Penyesalan Tiada Akhir
Di suatu kamar bernuansa hijau, memperlihatkan seorang pemuda tengah duduk dekat jendela kaca dengan meja beserta foto berbingkai juga bunga matahari di depannya.
Tak ada yang menemani pemuda ini kecuali keheningan dan sinar mentari senja yang masuk melalui jendela.
Tes
Air mata menetes tanpa henti membuat pipi, baju dan tanpa sengaja, kacamata yang ia pakai ikutan basah.
Maniknya memandang ke depan, namun tatapannya kosong. Ia menundukkan kepala membelalak ketika tau pandangan nya semakin memburam.
Di lepasnya kacamata itu dengan perlahan. Sebelah tangan mengambil botol semprot yang didalamnya terdapat air pembersih kaca. Sedikit ia semprot lalu di lap menggunakan tisu perlahan juga hati hati oleh pemuda ini.
Ia menghela nafas berat ... di letakkan nya benda tersebut di atas meja dengan sehelai tisu di bawahnya.
Ia melirik jam tangan yang sekarang menunjukkan pukul lima sore. Sudah waktunya bunga matahari di depannya ini di mendapatkan air untuk hidup. Bergegas ia mengambil penyiram yang berada tak jauh dari sana. Di angkatnya sebelah tangan yang memegang penyiram itu dan secara bersamaan, air keluar dari sana.
Setelah di rasa cukup, di letakkannya di samping pot bunga tersebut. Di belai nya lembut daun dan mahkota bunga. Sekarang, air mata yang sedari tadi mengalir, telah pun mengering. Seakan dirinya tak dapat menangis lagi untuk meluapkan kesedihan, penderitaan, dan ... penyesalan yang amat besar.
Di dekapnya sebuah topi dinosaurus yang sedari tadi berada di pangkuan dengan erat seakan tak ingin melepaskan nya ... menyiratkan kerinduan pada pemilik topi berwarna hitam hijau ini.
Tak lama, terdengar suara radio yang berada di dekat kamar tersebut.
"Jika anda di beri kesempatan kembali ke masa lalu, apa yang akan anda lakukan?"
"memperbaiki kesalahan kesalahan fatal untuk bisa bersama dengan nya lagi" ucap pemuda bermanik abu itu dengan suara dan tubuh yang bergetar hebat.
.
.
.
.
.
.
.
.
~ ✧HOPE✧ ~
.
.
.
.
.
.
.
.
"Makan malam udah siap!!" Jerit pemuda bermanik gold bernama 'BoBoiBoy Gempa' atau biasa di panggil Gempa sedikit berteriak. Membuatkan suaranya mendominasi suasana rumah.
Saudara saudara nya pun mulai berdatangan ke dapur. Selain karena panggilan dari saudara mereka, bau harum semerbak makanan yang disiapkan ikut menggiurkan dan membuat semuanya memantapkan niat ingin ke dapur.
Gempa dan sang kakak sulung, yang sedari tadi di dapur membantunya memasak, sekarang menghidangkan makanan. Meletakkan satu demi satu wajan penuh makanan baik yang kering, maupun berair santan kental.
"Ga biasanya kak Hali bantuin Gempa masak banyak kek gini," komentar Taufan dengan seringai jahilnya seraya mengambil lauk pauk yang kini sudah berada didepan mata. Dengan gesit dan lincah, tangannya bergerak memindahkan makanan makanan tersebut ke pinggan-nya yang sudah terisi dengan nasi yang memang sudah disediakan oleh Gempa dan Hali sebelum memanggil mereka tadi. Lalu makan lah ia dengan antusias sampai tak sadar Halilintar sedang melihat padanya dengan tatapan maut. Seperti nya, karena ucapan Taufan tadi.
"Dari pada kakak yang kerjaannya main game mulu," sindir Ice malas. Menyuapkan makanan kedalam mulutnya.
"Ahh!! Polar bear kau diam saja!" Kini Taufan lah yang cemberut. Walau ia sebauh fakta, sih hehe.
Entah mungkin karena merasa ada yang janggal, Gempa yang tadinya sudah tenggelam dalam kenikmatan makanan buatan-nya sendiri, menolehkan kepala dan alhasil, manik gold miliknya menangkap sepasang kursi kosong berhadapan. Ia tau pemilik kursi tersebut. Tapi yang berada dalam fikirannya sekarang adalah, dimana mereka?
"Thorn di sini!!!" pekik ceria pemuda bertopi hitam hijau dengan memakai baju tidur warna serupa, melambaikan sebelah tangan tinggi tinggi agar bisa dilihat oleh semua saudaranya. Thorn tersenyum menciptakan lesung pada kedua pipi chubby itu. Manik hijaunya bersinar cerah dan semakin menggemaskan kala ia mulai berlari ke arah mereka semua.
Sementara semua yang melihat Thorn sedikit heran. Bukan karena apa. Tapi karena melihat keadaan adik mereka itu yang berantakan.
"Thorn kau habis dari mana?" tanya Halilintar memperhatikan sang adik dari ujung rambut sampai ujung kaki baju juga tangannya di penuhi tanah kering dan basah.
"Habis ganti pot bunga matahari Thorn. Soalnya tadi sore lupa"
"Malem malem kek gini? ga takut?" Tanya Taufan tak percaya. Pasalnya, adiknya yang satu itu penakyut. Penakut tapi kyut :v
"Engga lah kak. Kan lampu teras kita terang, jalan pun sama," jawab Thorn memanyunkan bibir, semakin menambah kesan imut nya.
"Oo~ bagus lah. Sekarang cepat kamu ganti baju dulu, trus kita makan."
"Oke! Eh--"
"Kenapa Thorn?" tanya Blaze menghentikan aktivitas mengunyahnya dan berfokus pada Thorn yang terlihat celingak celinguk seakan mencari sesuatu.
"Solar mana? kok gaada?"
"Ah iya! sekalian kamu panggilin dia kesini ya. Mungkin dia lagi di kamar." Gempa menunjuk kamar Solar dengan dagunya.
Thorn mengangguk. Ia berjalan menaiki tangga sebab kamarnya dan Solar berada di lantai dua, sebelahan. Tap tap tap bunyi langkah pemuda itu kala kakinya bergantian menginjak anak tangga menuju lantai atas. Setelah berada disana, manik hijaunya mendapati pintu kamar adik satu satunya itu sedikit terbuka.
Thorn menunduk. Menatap pada ke dua telapak tangan yang penuh tanah basah. Ia memuncungkan mulut. Menaikkan sebelah alis lalu kedua mata ke atas. Seperti nya, ia tadi mendapat sebuah ide. Tapi apa ya? Kenapa dia tiba tiba lupa?
Ah!
Thorn menjentikkan jari. Ia sudah ingat, apa yang harus ia lakukan.
