Bab 13
Eliya membuka kafe tapi pintu sudah duluan terbuka sebelum dia datang. Dengan tergesa-gesa sahabat Athena itu meneliti isi ruangan. Masih utuh, meja dan kursinya masih rapi, meja kasir tidak berantakan berarti tidak ada maling masuk. Eliya perlahan berjalan ke arah dapur, ketika mendengar deritan kayu. Ia melongok hati-hati ke pintu yang kebetulan terbuka sedikit.
Syukurlah ternyata Athena sudah datang duluan. Sahabatnya itu tengah menguleni adonan roti dan itu artinya ada yang terjadi. Athena biasanya menguleni adonan roti sampai kelelahan karena sedang bersedih “Berapa banyak roti yang lo bikin?”
Athena menggerakkan dagunya ke samping. Di sana ada beberapa roti yang telah matang, sebagian telah dingin dan sebagian lagi masih hangat. Eliya menarik nafas lelah sembari meraih dagu Athena agar bisa melihat wajah sang sahabat dengan jelas.
“Lo kenapa? Ale lagi” kantung mata Athena menghitam, dan mata gadis itu memerah serta bengkak. Tebakan Eliya, Athena menangis semalaman. Tentu itu ada hubungannya dengan Ale. Siapa lagi kalau bukan lelaki kurang ajar itu yang mampu mengeluarkan air mata Athena sampai kering.
“Gue gak apa-apa.” Athena menggeleng keras sembari melanjutkan pekerjaannya kembali. Saat ini ia tak mau membicarakan hubungannya dengan Ale yang tengah didera masalah. Ia tak bisa terima jika Eliya menyarankan untuk melepas Ale. Athena telah berjuang lama dan mendapatkan posisi sebagai tunangan dengan susah payah. Ia belum mau menyerah.
“Jangan ngibul! Gue siap denger cerita lo, kali ini gue janji gak nyalahin Ale.” Barulah Athena merosot lalu terduduk di kursi terdekat. Ia merasa sangat lelah dan sedih. Eliya sebagai sahabat menyediakan pegangan lalu memeluk kepala Athena.
“Dia sejak dulu gak bisa cinta sama gue, gak pernah bisa...” Eliya menepati janji, ia Cuma diam namun ia juga lega karena Athena telah sadar. “Cinta bisa tumbuh kan? lama-kelamaan dia cinta sama gue. Tapi selalu ada cewek lain. Cewek yang Ale pingin.”
“Selalu ada cewek lain Athena,” kalimat singkat yang membuat ingatan Athena terlempar ke beberapa tahun lalu.
“Itu sebelum kita bertunangan, tapi sekarang setelah gue yakin bahwa hati Ale luluh. Kenapa sosok cewek idaman itu dateng?”
Eliya menarik nafas, ia tak mau ikutan menangis. Sebagai sahabat Eliya harus kuat. “Dengarin gue, sebelum lo bahkan Ale punya banyak mantan. Mereka dengan sifat yang Ale pengen. Ale lebih gampang cinta sama mencintai mereka. Itu juga gak buat lo sadar. Dulu lo sempat latihan bela diri dan naik kuda, tapi akhirnya lo lelah dan menyerah. Kenapa sekarang lo juga gak bisa begitu? Lelah kemudian menyerah, Lepasin Ale.”
Athena mendongak, matanya penuh dengan air. Hal itu terdengar mudah tapi begitu sulit dilakukan. “Lo tuh cantik, masih muda, banyak cowok yang ngantri buat dapetin perhatian lo,” tapi yang diinginkannya Cuma Ale. “Sekarang yang perlu lo lakuin cuma mandi, terus tidur biar gue yang ngurus kafe.”
Kalau dalam keadaan biasa Athena pasti menolak namun sepertinya tubuh Athena sudah tak kuat lagi untuk di ajak kerja sama. Yang Eliya katakan ada benarnya, Kepalanya yang diserang pening lebih baik diistirahatkan.
Setelah kepergian Athena, Eliya melirik ke tumpukan roti yang belum diberi selai dan toping. Roti-roti sebaiknya disumbangkan saja, tak perlu dijual. Sebab Eliya tak yakin roti yang bercampur dengan air mata Athena rasanya enak.
🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️
Athena bangun setelah tidur hampir enam jam. Ia sengaja menutup florist agar bisa istirahat di dalam sana. Setelah terjaga sepenuhnya, ia berpikir untuk mengisi perut agar tak pingsan. Athena menengok ke ponselnya yang mati. Ingin menyalakan benda itu tapi ragu menghinggap. Padahal tangannya sudah gatal untuk menghubungi Ale namun Athena tahan. Lebih baik ia ke kafe dulu untuk mengecek keadaan.
“udah baikan?”
Eliya bergabung duduk bersamanya saat Athena tengah memakan spageti.
“Lumayan.”
Keduanya terdiam lama sampai Athena mempertanyakan hal yang Eliya tak mau dengar. “Apa Kak Ale tadi ke sini?”
“enggak.” Dengan Terpaksa sahabat Athena itu berbohong. Ale ke sini bertanya tentang keberadaan Athena di mana dan Eliya menjawab kalau Athena tidak ke kafe dan florist terpaksa tutup karena Athena tidak datang. Untungnya mobil Athena juga tak terparkir di sini, setelah mendapat jawaban dari Eliya pria itu langsung pergi.
Athena menunduk muram. Ale tak peduli padanya, setelah pertengkaran mereka Athena kira. Ale akan membujuknya lagi. Mungkin kali ini pria itu langsung jatuh ke pelukan Ranie. Athena siap menangis lagi kalau saja tak melihat ekspresi Eliya yang bingung.
“Kenapa lo gak siap-siap aja?”
“Bersiap? Buat apa?”
"Lo melupakan sesuatu? Lo lupa kalau besok bokap lo ulang tahun?”
Athena menganga, astaga ia bisa seceroboh ini. Hari penting ayahnya terlupakan. Pantas saja lupa, ponselnya mati dari semalam hingga alarm hari penting tidak terdengar. “ gue harus cari kado.”
“Soal itu tenang saja. Gue baru nelepon Romeo untuk ke sini. Dia akan nemenin lo cari kado.”
Athena kembali muram. Tahun lalu ia mencari kado dengan Ale. Tahun-tahun sebelumnya juga begitu. “Romeo bakal dateng, ganti baju sama dandan sana.”
Kalau dalam keadaan biasa, Athena pasti menolak. Tapi Athena seperti tak peduli lagi siapa yang mengantarkannya. Tujuannya mencari kado, kalau tujuan lain Eliya ingin mencomblangkannya ya terserah sahabatnya itu. Athena terlalu lelah untuk berdebat. Lebih baik pergi ke luar sebentar untuk menghirup udara segar.
🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇
Setelah berkeliling di sebuah Mal bersama Romeo. Akhirnya Athena memutuskan untuk singgah ke sebuah toko jam tangan terkenal. Romeo hanya mengikuti Athena dari belakang. Sejak berangkat gadis ini lebih banyak diam. Romeo tebak, Athena tengah di dera masalah tapi ia tak mau memaksanya untuk bercerita. Eliya Cuma berpesan jaga Athena dan buat gadis ini tersenyum.
“Menurutmu mana yang bagus untuk ayahku?”
Romeo juga bingung karena di balik kotak kaca banyak jam yang bagus. “Biasanya orang tua akan lebih suka jam dengan bahan metalic atau kulit. Tapi jika aku di suruh memilihkan.”
Romeo bergumam sebentar, lalu jemarinya menunjuk ke sebuah jam berbentuk bulat dengan belt berbahan kulit sapi yang berwarna coklat muda.
“Ayahku pasti suka jika dibelikan jam ini.” Sayangnya ayah Romeo punya jam selemari.
“Baiklah aku beli yang ini.” Athena menyerahkan kartu kreditnya untuk digesekkan.
Athena jadi ingat biasanya setiap tahun ia yang selalu memesankan tempat untuk mereka merayakan ulang tahun. Athena yang ingin menelepon ayahnya, tiba-tiba ingat jika ponselnya ada di florist. “Romeo bisa ku pinjam ponselmu sebentar. Ponselku ketinggalan, aku ingin menelepon ayahku dulu.” Untungnya Athena hafal nomor ayahnya di luar kepala.
“Ini.” Romeo memberikan ponselnya dan Athena menerimanya dengan senang hati lalu ke luar toko.
“Hallo papah ini Athena.” Rudolf di seberang sana menjawab panggilan anaknya dengan girang. “Papah sibuk?”
“Tidak. Kenapa?”
“Besok kan ulang tahu Papah. Setiap tahun kita selalu merayakannya bersama-sama. Papah besok mau makan di restoran mana?”
