Bab 10
Anak-anak yang di culik sudah kembali ke keluarganya masing-masing dibantu oleh kepolisian. Begitu pun Fina yang sekarang sudah tak menginap lagi di rumah Ranie. Anak- anak itu sengaja menunggu Athena di rumah singgah untuk menemui perempuan itu sekalian mengucapkan terima kasih.
Begitu Athena datang, anak-anak itu langsung berlari mengerubunginya. Hari ini harusnya jadwalnya memberikan pelajaran tapi ia memilih menjadi pendengar lalu duduk bersama anak-anak sembari makan. Ranie juga hadir di sana sebagai perwakilan kepolisian. Romeo dan Eliya juga ada untuk membantunya.
“Terima kasih. Kamu sudah terlalu banyak melakukan hal untuk anak-anak,” ucap Ranie tulus. Awalnya ia melihat Athena sebagai gadis manja tapi pikirannya berubah setelah mengenal Athena dari waktu ke waktu.
“Mereka pantas mendapatkan ini setelah mengalami kejadian yang luar biasa.”
“Sidang pertama akan di adakan dua minggu dari sekarang. Aku berharap kamu mau datang.”
“Tentu saja. Aku akan membantu sampai sidang putusan.”
“Kamu sudah melakukan hal yang besar Athena.” Sela Romeo sembari menggantungkan kameranya di leher.
“Aku akan mewawancaraimu secara eksklusif dan menjual berita ini. Kamu bersedia kan?”
“Kamu juga bekerja untuk mencari berita kriminal?” tanya Athena penasaran sebab ia hanya tahu jika kamera Romeo hanya digunakan untuk membidik model cantik.
“Kadang-kadang. Awal karierku dulu di koran sebenarnya, waktu aku masih kuliah.”
“Apakah aku juga akan di wawancarai secara eksklusif?” Ranie tergelak sebab tahu jika ajakan Romeo itu adalah sebuah rayuan manis yang ditujukan untuk Athena seorang.
“Iya tapi setelah Athena.”
Ranie mengibaskan tangan. “Tidak usah. Aku hanya bercanda, lagi pula ada bagian humas yang melakukannya. Aku sendiri juga tidak suka di ekspos, itu membuatku tidak bebas melakukan pengintaian.”
Obrolan mereka mengalir begitu saja walau Ranie lebih memberikan ruang yang luas untuk Romeo agar lebih leluasa mendekati Athena. Ranie rasa perempuan secantik dan sebaik Athena cocok bersanding dengan pria setampan Romeo. Ranie menengok ke jalan melihat sebuah mobil marcedes hitam berhenti dan seorang lelaki yang memakai kemeja biru laut ke luar dari sana.
“Itu Bukannya Ale?” Ranie berdiri lalu bergegas menghampirinya. Athena yang ingin menyusul di tahan oleh Eliya. Kawannya itu seperti mengingatkan jika pertemuan terakhir keduanya tak berjalan dengan baik. Malah bisa dibilang jika keduanya dalam mode saling mendiamkan.
“Gue denger percakapan terakhir lo sama Ale. Wajar dia marah pas tahu rencana lo sama Ranie tapi apa bener dia gak pakai cincin tunangan terus cincin itu dibuang di mana?”
Athena diam saja. Bukan bermaksud menyembunyikan masalahnya dari Eliya tapi sahabatnya itu dalam posisi tidak netral, yang selalu memandang negatif ke arah Ale dan mengomporinya untuk meninggalkan pria itu. Terbukti ketika Eliya melontarkan kata buang bukan taruh.
“Apa aku perlu pergi? Sepertinya kalian akan membahas masalah pribadi?” Romeo merasa tidak begitu suka menjadi penguping.
“Duduklah. Kami Cuma mengobrol biasa.”
“Kak Ale tak memakai cincin pertunangan karena itu buat dia risih ketika cuci tangan.”
Eliya menyipit kepada Athena lalu tatapannya mengarah ke jauh di tempat Ranie dan Ale saling mengobrol. “Alesan! Gue kira dia gak pakai itu cincin karena masih mau dianggap lajang dan gak terikat hubungan.”
“Eliya...” walau mereka marahan tapi Athena tidak rela jika Ale dijelek-jelekkan.
“Lo lihat Ale sama Ranie.” Tunjuk sahabat Athena dengan dagunya. Athena memandang keduanya dengan biasa. “Lihat Ranie gue jadi ingat mantan Ale sebelum tunangan. Ranie mandiri, hebat, tomboy yang pastinya jago membela diri.”
“Apa maksudmu itu?” Romeo pun ikutan bingung.
“Lo itu naif sama begok. Gue jamin Ranie gak tahu kalau lo sama Ale sudah tunangan.” Seketika punggung Athena terasa dingin. Ranie tidak tahu dan Ale tidak mengakui apa hubungan mereka. Sekarang ia baru merasa takut. Setelah bertahun-tahun menunggu, mengharap suatu hari Ale akan mencintainya dan sekarang wanita idaman Ale ada tepat di hadapannya. Athena merasa luar biasa cemas sampai meremas tangannya sendiri. Akankah penderitaan dan sakit hatinya terulang lagi. Athena sudah dewasa, ia tidak akan mengalah. Ia akan berjuang agar Ale tetap di sisinya.