Thorn membuka pintu lebih agar tubuhnya bisa masuk. Dengan sangat hati hati agar tidak terdengar suara sedikitpun. Tak lama ia melihat sosok seorang pemuda, satu tahun lebih muda ketimbang ia kini berdiri membelakangi. Dihadapan pemuda itu, sepertinya ada meja dan benda benda aneh. Apalah itu, Thorn pun tak tau. Sudahlah, dia kesini untuk tujuan ...
"Solar!!!" Thorn berteriak tepat di depan telinga Solar membuat desisan keluar dari mulut sang adik. Ditambah lagi, Thorn mengoleskan tanah basah ditangan, pada pipi mulus adiknya. Lembab dan basahnya tanah tersebut pun, bertemu dengan kulit Solar.
Solar yang terkena keisengan itu terkejut langsung berusaha menyingkirkan tanah basah dari wajahnya dengan cara mengusap usap cepat wajahnya semula. Ia berbalik, mencari tau siapa yang mengerjainya. Lalu ia mendapati, Thorn yang sedang tertawa.
Solar berdecak. Memandang Thorn tidak suka. Ck! Dia lagi!
"Solar turun ya~ makan malam udah siap," ucap Thorn setelah tawanya selesai. Ia pun mulai beranjak ingin pergi dari kamar sang adik.
Solar merotasikan bola matanya jengah. Ia berjalan ke kamar mandi yang berada dalam kamar dan membersihkan tanah basah dari wajahnya. Seusai itu, alih alih turun ..., Pemuda itu malah kembali pada kegiatannya tadi. Yaitu mengerjakan proyek sains.
-o0o-
Thorn selesai mengganti bajunya. Tidak membutuhkan waktu lama, ia sudah pun siap. Tapi, saat mengambil ancang ancang untuk berlari, tanpa sengaja ia kembali melihat Solar yang masih berada dalam kamarnya.
"Solar ... ayo turun," ajaknya lagi. Memasuki kembali kamar sang adik.
"Aku ga lapar." jawab Solar tanpa menoleh.
"Bener ga laper? Solar belum makan dari tadi siang lho~ sarapan juga dikit."
"Ck! kakak ga liat apa aku lagi ngerjain ini?!!" tanya Solar berusaha untuk tidak meninggikan volume suaranya.
"Thorn liat kok, tapi itu entar aja ... Solar makan dulu"
"AKU KAN UDAH BILANG GA LAPAR!" Bentak Solar mulai tak bisa mengendalikan emosinya.
Thorn yang mendengar bentakan itu senyuman di wajahnya mulai menghilang. Kala sang adik, menatap ia dengan tatapan penuh kemarahan. Walau ia sendiri tak tau, ia salah apa.
"Mungkin sekarang Solar ga laper~ tapi coba turun dulu deh. Kak Gempa masak makanannya banyak! enak enak lagi! ayam kecap kesukaan Solar juga ada" Thorn berusaha kembali tersenyum agar adiknya mau turun ke bawah. Namun, apa yang dikatakan selanjutnya, membuat ia semakin...
"Kakak!!! UDAH DEH!! BISA GA SIH GA NGEGANGGU AKU SEHARI!!!!! AJA?!?!!" Solar melampiaskan amarah pada rambutnya yang ia acak acak dengan sangat kasar.
Ia menatap Thorn tajam seakan bisa membunuh. "Sekarang ... lebih baik kau keluar dari kamar ku." kini ia mengucapkan nya dengan nada suara yang rendah juga serak sambil menunjuk pintu kamarnya.
"SOLAR!!!!"
Keduanya tersentak segera menoleh. Di belakang, rupanya kelima kakak mereka berdiri diambang pintu kamar. Menatap geram Solar yang nampakknya acuh.
"Kau ini kenapa sih??!!! Dia kan cuma suruh makan doank??!!!!" Bentak Hali pada Solar yang sedang menatap Thorn tajam
"Proyek mu ini bisa di tunda!!! dan setelah makan kau bisa melanjutkannyaa!!!"
"Belain aja terus," ketus Solar dengan nada malas. Tak lupa, kedua tangannya bersedekap membuat Halilintar semakin geram.
"KAU INI!!-
"KAK HALI JANGAN!!!" teriak Thorn histeris kala Halilintar hampir saja memukul adiknya.
Hali mengepalkan tangan lalu menghentakkannya dengan kasar.
"Kau tidak ingin makan kan? sebagai hukuman ..., kau tidak boleh keluar! apalagi untuk makan dan minum! sampe semalaman!"
"Ayo" sambungnya mengajak yang lain keluar.
Taufan, Gempa, Blaze, Ice dan Thorn pun mengikuti sang kakak untuk keluar. Thorn menoleh, ia melihat ... Solar menatap dirinya dengan nafas yang menderu.
Pintu pun di kunci dari luar.
Solar menghempas kan tubuhnya pada kasur. Tangan ia kepal lalu memukul dinding di sampingnya dengan kuat sehingga menghasilkan bunyi BHUG!
"Dia selalu mendapat kasih sayang lebih! sementara aku? sama sekali tidak diperdulikan!" ucapnya marah bercampur sedih.
Flashback on
Seorang anak laki laki berusia 6 tahun baru saja bangun dari tidur nyenyaknya. Setelah membersihkan muka di kamar mandi, ia berlari dan menuruni tangga dengan semangat.
Yap ... anak itu adalah Solar.
Anak ke tujuh dari tujuh bersaudara.
Ia merasa bingung mendapati rumah yang sepi. Ayah ... bunda dan kakak kakaknya ada dimana?
"Bunda? ... Ayah?" panggilnya mulai berkeliling.
"Kak Hali? Kak Taufan?" Panggilnya lagi.
"Kak Gempa? Kak Blaze?" masih tidak ada sahutan.
"Kak Ice? Kak Tho-
"Woah~ Thorn hebat banget"
Solar tersentak mendengar suara tersebut. Dengan cepat ia berlari mencari sumber suara. Dan ternyata berasal dari luar yaitu teras!
Ia pun pergi ke sana. Setelah sampai, ia melihat bundanya sedang bermain mainan lilin yang bisa di bentuk dengan kakaknya yang ke enam.
"Bunda bunda! bunda tau gak ini bentuknya kayak apa?" Ucap Thorn sambil menunjukkan buatannya.
"Eumh ... ga tau. Emang kayak apa?" Tanya sang bunda.
"Masa ga tau si~~ ini tuh bentuknya kayak bunga matahari" jawab Thorn
"Eh iya. Hehehe Thorn pinter" puji sang bunda mengecup puncak kepala putranya.
Melihat itu Solar sedikit tersentak. Senyuman mekar di wajahnya. Dia ingin ikut bermain bersama bundanya jarang jarang sang bunda memiliki waktu luang seperti ini.
"Ah ... Ee ... bunda?"
Ibu anak itu pun menoleh pada Solar yang sekarang berdiri di depan mereka.
"Eh ... Solar? Kamu udah bangun?" tanya bundanya.
"Udah" jawab Solar girang.
"Ayah, kak Hali, kak Gempa, kak Blaze ama kak Ice kemana? kok ga keliatan?" tanya nya.
