hendak mengambil kamera, Athena menahan kameranya dengan telapak tangan sehingga kedua tangan mereka jadi tak sengaja bersentuhan.
“Makanan ini untuk dimakan bukan objek potret. Menu yang akan dipotret akan disiapkan setelah makan siang.” Canggung langsung mendera, keduanya sepakat untuk menjauhkan tangan. Ale yang melihatnya merasa jengah. Tangannya lebih sering menyentuh bahkan menggenggam tangan milik Athena.
Romeo tersenyum tak enak sembari menggaruk tengkuk. Athena selain cantik juga baik, hal utama yang tak disadari sebagai kelebihan oleh Ale. Lelaki itu menatapnya kesal’ kalau tak mencintai Athena kenapa sang pengacara kesal dengan interaksi keduanya. Posisi duduk Ale juga terlalu kaku seperti seorang prajurit yang tengah siaga perang.
Athena mengambilkan beberapa makanan lalu meletakkannya dalam piring.” Cobalah ayam ini rasanya enak. Pangsit ini dimasak dengan suhu tertentu dan diisi dengan jamur tapi bila digigit rasanya seperti daging.” Padahal Ale sudah mengangkat tangan tapi khusus hari ini ia tak didahulukan. Ale menerima piring setelah Romeo. Eliya tersenyum geli, mungkin Ale lupa jika Athena bisa teralihkan hanya dengan makanan yang bumbunya diracik sendiri. Athena sangat suka memasak, menciptakan menu baru, dan juga menjelaskan rinciannya. Athena bisa sediam batu tapi kalau untuk memperkenalkan usahanya, kawan Eliya itu cukup bekerja keras.
“Athena kemarin sepertinya kamu bilang akan memasakkanku menu baru.”
Pengalihan yang pintar tapi Athena sendiri juga punya kejutan. “Aku mau mengolah sayur terong. Kakak tidak menyukai sayuran itu ‘kan?” Ale memilih mengatupkan bibir. Dari semua sayur kenapa Terung yang jadi pilihan.
“Aku suka terong. Kakekku di kampung menanamnya.” Ale telah kalah, Romeo memang pintar mencuri perhatian tetapi memaksakan menyukai sesuatu demi perempuan bukanlah sifat Ale.
“Benarkah? Terong organik lebih enak pastinya. Aku membuat terong panggang diisi dengan keju mozarella lalu ditambahkan bubuk cabai bila ada yang suka pedas. Rencananya aku akan membuatnya sebagai tester dan akan aku berikan gratis.”
Perut Ale terasa mual membayangkan isi terong yang diaduk dengan keju. Menu yang pasti tak akan laku. Siapa manusia gila yang akan mencobanya.
“Aku akan jadi pencicip pertamanya.” Dan orang gila itu tepat berada di sisi Athena.
Ale mengesampingkan perasaan kalau Romeo adalah saingannya walau kenyataannya memang tidak. Bukannya bagus kalau Athena punya pasangan atau pria lain untuk dicintai tapi masalahnya Romeo ini hanya seorang fotografer dengan penghasilan pas-pasan walau ya wajahnya sedikit tampan. Athena harusnya mendapatkan pria yang lebih hebat. Athena adalah putri tunggal Rudolf, yang menjadi suaminya pastilah bukan pria sembarangan. Bagi Ale, Romeo bukan pilihan yang tepat.
🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top