“Kau juga datang?” Ranie menyambut, tapi sepertinya mata Ale fokus pada tempat lain. “Kebetulan ada banyak hal yang harus kita bahas. Kita belum bicara lagi sejak penyelamatan Athena. Kau datang ke kantor polisi pas aku tidak ada.”
Kaki Ale terus melangkah, menganggap jika yang di sampaikan Ranie adalah sesuatu yang tidak penting di banding Athena yang kini sedang berbicara serius pada Romeo. Walau Eliya ada tapi si mata Ale keduanya duduk dekat tanpa sekat. Ranie mengikuti pandangan Ale lalu paham akan keadaan.
“Jangan memandang Athena seperti itu. Dia berhak sedikit lega dan mendapatkan perhatian. Ku rasa Romeo bukan pemuda jahat.”
“Tahu apa kau tentangnya? Kalian juga baru kenal sebentar.”
Ranie agaknya tersentak kaget dengan jawaban Ale yang ketus. “Ada bagusnya kamu hilangkan amarahmu dulu baru menemui Athena. Ku tebak kalian bertengkar setelah kejadian beberapa hari lalu. Jangan mencercanya, Athena gadis berhati lembut. Biarkan dia sedikit merasa bahagia.”
Ale menarik nafas panjang tapi kakinya tak berniat untuk berhenti. Baru kali ini Athena berani padanya, melanggar semua larangannya, menyembunyikan hal besar dan mendiamkannya. Athena berani menantangnya dengan tidak mengangkat atau membalas panggilan darinya. Apa keberanian Athena ada hubungannya dengan Romeo? Harusnya Ale senang karena pada akhirnya Athena menemukan pria lain tapi kenapa hatinya merasakan gelisah. Mungkin karena Romeo bukan tipe yang pantas untuk Athena.
Athena mengawasi Ale dan Ranie ketika berjalan bersama. Penegak hukum dan polisi wanita adalah pasangan yang cocok. Mereka punya bidang favorit yang sama, mungkin hobi juga. Athena menggeleng keras ketika sebagian hati nuraninya minta untuk mengalah.
“Kamu kenapa Athena?” Ale datang dan duduk tanpa dipersilahkan. Menatap galak ke Athena serta Romeo, kemudian agak sedikit tersentak ketika tatapannya dibalas Athena dengan sama intensnya.
“Apa kedatanganku membuatmu keberatan?”
Tentu tidak tapi kebersamaan Ale dan Ranie melukai hatinya. Athena mengalihkan pandangan ke meja yang di tutupi pernis mengkilap.
“Kebetulan kita sudah duduk bersama. Ada yang harus kita bahas mengenai anak-anak yang di culik kemarin?” Ada yang lebih dikhawatirkan daripada hatinya yang terusik karena cemburu. Athena lebih baik menjadi pendengar dulu.
“Sebaiknya yang ikut dalam pembahasan ini adalah orang-orang yang berkepentingan.” Maksud Ale hendak mengusir Romeo tapi yang berdiri malah Eliya. Sahabat Athena itu pamit melihat apakah anak-anak sudah selesai makan apa belum.
Mata Ale menyipit menunggu Romeo berdiri. “Ku rasa Romeo berhak di sini. Dia juga bisa berperan sebagai wartawan sementara,” ucap Ranie yang membuat Ale sangsi. “Media harus meliput kasus ini sidang per sidang agar masyarakat bisa tahu perkembangannya. Aku tidak mau kasus ini tenggelam, seperti yang sudah-sudah.”
Empat kepala di paksa paham dan berbagi pembahasan dalam satu meja. Ale berharap Athena mulai menyadari kesalahannya jika mengetahui bahaya dari sindikat yang menculik anak-anak kemarin. Ale akan berusaha mengembalikan Athena seperti semula.
“Kita kemarin sedikit terlambat, karena ada anak-anak yang sudah dikirim melalui kapal. Aku harap mereka belum meninggalkan negeri ini.”
“Apa akan sulit dilacak jika mereka sudah ke luar negeri?”
“Tidak juga. Ada interpol yang membantu tapi akan sulit jika kita sendiri tidak tahu medan apa yang kita lalui.”
Athena mendesah kecewa lalu meremas jemarinya. “Andai kita bertindak cepat.”
“Jangan berani-berani bicara seperti itu! Tindakanmu kemarin sangat berbahaya dan jangan berani mengulanginya lagi! Ku peringatkan kau Athena!” Sayangnya Ale berkata sembari menunjuk wajahnya dengan jari dan itu membuat Athena tersinggung. Athena paling benci dimarahi di depan umum.
“Kalau ada kesempatan lain, aku akan melakukannya!”
“Athena!” Ranie hampir terbahak sebelum mendengar nada mengancam dari Ale. Romeo meringis namun tak ada niatan membela Athena. Ia enggan ikut campur karena tak tahu cerita yang sebenarnya.