"Ooh~ mereka lagi ikut ayah joging pagi"
Solar mengangguk "Eum ... bunda, Solar boleh ikutan main gak?"
"Boleh!"
Mata anak tersebut berbinar. Ia pun duduk di dekat mereka. Baru saja ia mengambil salah satu mainan lilin itu, bundanya langsung berdiri.
"Lho ... bunda mau kemana?" tanya Solar.
"Bunda lagi banyak urusan nak~ kamu main sama kak Thorn dulu ya" ucap nya lalu masuk kedalam.
Dengan cepat Solar mengejarnya "tapi Solar mau main sama Bunda" rengeknya.
"Main sama kakak aja dulu" sang bunda pun pergi meninggalkan dirinya.
Thorn yang melihat itu pun bangkit dan memegangi lengan sang adik.
"Ayo kita main" ajak nya girang mulai menarik lengan Solar namun di hentakkan.
"GA MAO!!" teriaknya kembali berlari ke kamarnya.
-o0o-
Kini, Solar berusia 11 tahun.
Ia tanpa henti menatap nilai rapor yang ia raih sebab nilai ulangan semester genap semuanya mendapat nilai 100 dan ia mendapatkan peringkat 1.
Sekarang ia berada di mobil bersama Thorn jangan lupa sopir yang mengendarai mobil.
Sungguh ia tak sabar ingin cepat cepat sampai di rumah dan menunjukkan nilai nya kepada kedua orang tuanya. Ia yakin! Pasti mereka akan sangat bangga kepadanya nanti! Solar dapat membayangkan, wajah gembira Ayah dan Bunda nya ketika mengetahui gelar dan nilainya yang sangat memuaskan!
Tak lama mereka akhirnya sampai. Melepas tali pengaman masing masing lalu membuka pintu mobil untuk turun.
Karena tergesa gesa, tanpa sengaja Solar menjatuhkan hadiah hadiah yang ia peroleh.
Pintu rumah pun dibuka kan oleh sang ibu.
"Jadi ... gimana hasilnya? dapet juara berapa?" tanya sang ibu langsung pada poin.
"Thorn dapet juara 3!!" pekiknya melompat lompat.
Solar menghampiri mereka setelah selesai mengambil semua hadiahnya.
"Hebat!!! Anak bunda emang pinter banget~~" Sang ibu mendekap Thorn dengan erat.
"Bunda~"
Sang bunda menoleh ke arah Solar yang menyodorkan hasil belajarnya.
"Woah!! Solar hebat!"
Sang ibu mengusap kepala Solar yang tertutup topi untuk sesaat.
"Ah iya!" ucapnya panik sebelum kembali masuk kedalam rumah.
Solar yang menyaksikan itu hanya diam sambil menatap sang ibu tak percaya. 'masa aku yang juara 1 cuma dapet elusan doank?! Sedangkan kak Thorn yang dapet juara 3 aja sanjung ama di puji banget!!! di peluk lagi!' batin nya marah dan kecewa. Ia mengepalkan tangan kuat berusaha untuk tidak melempar rapor juga semua hadiah ke lantai.
Solar terkejut ketika Thorn yang tiba tiba memeluknya "Solar emang bener bener jenius! Thorn bangga!!!! banget!. Thorn ga tau kapan bakal jadi kayak Solar"
"Gak akan pernah!" sinisnya mendorong Thorn hingga terhentak ke lantai.
Flashback off
-o0o-
Pemuda itu kini berbaring di tempat tidurnya. Sesekali mengubah posisi sebab dari tadi ia berusaha untuk tidur tapi nihil.
Jam menunjukkan pukul 1 malam suasana kamarnya pun gelap. Owh ayolah!!!
Solar mengubah posisinya menjadi duduk. Salah satu penyebab ia sulit tertidur adalah, sedari tadi perutnya keroncongan! Di usapnya sebentar perutnya itu. Karma untuknya karena sudah sok sok an menolak makan malam.
Tak lama ..., gendang telinganya menangkap suara aneh. Seperti suara memutar kunci, pintu nya pun terbuka. Sedikit cahaya masuk dari sana. "Kak Thorn?" kejutnya melihat kepala sang kakak muncul dari balik pintu.
"Ini makanan dan minuman untuk Solar" Thorn meletakkan pinggan berisi nasi juga lauk pauk dan segelas air putih pada meja di dekatnya "di makan ya. Ini lauk yang tadi malem kak Gempa masakin" ucap nya tersenyum lembut kepada Solar lalu menutup menutup pintu.
Solar memandang makanan di depannya dengan raut wajah tertegun setelah itu memandang pintu yang bermaksud memandang Thorn. Kadang ia merasa kasihan kepada kakaknya yang satu itu. Karena ia tau kalau sang kakak tidak lah bersalah, hanya saja ... setiap kali ia melihatnya, selalu saja terlintas di benaknya kalau Thorn mendapat kasih sayang semua orang dengan sangat mudah sedangkan dirinya tidak.
Sementara di luar kamar Solar, Thorn menghapus air mata kesedihan, kepiluan, keresahan! Yang selalu ia rasakan dan ia sembunyikan. Kakinya mulai melangkah menuju kamar. Ingatan ketika ia selalu di bentak dengan penuh kemarahan oleh Solar terngiang ngiang. Ia seringkali bertanya tanya mengapa adiknya teramat membenci dirinya. Ia tau, kalau dirinya hanyalah seorang manusia biasa yang memiliki banyak kesalahan dan kekurangan.
Ia bahkan tak ingat, kapan terakhir kali Solar mau berteman dan bermain dengannya.
Tangan kanannya menutup pintu kamar saat sudah sampai.
Sebenarnya apa salahnya? kenapa Solar begitu sangat membenci nya? bahkan dari semua saudara ... hanya ia saja yang adiknya benci.
Ia menarik nafas dalam, lalu menghelanya lelah ... lelah akan semua ini. Kaki nya berjalan dengan lesu ... tanpa sengaja iris terangnya melihat benda yang berada di atas meja dekat jendela.
Ia menghampiri benda itu. Air mata kepedihan yang ia rasakan, kini telah berganti dengan sebuah senyuman indah terlukis di wajah imut nya. Kedua tangan terangkat dan menghapus sisa sisa air mata "semoga setelah ini, Solar ga akan benci Thorn lagi"
Keesokan harinya
Solar keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan air di kepalanya menggunakan sehelai handuk. Ia pun menggantung handuk nya itu di belakang pintu kamar mandi kemudian berjalan mengambil sisir guna menyisir rambutnya yang masih agak basah.
Hari ini ia tidak sekolah.
Karena apa?
Tentu saja karena libur.
Setelah sekiranya sudah rapi, ia beralih kepada pintu. Tangannya memutar gagang pintu dan akhirnya terbuka pertanda ia sudah boleh keluar. Perasaan bingung muncul kala mengetahui tidak ada seorang pun di sana. Ia menyusuri seluk beluk rumah dengan harapan ada seseorang yang tinggal. Ternyata tidak ada.