Rudolf terdiam lama lalu berdehem untuk meluweskan tenggorokan. “Besok Papah ada janji dengan klien Athena. Perayaan ulang tahun papah bisa di rayakan minggu depan.”
Jelas saja Athena langsung di dera kecewa. Dalam setahun ini ia bertemu papahnya hanya tiga kali. Papahnya selalu menitipkan pesannya pada Ale. Papahnya menghujaninya dengan hadiah barang mewah tapi Athena tidak perlu itu. Ia Cuma butuh ayahnya hadir.
“oh begitu? Apakah kliennya penting sekali.”
“ya begitulah. Maaf sekali Athena, tahun ini perayaan ulang tahun papah harus di tunda.”
Athena mulai memegang kepala, sebentar lagi tangisnya akan meledak. “Tidak apa-apa. Aku tahu papah sibuk,” ucapnya sembari membekap mulut. Tangisnya tak boleh terdengar. Papahnya hanya perlu tahu jika Athena bukan gadis kecil cengeng. Athena cukup mandiri untuk mengurus diri sendiri, mengendalikan emosi tapi kenyataannya tidak begitu. “Sudah dulu ya Pah. Kebetulan kafe sedang ramai.”
“Iya sayang. Kalau butuh apa-apa segera hubungi papah.”
Athena langsung menutup panggilannya kemudian tubuhnya merosot sampai berjongkok. Hatinya sakit sekali karena mengetahui dirinya tak diinginkan oleh siapa pun. Ayahnya jarang memberi perhatian sedang tunangannya tidak mencintainya. Kenapa dua orang pria yang penting dalam hidupnya tak menganggap dirinya yang utama.
“Athena. ”panggil Romeo lirih sambil menyentuh bahunya. ”Ini barangmu.” Athena buru-buru berdiri lalu menghapus air matanya dengan kasar.
“Terima kasih.” Athena tersenyum sedikit. Romeo meraih tangan gadis itu untuk dituntun.
“Setelah ini ada baiknya kita jalan-jalan ke taman sebentar. Ayo.”
Athena ikut serta sebab tak tahu harus bagaimana. Di saat hatinya hancur seperti ini, ia hanya butuh tempat duduk dan meresapi kesedihan. Tak peduli kawannya siapa.
Keduanya duduk di bangku taman. Athena Cuma memandang kosong ke sekelompok bunga dan rumput. Es krim di tangannya sebagian telah mencair. Gadis itu diam tetapi tidak menangis. Hal yang membuat Romeo lebih cemas. Mata Athena memancarkan kesedihan dan keperihan tapi tak keluar air mata. Seolah gadis itu merasa tak ingin hidup lagi.
“Makan es krim kata orang bisa mengurangi kesedihan.” Athena menunduk untuk menatap es krimnya kemudian membuang makanan manis itu ke tanah. Romeo Cuma menyodorkan tisu untuk mengelap sisa es krim tangan. “Kamu sudah menghubungi ayahmu? Katanya besok beliau ulang tahun.”
“Iya dan dia mengatakan kalau sibuk. Ulang tahunnya kali ini tidak bisa dirayakan,” ucapnya getir. “Padahal aku bisa bertemu dengannya Cuma beberapa kali dalam setahun, saat ulang tahunnya juga. Kamu pernah merayakan ulang tahun ayahmu?”
“Pernah tapi sudah lama sekali.”
“Apa ayahmu juga sibuk?”
“Sangat tapi aku tidak kecewa karena itu. Ibuku selalu ada untukku.”
“Oh begitu...” sayangnya Ibu Athena sudah pergi semenjak ia berusia sepuluh tahun. “Enak kalau kita masih punya orang tua lengkap.”
“Ya begitulah.” Lalu Romeo sadar akan sesuatu. Eliya sering bercerita tentang ayah Athena tapi tidak pernah menyebut tentang ibunya. “Kalau boleh tahu ibumu ke mana?”
“Dia dan ayahku bercerai. Ibuku pergi setelah menerima uang dari ayahku dan tak pernah sekali pun mengunjungiku.”
Ada kenangan buruk yang Athena telah lewati. Ibu macam apa yang meninggalkan putrinya karena setumpuk uang. Athena dibesarkan oleh pengasuh karena ayahnya sibuk. Athena sejak kecil merasa kesepian, merasa tidak diinginkan bahkan walau fisiknya bagus, ia sering merasa rendah diri.
“Kenapa mereka memilih berpisah?”
