10
Jaemin berlari tergesa-gesa menuju kearah kamar seorang wanita yang kini menjadi pasiennya.
Pintu kamar tertutup begitu rapat, tapi telinga donter muda ini masih bisa menangkap jeritan histeris dari pasiennya.
Tangannya terulur membuka pintu. Irisnya bergetar menatap wanita yang tengah meronta dari genggaman 2 temannya.
Renjun yang awalnya menatap wanita yabg terus meronta ini mengalihkan pandangannya kearah Jaemin yang baru saja masuk ke dalam kamar.
"Lepaskan aku!!"
Kalimat ini terus keluar dari mulut sang wanita. Jaemin mencoba menenangkannya. Tapi nilih. (Y/n) terus meronta.
Pria ini meminta 2 pria yang menahan (y/n) keluar. Hingga hanya menyisakan dirinya dan sang wanita.
"Kami sudah memberikan obat penenang, tapi nyonya (y/n) masih saja memberontak."
Kalimat dari Renjun ini membuat Jaemin frustasi. Dia tak mau menyakiti wanita yang srkarang tengah berada dalam kukungannya ini menderita lebih dari ini.
"Jaemin! Lepaskan! Aku harus menemui Jeno!"
"(Y/n) hentikan, aku mohon. Kau harus menerima ke--"
"Tidak! Jeno belom mati! Dia masih di London!"
Wanita ini bergetar, dia berhenti meronta. Tapi irisnya mulai mengalirkan darah bening.
Dia menangis, lagi. Berada dalam dekapan sang dokter.
Jaemin mengelus wanita dalam dekapannya, memeluknya posesif. Seolah tak akan membiarkannya pergi.
Jaemin tau betul seberapa menderitanya wanita ini.
Rasa sakit yang (y/n) rasakan sama persis dengan yang ia rasakan.
Jaemin terus mengutuk Jeno dalam hati dan pikirannya. Kepergian Jeno telah menancapkan duri beracun dalam hati banyak orang.
Seandainya Jeno tidak pulang di hari itu, wanita ini tidak akan terluka. Setidaknya hanya Jaemin yang merasakan perih.
Setidaknya Jaemin bisa melihat wanita yang dicintainya bahagia meski bukan bersamanya.
"Aku membencimu Lee Jeno. Aku benar-benar membencimu. Seharusnya kau tidak datang didunia wanita ini.
Seharusnya aku yang menikahinya, bukan laki-laki yang membuatnya menderita sepertimu.
Aku membencimu."
Tbc
Nggak baik Jaem nyalahin orang lain.
Btw mau cerita, kemaren aku ultah. Aku nggak sedih kalo temen-temen nggak tau ultahku, atau mereka nggak ngucapin.
Tapi orang yang udah aku anggep sahabat lupa sama hal ini, bahkan dia nggak peduli sama sekali.
Entahlah, rasanya sakit aja. Aku nggak tau harus ngasih sikap kayak gimana. Saat temen cowonya ultah, dia peduli banget.
Maaf jadi curhat. Aku bingung mau ngomong kesiapa.
Makasih yang udah mau sepetin baca book aku bahkan mau baca curhatan aku.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top