Ia mendengus. Saudara saudara nya pergi tanpa dirinya. Ada kemungkinan kalau mereka masih marah akibat kejadian kemarin, tapi biasanya kalau ia dan Thorn bertengkar, besoknya mereka sudah tidak marah lagi.
Solar memutuskan untuk keruang TV guna menghibur dirinya yang sedang bosan di rumah sendirian. Ia pun menyalakannya dan mulai duduk di sofa sambil makan cemilan yang ada.
-o0o-
Owh ayolah!!! Kemana mereka pergi?!??!!! Ini sudah hampir jam delapan malam!!! Mereka sudah meninggalkan dirinya sendirian seharian penuh di rumah!!! mana dia sudah lapar lagi! tidak ada yang memasak makan malam!.
"Tch"
Lebih baik masak sendiri pikirnya. Ia berjalan menuju dapur. Di bukanya lemari es yang berisi banyak sekali makanan. Ia berfikir mau masak apa ... ah sudahlah! masak mie instan saja! lagi mager! lagipula, ia tidak terlalu lihai memasak.
Solar pun menyiap kan bahan bahannya. Sebungkus mie instan, 20 cabe karena ia termasuk pecinta pedas, dan sebutir telur ayam.
Setelah selesai memasak mie, ia membawa nya ke depan TV sambil menonton film aksi yang barusan tayang. Jadilah ia makan malam sendirian lagi.
-o0o-
Manik mata nya tanpa henti menatap bintang bintang yang bertaburan di langit di temani cahaya bulan. Para kakak kakaknya masih belum pulang saat ini ..., padahal lima belas menit lagi jam 00:00 malam.
Sudahlah! lagian ..., semua memiliki dan membawa kunci rumah masing2.
Cklek'
"SOLAR!!!!"
Ia berbalik kala namanya dipanggil oleh seseorang yang suaranya sangat familiar. Sepertinya mereka sudah pulang.
Ia berjalan menuju pintu dan membukanya memperlihatkan seorang pemuda yang umurnya lebih tua satu tahun dari dirinya berdiri di depan kamar tak lupa dengan senyuman ceria, menggemaskan.
Solar menghela nafas "kenapa kak?" Tanya nya malas.
"Ayo ikutin Thorn" ujar Thorn bersemangat berbalik, bersiap untuk berlari menuruni tangga. Namun, larinya terhenti kala menyadari, Solar tak mengikutinya. Ia berbalik mendapati sang adik sedang menatapnya dengan tatapan seperti menahan marah. "Solar? ada a-
"Kalian seharian ini bersenang senang kan?" tanya Solar dengan suara rendah melihat Thorn yang memakai baju bagus layaknya ingin menghadiri sebuah acara.
"Ha? S-Solar salah faham. Ayo ikutin Thorn" ajak Thorn lagi mengambil tangan Solar dan menariknya menuju tangga. Namun, pemuda bermanik abu itu menghempaskan tangan sang kakak dengan kasar.
"TIDAK PERLU BERBOHONG SIALAN! KALIAN TADI PASTI BERSENANG SENANG TANPA AKU KAN?!?!!" Bentak Solar, tanpa sadar ia meremas tangan sang kakak alhasil membuat pemuda pecinta alam meringis.
"S-Solar. Thorn hanya ingin bawa Solar ke-
"Ya ... kau ingin membawa ku ketempat itu dan membuat ku melihat mu dibelai, dipeluk, disanjung, di sayangi semua orang! DAN AKU HANYA DIJADIKAN SEBUAH PAJANGAN YANG TAK DIPERDULIKAN KAN??!!" teriakan Solar membahana diseluruh penjuru rumah sampai dua orang pemuda yang sedang menunggu di luar terkejut.
"B-b-bukan seperti itu-
"AYO MENGAKU!"
"A-arg-aakh!!!" Jerit Thorn kesakitan berderai air mata saat, lengannya yang diremas Solar, kini di pelintir kuat oleh pemuda itu. "Le-lepas," lirihnya, berusaha untuk membuat lengan Solar melepaskannya. Namun malang, keberuntungan... tidak berpihak padanya. Tenaga adiknya itu jauh lebih besar ketimbang dirinya.
"CEPAT MENGAKU!" teriak Solar lagi dengan lebih pantang. Tepat didepan telinga Thorn. Juga ia semakin memperkuat pelintirannya.
Thorn semakin menangis. Merasakan tangan, telinga dan kepalanya amat lah sakit. Jika Solar tidak menghentikan aksinya dalam jangka waktu lama, sudah pasti akan membuat lengannya ini patah.
Saat sang kakak tak kunjung menjawab, Solar berdecih "SUDAHLAH" Solar melepas remasannya sambil mendorong Thorn kebelakang dan ia kembali ke kamarnya dan membanting pintu dengan sangat keras.
Thorn yang mendapat dorongan Solar, kehilangan keseimbangan. Pada akhirnya, ia terjatuh dari tangga.
"THORN!!!" teriak Taufan dan Blaze ketika melihat adiknya jatuh terbaring di lantai. Mereka berlari menghampiri, semakin membelalak melihat memar biru dan darah yang mengalir setetes demi setetes dari tubuh adiknya.
"Solar!!!" Geram Taufan dan Blaze berniat ke atas untuk memberi pelajaran kepada Solar. Namun, saat ingin melangkah, Thorn memanggil mereka.
"Kak Taufan, kak Blaze..."
"Iya Thorn"
"Jangan marahi Solar. Thorn mohon~~"
"Tapi dia sudah keterlaluan!!" Blaze kembali ingin naik ke atas tapi lagi lagi, Thorn menghentikannya dengan memegang kaki Blaze.
"Kak, Thorn tau kak Blaze ama kak Upan sekarang marah banget ke Solar sebab udah ngedorong Thorn. Tapi Thorn mohon~~ jangan marahi dia. Mungkin Thorn lah yang buat salah..."
Mendengar kalimat kalimat yang keluar dari mulut sang adik, Taufan dan Blaze merasa tidak tega, sedih sekaligus kecewa dengan Solar yang berperilaku buruk.
"Baiklah" Taufan setuju walau terpaksa.
"Dan ... jangan kasi tau yang lain ya. Bilang ke mereka kalau Thorn ga sengaja kepeleset dari tangga. Dan Solar sudah tidur, kak Upan ama kak Blaze udah berusaha bangunin tapi dia ngotot ga mau bangun sebab kengantukan" pinta Thorn lagi.
Taufan dan Blaze yang mendengarnya lagi lagi tertegun dan hanya bisa menghela nafas juga menuruti kemauan adik mereka "baiklah"
Keesokan harinya ⛅
Solar membuka pintu kamarnya dan hasilnya seperti kemarin, sepi dan sunyi. Lagi lagi ia ditinggal sendirian di rumah. Sudahlah! Sekarang dia sudah tidak peduli lagi!
Sekarang ia ingin berjalan keluar saja. Ia mengambil sepatu, memakainya, lalu keluar.