Athena mengedikkan bahu. “Aku tidak tahu persisnya kenapa. Mereka bertengkar hebat lalu ibuku pergi. Awalnya ia mengajakku tapi ayahku larang. Setelah itu ayah bilang jika mereka sudah bercerai dan ibu pergi meninggalkanku setelah diberi kompensasi yang pantas. Sejak saat itu aku tidak pernah melihat ibuku lagi. Aku tidak tahu apakah dia masih hidup atau tidak.”
“Kau merindukannya?”
“Hmmm...sangat.”
“Kau membencinya?”
Athena mendesah lalu menyadarkan punggung pada bangku. “Mungkin.”
“Bolehkah aku bertanya hal yang agak pribadi?” Romeo mengucapkannya dengan hati-hati. Melihat ekspresi Athena yang pasrah, sepertinya pertanyaan apa pun tak akan mengganggu perasaan wanita ini.
“Tanyakan saja.”
“Kapan kamu pertama bertemu Ale dan bagaimana kamu bisa jatuh cinta padanya?”
Athena tersenyum tipis, tapi wanita itu sepertinya semangat ketika pembahasan Ale diangkat. “Aku bertemu dengannya ketika orang tuaku bertengkar hebat. Aku berlari ke luar rumah lalu bersembunyi di bawah pohon. Aku menangis di sana. Ketika itu Kak Ale datang, memberiku gulali. Kak Ale waktu itu masih SMA. Dia baru pulang latihan basket. Sejak saat itu aku Fans pertamanya.”
“Jadi kisah kalian adalah cinta pandangan pertama atau Ale datang tepat di saat kamu butuh seseorang.”
Sejak Athena berusia sembilan tahun, wanita itu sudah memuja sosok Ale sebagai pahlawan serta cinta pertama. Lantas cinta di hati Athena telah mengendap berapa lama? Apa iya bisa digantikan dengan sosok pria lain. Ini mustahil.
“Mungkin dua-duanya.”
“Maaf jika aku bertanya terlalu jauh. Apa Ale membalas cintamu?”
Pertanyaan yang sulit. Ini akan Athena jawab jujur atau tidak. Ketika kebenaran terungkap hatinya juga ikutan sakit. “Aku tidak pernah tahu. Aku hanya berusaha memberikan cinta tanpa mengharapkan balasan. Cinta tulus memang begitu kan? Apa aku kelihatan tolol?”
“Tidak. Kamu hebat bisa mencintai setulus itu tapi apa kamu tidak lelah?”
Athena sejenak lupa jika Romeo menemaninya atas permintaan Eliya dan sahabatnya itu pasti telah memberi gambaran apa yang terjadi pada hati Athena.
“Sangat lelah, aku selalu ingin menyerah tapi ketika Kak Ale muncul. Niat awalku luntur dan aku sadar, jika terlalu mencintainya dibanding aku mencintai diriku sendiri.”
Dan efeknya itu sangat mematikan. Beberapa kali ditolak Athena akan bangkit, beberapa kali sakit hati Athena akan tetap tersenyum ketika bertemu dengan Ale sampai akhirnya setelah semua kesakitan dan lara, ia keluar sebagai juara. Di posisikan sebagai tunangan tanpa memiliki hati Ale.
Lantas apakah Athena sekarang merasa senang dan menang. Tidak, ia berangsur-angsur kecewa bahkan lebih dalam. Sekarang ia hancur karena tidak diinginkan siapa pun.
Romeo menghembuskan nafas lalu menatap beberapa orang yang mulai berdatangan. Maklum hari mulai menjelang senja. Betapa beruntungnya pria yang bisa mendapatkan hati Athena. Selain cantik, hati Athena begitu baik. Mencintai hingga menyerahkan seluruh jiwa, memuja hingga tak kenal masa, selalu tersenyum ketika menahan perih. Keterlaluan jika ada orang yang membuat Athena kecewa dan terluka.
“Bagaimana kalau sehabis ini kita makan malam?” ajak Romeo di sertai senyum ceria.
“Boleh.” Untungnya ajakannya tak Athena tolak. Awalnya mendekati Athena itu terasa salah ketika wanita ini masih menjadi tunangan orang. Namun sekarang setelah tahu bagaimana kisah hidup wanita ini, Romeo seperti mematri janji pada dirinya sendiri. Ia menginginkan Athena dan ingin membuat wanita ini bahagia.
🐳🐳🐳🐳🐳🐳🐳
Aku repost, kalau lengkapnya ada di google play book
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top