“Kalian berdua berhentilah bertengkar. Athena bukan anakmu yang berusia sepuluh tahun yang bisa kau atur-atur memakai baju yang bagaimana. Aku berjanji padamu kalau kemarin adalah hal yang terakhir dan tidak akan terulang lagi.”
Ale tak bisa tenang, matanya masih menatap nyalang ke Athena dan lebih parahnya si gadis malah menaikkan dagu. Ranie seperti terjebak di pertengkaran antar kekasih.
“Lalu anak-anak itu akan di apakan jika sampai di luar negeri. Apa di perkerjakan saja dengan upah rendah?” Hanya Romeo yang saat ini punya pikiran waras dan obyektif.
“Itu lebih baik. Anak-anak itu di ambil organ tubuhnya untuk dijual.”
“Itu tidak beradab.” Romeo mengetahui fakta ini tapi ia kira itu hanya berita yang mengada-ada. Athena sendiri walau sudah mendengarnya namun hatinya tetap merasa ngeri. Ale lebih kuat karena begitu lah kehidupan. Untuk menopang si pemilik uang ,banyak hal yang di korbankan. Manusia terlalu serakah untuk tetap bertahan hidup lebih lama.
“Ada hal lain sebenarnya dari pada itu. Ku dengar anak-anak itu akan di buat ketakutan sehingga mengeluarkan suatu hormon. Hormon itu akan di ambil untuk salah satu komposisi produk kecantikan.”
Ketiganya terdiam karena sama-sama baru mengetahui fakta ini. “produk kecantikan? Apa selama ini mengeksploitasi hewan belum lah cukup?”
Ranie mengedikkan bahu karena hakikatnya manusia begitu serakah dengan dalih teknologi.
“Ini hal yang cukup serius dan berita yang penting sekali untuk diliput,” ujar Romeo menambahi sedang Athena sendiri tidak tahu harus menanggapi yang bagaimana. Pikirannya melayang pada produk kosmetik mahal yang sering dipakainya. Apa kira-kira bahan yang terkandung di dalamnya?
“Jadi ku harap Ale mau menuntaskan kasus ini dan juga menyeret mereka yang bersalah.”
“Aku mau membantu tapi dengan syarat Athena tidak diikut sertakan sebagai saksi.”
Athena melotot padanya dan dibalas Ale dengan cengiran jahil. “Aku akan tetap membantu.” Pemberontakan dari Athena lagi.
“Maaf, aku tidak akan mengikut sertakan Athena jika gadis itu menghendakinya.”
Athena tersenyum lebar karena merasa telah menang. Ale tak punya pilihan lain. Athena berubah lebih keras kepala dari biasanya. Gadis itu membelot karena tidak mau dilihat lemah. Genjatan senjata, rencana semula Ale terpaksa di tunda. Nanti jika ada kesempatan ia akan bicara pada Athena Cuma berdua.
Athena sendiri yang semula takut mengawasi kedekatan Ale dengan Ranie kini tidak peduli lagi. Saat pria ini menghalangi panggilan hatinya, maka Athena harus mempertahankan keinginannya. Bagaimana ia bisa mempertahankan Ale jika mempertahankan keyakinannya saja tak bisa.
“Athena, kita bisa bicara sebentar. Hanya berdua,” ajak Ale memilih berdiri sembari mengulurkan tangan.
“Apa kami pergi saja?” Romeo siap menawarkan tempat.
“Tidak usah,” sahut Ale ketus.
“Bisa.” Athena berdiri lalu merapikan rok gaunnya untuk mengikuti keinginan tunangannya.
“Jangan terlalu keras pada Athena.” Ale malah mengedip pada Ranie lalu menggandeng tangan Athena untuk dibawanya ke mobil. Keduanya harus bicara dengan kepala dingin, tanpa emosi, tanpa keinginan saling menyerang dan harus menemukan kesepakatan damai.
“Kasihan Athena,” ucap Ranie sambil mendesah putus asa saat melihat kedua saudara itu berjalan semakin jauh.
“Wajar jika Ale marah.” Romeo menambahi sambil menyandarkan punggung pada kursi. Ia bisa santai sekarang ketika Ale pergi. Pria itu sedari tadi menatapnya tak suka dan bahkan Romeo yakin jika tak ada orang. Pukulan Ale tak segan-segan mendarat. “Dia sangat menyayangi Athena dan tak mau tunangannya celaka.”
“Tunangan? Ale dan Athena bukan saudara?”
“Bukan. Mereka bertunangan, sudah lama itu terjadi.”
Ranie merenung sejenak seperti tengah memikirkan sesuatu. Informasi ini membuatnya kaget, sebab pria idamannya ternyata sudah bertunangan dengan wanita lain. Namun ada yang membuat ini terasa janggal. Ale tidak pernah bilang punya tunangan, para kawannya juga tak pernah bicara jika pengacara mereka sudah mengikatkan diri pada seorang wanita atau karena memang mereka tak sempat bertanya?
📯📯📯📯📯📯📯📯📯📯
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top