Ia menghentikan jalannya. Terkejut melihat yang tak ia duga sama sekali, Thorn berada di teras ... sedang memberi menyiram tanaman bunga matahari yang sekarang sudah semakin besar dan indah.
Solar merotasikan bola matanya "taneman terus yang diurusin" ketusnya ingin beranjak pergi.
"Solar"
"Ck! Apalagi sih?!?!!"
Thorn berjalan pelan ke arahnya dengan berjengkat karena kakinya masih terasa sakit akibat terjatuh dari tangga semalam, sambil memegangi sebelah lengannya yang dipelintir oleh Solar.
"Solar ... kali ini ... Solar dengerin Thorn ya" pinta nya.
"Ck! Ogah! Kan kau punya banyak orang yang sayang! Kenapa ga mereka aja yang dengerin?! Kenapa malah aku?!"
Thorn menghembuskan nafas panjang "Thorn mohon~ sekali ini aja. Dengerin Thorn"
"Ck! Yaudah! Apa?!" Tanya nya.
"Ikutin Thorn ke suatu tempat" pinta Thorn. "Ngapain?" Ketusnya lagi.
"Nanti Solar juga tau. Mau ya?"
"Ck! Iyak!!"
Thorn tersenyum tulus. Jika yang selama ini ia tunjukkan adalah, sebuah senyuman imut nan polos, kali ini ia menunjukkan senyuman tulus pada adiknya. Sebab, ini pertama kalinya Solar mau menurut kepada dirinya. Ia membuka sepatu booth dan memakai sepatu hitam hijau miliknya.
"Ayo."
-o0o-
Solar terus mengikuti Thorn dari belakang. Sebenarnya ia sangatlah malas untuk meladeni orang didepannya ini. "Kita mo kemana si?!"
"Bentar lagi sampe kok" ucap Thorn tersenyum.
"Awas aja kalo ngerjain ak-
"SURPRISE!!! SELAMAT ULANG TAHUN SOLAR!!!"
"Eh?" Solar mengerjapkan matanya beberapa kali. Ternyata, Thorn menuntunnya ke sebuah lapangan yang dimana, saudara2 dan teman temannya berada.
Ia menoleh ke sekelilingnya yang dipenuhi tamu bertepuk tangan dengan riuh, balon balon berbagai bentuk dan ukuran, kursi dan meja yang diatasnya telah disediakan makanan enak, berbagai permainan, hadiah2, kue besar bertingkat yang memiliki tulisan HAPPY BIRTHDAY SOLAR.
Solar menggaruk kepalanya seakan masih memproses apa yang terjadi lalu melirik ke arah Thorn yang tersenyum gembira ke arahnya.
"Selamat ulang tahun adikku" ucap Gempa tersenyum lembut, mendekap Solar. "Selamat ulang tahun" ucap Hali & Ice serempak ikut memeluk adik paling muda mereka ini.
Solar mendapat dekapan yang selama ini ia inginkan, merasa sangat lah senang dan bahagia. Senyuman dan tawa tak bisa lagi ia tahan.
"Solar" panggil Taufan dan Blaze. Solar menoleh ke arah mereka berdua "selamat ulang tahun. Sebenarnya, acara ini diadakan tadi malam. Biar lampu pemandangannya lebih indah" ucap keduanya lalu mengarahkan manik mereka ke arah Thorn, memberi isyarat.
Solar yang mengerti pun mengangguk. Melepas dekapan mereka perlahan dan menghampiri Thorn.
"Selamat ulang tahun" ucap Thorn tersenyum.
"Terimakasih kakak" jawab Solar membalas senyuman.
"Dey ... sudah dulu acara peluk pelukannya. Kue nya kita makan dulu" ujar pemuda bertubuh gempal.
Semua orang tertawa.
Solar pun memotong kue besar itu diiringi lagu selamat ulang tahun dari tamu tamu yang datang. Kue pun di bagi ke semua orang dan dipuji setelahnya karena kue yang mereka makan sangat enak.
Setelah acara makan makan, mereka semua pun bermain. Mereka bermain permainan yang dimana, salah seorang dari mereka matanya di tutup menggunakan kain untuk mencari orang penggantinya.
"Solar!" Pekik Fang dengan mata ditutup kain.
"Yah~" keluh Solar karena sekarang ia lah yang akan menjadi pencari. Ia melepas kacamata, meletakkannya di salah satu meja di sana lalu memakai kain yang dipakai Fang tadi.
Permainan pun kembali dimulai. Mereka semua kembali berhamburan dan Solar mencari dengan tangan menggapai gapai.
Thorn mengambil ancang ancang untuk kabur saat melihat Solar sudahpun berada di dekatnya. Tapi, ternyata tali sepatu yang Thorn pakai terlepas. Alhasil, membuatnya terjatuh di atas meja dan membuat meja tersebut ikutan jatuh.
Kejadian itu, menarik perhatian semua orang termasuk Solar yang sekarang sudah membuka ikatan kainnya.
"THORN!!!!" Semua orang menghampiri Thorn yang berusaha bangkit.
"Kau tidak apa apa Thorn? Mana yang sakit?"
"Kok bisa jatuh?"
"Thorn, kamu gapapa?"
"Kakak, kau tidak apa apa-
Solar membelalak kala maniknya menangkap kacamata silver kesayangan habis pecah dan rusak.
"Kacamata ku!!!"
Thorn tersentak. Melihat kacamata Solar yang sekarang berada di tangan sang pemilik habis pecah. Pasti karena tak sengaja tertimpa olehnya atau meja.
"Solar~~ Thorn minta maaf. Thorn ga se-
"Kau--"
"Solar" lirih Thorn melihat mata Solar yang telah memerah, nafas menderu, dan kepalan tangan yang kuat.
"APA MASALAH MU DENGAN KU HAH?!?!! SAMPAI KAU MENGHANCURKAN BENDA KESAYANGANKU?!!!" Teriak Solar dengan kencang bahkan sampai membuat suaranya serak.
"T-Thorn ga punya masal-
"HAHHH!!! APA KAU TIDAK TAU KALAU KACAMATA INI ADALAH PEMBERIAN DARI KAKEK DASAR SIALAN!!! INI SATU SATUNYA BARANG BERHARGA BAGI KU!!!! KAK!, KENAPA KAU SELALU SAJA MERUSAK APA YANG MEMBUAT KU BAHAGIA!?!!" Solar sudah tak dapat membendung amarah lagi. Sementara Thorn yang diteriaki diam membisu dengan kristal bening yang mengalir deras.
"SOLAR!!" Teriak sekaligus bentakan Halilintar, Taufan, Gempa, Blaze dan Ice
"KAU INI APA APAAN HAH?!?!!"
"KALIAN JUGA!! KENAPA SELALU SAJA MEMBELANYA?! KENAPA SELALU SAJA MEMBERINYA KASIH SAYANG DAN PERHATIAN LEBIH???!!!"
"KARENA DIA ADIK KAMI!! DAN DIA KA-
Ucapan Ice terpotong saat Solar tertawa sinis.
"Adik kalian? Oo~ iya iya ...~ emang. Si idiot itu memang adik kalian. Dan aku bukan adik kalian. Begitu kan? AKU ANAK ANGKAT KAN??! ANAK YANG KEBETULAN MIRIP AMA KALIAN!!!"
"BICARA MU INI MAKIN MELANTUR!!" Bentak Gempa mengkepal tangannya, berusaha sekuat tenaga untuk tidak kelepasan dan menampar keras muka adik bungsu nya ini.
"APA?? AKU MELANTUR APA?!"
"Sudah!!" Ucap Thorn bangkit dengan bersusah payah. Menghampiri Solar perlahan.
"Maaf karena kalian menyaksikan ini. Sekarang kalian boleh pulang sebab ini masalah keluarga kami" ujar Ice menyatukan kedua tangannya. Para tamu mengangguk, mulai pergi dari sana.
"Solar ... jangan-
"JANGAN APA HAH?! JANGAN APA?! SIAPA KAU BERANI MENGATUR KU?! KAU BUKAN SIAPA SIAPA KU! KAU BUKAN KAKAK KU"
Kalimat itu, membuat hati pemuda yang dikenal riang, imut, polos menjadi seperti ditusuk beribu pedang. Sangat membuat hati rapuhnya tersayat. Hatinya hancur berkeping keping. Jantungnya seakan berhenti berdetak, membuat kan ia menumpahkan kristal bening yang kian mengalir.
"SOLAR!!! KAU MEMANG SUDAH SANGAT KETERLALUAN!!!!" Teriak Halilintar dengan suara serak. Berjalan cepat menuju Solar.
"Kau sudah tidak menjadi kakak ku lagi. Setelah menghancurkan satu satunya kenangan dari kakek untuk ku." Nada yang rendah dan suara serak Solar gunakan untuk menjadi nada perkataannya barusan.
Tubuh Thorn bergetar hebat, sebelah kakinya melangkah mundur. Mencoba menopang tubuhnya yang mulai runtuh.
"Hiks ... Thorn minta- hiks maaf." Thorn berbalik dan berlari sekencang yang ia bisa. Menangis sesenggukan. Ia memang bodoh! Payah! Seberapa keras usahanya untuk menjadi seorang kakak yang baik, selalu berakhir kacau balau. Dia tidak pantas menjadi seorang kakak! Tidak pantas...!
Solar sedikit tersentak kala Halilintar mencengkram erat lengan atas dan membuatnya berbalik.
BHUG!
Halilintar meninju muka Solar keras sampai pemuda 17 tahun itu terjatuh ketanah dengan darah keluar dari hidungnya.
"Jangan kau meremehkan ku!" Solar bangkit dan balik meninju muka Halilintar.
BHUG!
Halilintar terkejut mendapat pukulan dari sang adik. Ia tak menyangka bahwa Solar akan melawan dirinya. Tangan ia kepal sangat kuat bersiap untuk memberi bogeman lagi.
BHUG!
Solar yang menerima itu, langsung menerkam Halilintar dan membuat semua benda di sekitarnya menjadi rusak habis.
"JAN BERANTEM!!!"
"SUDAH!!!"
BHUG!
BHUG!
BHUG!
"BERHENTI!!!!"
PHAK!
PRANG!
"UDAH UDAH!!!!"
BRABHUG!
PRAK!
"SALING MELUKAI LAGI, KU USIR KALIAN DARI RUMAH DAN KU KELUARKAN KALIAN DARI KARTU KELUARGA!" Ancam Gempa menatap kakak beradik itu dengan sangat seram.
Mendengar itu, Halilintar menghempaskan tangannya menendang meja yang berada di samping untuk meluapkan emosinya.
"Solar! Sebenarnya kau ini kenapa?! Ku lihat dari dulu, kau dengan sangat jelas memperlihatkan rasa benci terhadap Thorn! Kenapa?! Apa salahnya?!!" Tanya Ice berusaha tetap tenang agar keadaan tidak semakin memanas.
"Dia selalu mendapat perhatian lebih! Sementara aku hanya melihat! Dan tak pernah merasakannya sama sekali!" Jawab Solar.
"Apa maksudmu?! Kami tidak pernah seperti itu! Kami membagi kasih sayang dengan sama rata!" Ujar Blaze. Meskipun ia terkenal akan kejahilannya, tapi dia juga sangat menyayangi semua saudaranya. Tidak terkecuali.
"Lalu kenapa ayah, bunda, dan kalian semua selalu over protective kepadanya?! Sedangkan aku tidak-
"DIA PUNYA PENYAKIT!!" bentak Halilintar. Solar yang mendengar itu, seketika menjadi diam sekaligus bingung. "Penyakit? Penyakit apa?! Selama ini dia sehat sehat aja!"
"Karena penyakit nya mulai jarang kambuh! Penyakit itu, sudah ia derita sejak masih balita! Memangnya kau tidak ingat?! Masa kecil Thorn, dihabiskan di rumah sakit! Dia selalu saja bolak balik ruang ICU saking parah penyakitnya!" Bentak Taufan.
"Memangnya tu orang sakit apa?!"
"Dia dulu selalu kejang dengan sangat parah. Selalu demam dengan suhu sangat tinggi lebih tepatnya jauh lebih tinggi dari suhu demam pada umumnya. Selalu muntah setiap hari, selalu ambruk. Susah makan. Badannya dulu kurus banget. Dan ... pernah suatu ketika, dokter menyarankan ayah dan bunda membawa Thorn ke Amerika untuk berobat. Mereka menurut dan membawa kita semua ke Amerika. Dan Alhamdulillah, saat di sana, kondisi Thorn kian hari kian membaik. Dan kita pun akhirnya pulang ke Malaysia. Tapi, dokter disana bilang, penyakit Thorn itu bisa kambuh kapan aja" jelas Gempa yang mulai tenang dengan panjang lebar.
Gempa menghela nafas. Memegang kedua pundak Solar dan menatap sang adik lembut "aku tau adikku ini bukanlah seseorang yang jahat. Aku tau kau sebenarnya baik. Dan ... mungkin ini salah kami juga~ terlalu fokus pada Thorn agar penyakitnya tidak kambuh lagi dan itu membuat kami hanya sedikit meluangkan waktu untuk mu tanpa disadari. Kau ... memaafkan kakak mu ini kan?" Tanya Gempa tersenyum lembut pada Solar.
"Pokoknya aku tidak peduli!" Solar menghentakkan tangan Gempa, berlari meninggalkan mereka.
-o0o-
Thorn kini, berjalan gontai di tepi jalan. Tetesan air mata, tak henti hentinya mengalir. Kata kata Solar tadi, masih terngiang di pikiran pemuda itu.
"Kau bukan siapa siapa ku. Kau bukan kakak ku"
Ketika mendengar itu, hatinya serasa hancur saat itu juga. Ingin rasanya ia menangis kencang disana. Bertanya dengan keras kenapa dari dulu Solar sangat membencinya. Dan sekarang, ketika sang adik mulai tidak membenci dirinya lagi, ia malah menghancurkan benda paling berharga bagi adiknya itu.
Ia memang bodoh! Idiot! Tidak bisa apa apa!
Mungkin karena itulah sang adik membencinya. Mungkin, sang adik malu, karena mendapatkan kakak sepertinya. Yang IQ nya, jauh lebih rendah daripada adiknya.
Saat melewati sebuah toko, tanpa sengaja ia melihat sesuatu yang membuat kedua sudut bibirnya kembali terangkat dan mekar. Sesaat sebelum ia melangkah kan kaki dengan cepat.
-o0o-
"AKH!!!"
BHUG!
Solar memukul pohon di depannya dengan keras tanpa belas kasihan. Ia sangat kesal! Kenapa tidak ada yang mengerti dirinya?! Dia hanya ingin diperhatikan! Bukan sekedar menyaksikan! Kenapa ... tidak ada yang mengerti?! Dan sekarang ... kacamatanya pecah! hancur!
BHUG!
Ia kembali memukul pohon didepannya itu. Tak peduli dengan tangannya yang kini sudah bersimbah darah.
Ia melirik ke arah matahari yang hampir tenggelam. Sudah hampir seharian ia berada di sini meluapkan semua amarah. Dan memutuskan untuk pulang. Di pikirannya, setelah di katai seperti itu ..., mungkin Thorn tidak akan ke rumah hari ini. Juga yang lain akan mencarinya.
-o0o-
"Ok! Udah siap" ucap Thorn tersenyum senang.
Ia melirik pada hamster peliharaan Solar yang berada dalam semacam aquarium dengan banyak rumah mini terbuat dari stik kayu disana.
Ia juga melihat, rumah hamsternya sudah kotor dan harus di bersihkan. Ia memutuskan untuk membersihkan rumah hamster mungil ini. Ia mengangkatnya dengan hati hati, lalu membawanya keluar.
"Eh .. Lupa! Pembersihnya kan masih ada di dalem" ujar Thorn menepuk jidatnya. Untuk sementara, ia meletakkan rumah hamster itu di tanah dan ia berlari masuk ke dalam.
Saat sudah berada di dalam, ia langsung menuju kamar Solar dan mengambil pembersih itu. Ia menatap pembersih tersebut dengan tatapan sendu "ya Allah~ semoga setelah hari ini, Solar ga benci ama Thorn lagi. Aamiin~" doanya. Lalu langsung berbalik, kembali berlari keluar.
"Hah?"
Ia membelalak kala melihat, seekor ular kobra merayap mendekati hamster Solar, sementara sang hamster sudah kelang kabut akibat tak bisa kabur dan predator pemangsanya mendekat.
"T-tidak!!" Thorn berlari menggenggam kepala ular tersebut, melemparnya ke sembarang arah lalu mengambil rumah hamster dan tanpa sengaja ia tersandung. Alhasil, rumah hamster itu pecah dan membuat sang hamster keluar.
"Heyy!!! Kemari!!!" Jerit Thorn berusaha mengejar hamster yang larinya gesit.
Ia semakin takut ketika ular kobra tersebut mendekatinya dengan cepat untuk menyerang balik.
Untung saja, ia kembali bisa menggenggam kepala ular, dan kembali melemparnya.
Ia mencari cari keberadaan sang hamster dan menemukannya sedang bersembunyi diantara akar akar pohon. "Akhirnya dapet juga"
"Ck! Hari yg sial"
Thorn tersentak mendengar itu. Itu adalah suara Solar! Dia udah pulang?
"Solar!!! Jangan kesini!!!" Pekik Thorn panik.
Sementara Solar melihat keberadaan Thorn terkejut sekaligus bingung. "Kenapa emang?" Tanya Solar malas.
Tiba tiba, ia mendengar suara. Suara itu ... terdengar seperti ...
"ULAR!!" Solar terduduk di tanah. Maniknya mengecil. Dada kembang kempis dengan deru nafas cepat tak beraturan. Melihat secara nyata seekor ular yang terkenal sebagai raja ular yang memiliki bisa amat mematikan sedang merayap cepat ke arahnya.
SAP!
"Eh?"
Solar semakin membelalak ketika menyaksikan, pemuda berpakaian serba hitam hijau itu menangkap ular tersebut dan berkelahi dengannya. Tunggu dulu! Thorn ... melindungi ... dirinya?
"K-kak Thorn"
"Ular ... ga boleh ... gigit ... adik Thorn lahh!!!" Ucap Thorn, seraya berusaha melawan dan menghindar dari gigitan ular yang dikenal sebagai raja ular sangat berbisa itu.
Ia menggenggam kuat kepala ular agar tak bisa menggigitnya.
"A-aku akan mencari bantuan!" Solar, berbalik dan berlari menuju jalan besar sebab rumahnya memasuki gang.
Karena tenaga binatang buas ini amat kuat, ia bisa mengeluarkan kepalanya dari kepalan tangan Thorn walau dengan cepat kembali di genggam sebelum sempat menggigitnya.
Juga, ketika ia terlepas dari genggaman Thorn, sempat melihat hamster tengah berlari mengejar tuannya yaitu Solar. Karena tak bisa menyerang Thorn menggunakan bisanya, ia memanfaatkan ekor dan memukul dengan sangat kuat sebelah mata pemuda ini sehingga membuatnya terlepas dari genggaman lalu mengejar hamster yang kini telah naik ke baju pemuda itu.
Solar berbalik kala mendengar lagi bunyi suara ular tersebut. Ia menutup matanya pasrah ketika sang ular telah berdiri dengan kepala cekung berbentuk segitiga tak lupa dengan mulut terbuka lebar.
HAP!
Setelah beberapa saat tidak merasakan sakit sama sekali, membuatnya bingung. Dan ... kenapa ... rasanya ... ia di dekap erat?
Perlahan tapi pasti, ia membuka matanya. Mematung seketika kala menyadari Thorn memeluk dirinya dengan taring ular yang telah menancap di punggung pemuda itu. Mulutnya terbuka, mata mulai memanas. Thorn mempertaruhkan nyawanya hanya demi menyelamatkan ia dari gigitan mematikan.
"Kakak!!! UDAH DEH!! BISA GA SIH GA NGEGANGGU AKU SEHARI!!!!! AJA?!?!!"
"TIDAK PERLU BERBOHONG SIALAN! KALIAN TADI PASTI BERSENANG SENANG TANPA AKU KAN?!?!!"
"Ya ... kau ingin membawa ku ketempat itu dan membuat ku melihat mu dibelai, dipeluk, disanjung, di sayangi semua orang! DAN AKU HANYA DIJADIKAN SEBUAH PAJANGAN YANG TAK DIPERDULIKAN KAN??!!"
"APA MASALAH MU DENGAN KU HAH?!?!! SAMPAI KAU MENGHANCURKAN BENDA KESAYANGANKU?!!!"
"HAHHH!!! APA KAU TIDAK TAU KALAU KACAMATA INI ADALAH PEMBERIAN DARI KAKEK DASAR SIALAN!!! INI SATU SATUNYA BARANG BERHARGA BAGI KU!!!! KAK!, KENAPA KAU SELALU SAJA MERUSAK APA YANG MEMBUAT KU BAHAGIA!?!!"
"Adik kalian? Oo~ iya iya ...~ emang. Si idiot itu memang adik kalian. Dan aku bukan adik kalian. Begitu kan? AKU ANAK ANGKAT KAN??! ANAK YANG KEBETULAN MIRIP AMA KALIAN!!!"
"JANGAN APA HAH?! JANGAN APA?! SIAPA KAU BERANI MENGATUR KU?! KAU BUKAN SIAPA SIAPA KU! KAU BUKAN KAKAK KU"
"Kau sudah tidak menjadi kakak ku lagi. Setelah menghancurkan satu satunya kenangan dari kakek untuk ku"
"Hiks ... Thorn minta- hiks maaf"
"K-kakak?"
Thorn melonggarkan dekapan. Tersenyum tulus kepada Solar. Dari manik matanya yang memandangi sang adik, Solar sekarang tau kakaknya begitu sangat menyayangi dirinya.
"Akh! A- AA"
Ular yang tertancap taring dan bisa mematikannya sudahpun masuk ke dalam badan Thorn dan sekarang, semakin ia perdalamkan sebab hamster di mulutnya bergerak gerak agar bisa lepas.
Solar mendudukkan sang kakak.
"LEPASKAN KAKAK KU ULAR BRENG**K" maki Solar, menyelipkan jarinya di antara kedua taring berusaha sekuat tenaga membuatnya keluar.
Thorn tersenyum, meneteskan air. Tapi kali ini, air mata yang berbeda. Tepatnya ialah air mata kebahagiaan. sebab baru pertama kali ia mendengar Solar memanggilnya dengan panggilan kakak ku.
Tiittt...
"THORN!!! SOLAR!!!" kelima kakaknya berhamburan keluar dari mobil langsung membantu Solar untuk melepaskan gigitan ular dari Thorn.
"BLAZE CEPAT KAU PANGGIL AMBULAN!!" Suruh Ice. Blaze mengangguk, merogoh kocekannya dan menekan nomor ambulan.
Beberapa menit kemudian, dengan tenaga ekstra, mereka semua berhasil membuka mulut ular tersebut lalu mematahkan rahangnya sehingga menghasilkan bunyi
BRAK
Mereka melemparkan ular yang sudah mati tersebut jauh dari jalan gang.
Gempa merobek baju lengan kausnya lalu mengikat di pundak Thorn berharap bisanya masih belum menyebar. Ia merobek lagi lengan satunya untuk membersihkan darah.
"Solar ... ini gimana ceritanya?" Tanya Halilintar.
"A-aku tidak tau. Saat sampai di sini, ular itu sudah ada di depan rumah. Aku balik buat cari bantuan orang di luar gang sebab yang tinggal di gang ini hanya kita. Aku tidak tau kalau ternyata dia mengikuti ku dan kakak ..." Solar menggantungkan kalimatnya melirik Thorn yang sudah melemah.
"Menyelamatkan mu" ucap Halilintar cepat. "Iya kan?"
Solar menunduk, mengangguk kecil. Ia menatap sang kakak dengan tatapan sedih, menyesal, marah pada diri sendiri dan semua itu tercampur aduk menjadi satu.
-o0o-
Mereka telah berada di dalam ambulan. Solar menatap Thorn yang terbating lemah di atas kasur.
"So ... lar" panggilnya.
Solar menoleh "Thorn ... minta ... maaf udah ngerusak hari ulang tahun Solar" ucapan itu, membuat Solar ingin menangis saat itu juga. Karena, itu bukanlah kesalahan Thorn. Dia tidak bersalah sama sekali! Bahkan yang bersalah adalah dirinya sendiri.
"Thorn~ jangan ngomong dulu" ucap Gempa lembut.
"Kak Thorn" panggil Solar.
"Iya?"
"Solar minta maaf ... Selama ini ... Solar udah kasar banget sama kakak. Selalu ngebentak kakak ... hiks ... padahal kakak ga ada salah sama sekali. Tapi ... kakak ga pernah sekalipun marah sama Solar ... bahkan kakak selalu ngebela Solar ... Solar emang ga berguna kak ... hiks ..." Ucap Solar menangis didalam lipatan tangan yang ia tumpukan di atas kasur yang di baringi Thorn.
Mendengar pernyataan dari Solar, bukan hanya Thorn, tapi semuanya ikutan tertegun sekaligus terharu. Halilintar yang tadinya masih merasa kesal dengan Solar, sekarang membelai lembut punggung adiknya.
"Ga ... apa apa ... kok"
Mereka semua yang mendengar Thorn seakan berusaha untuk mengambil nafas pun mulai panik.
"T-THORN"
Thorn semakin kesusahan mengambil nafas. Tubuhnya meregang dan kejang dengan kuat sampai pupil matanya naik ke atas dan hanya menampakkan warna putih.
"KAKAK!!!"
"P-PENYAKITNYA KAMBUH!!!"
"KAKAK!!! KAKAK!!!" Solar dan yang lainnya panik bukan main. Tidak tau harus bagaimana. Melihat penyakit mematikan saudara mereka ini kembali datang menyerang.
"K-k-kak Hali, k-kak Taufan, kak Gem ... pa, kak ... B-Blaze, k-kak I-Ice, d-dan S-So .. lar" panggil Thorn susah payah menurunkan kembali manik hijaunya yang semakin meredup.
"I-ya Thorn"
"T-Thorn ... boleh ... min .. ta ... sesuat ... tu ... ga?" semua mengangguk.
"K-kalian semua... s-senyum ya"
Mereka semua kini tak bisa membendung air mata lagi mendengar permintaan sederhana namun entah kenapa, serasa menyakitkan. Sangat menyakitkan.
"P-please..." lirihnya dengan raut wajah memohon. Setetes demi setetes air berhasil lolos begitu saja dari kelopak matanya.
Mereka berusaha menghapus air mata, lalu tersenyum manis secara bersamaan.
Senyuman menggemaskan khasnya kembali ia lontarkan sebagai balasan. Bibir semakin memucat. Manik hijau terang meredup dengan mata yang perlahan menutup, dan hembusan nafas juga air mata terakhir seorang BoBoiBoy Thorn ... keluar.
-o0o-
Keenam pemuda BoBoiBoy bersaudara kini berjalan lesu dengan masing masing tatapan kosong juga hampa. Mereka telah kehilangan seorang saudara, sahabat, teman seperjuangan, teman satu tim!
Dengan baju serba hitam mereka memasuki rumah yang sekarang terasa amat sunyi tanpa kehadiran sosok ceria, jahil dan polos itu.
"Ada yang mau makan?" Tanya Gempa dan dijawab gelengan dari semua saudara nya. Ia mengangguk.
"Aku ... langsung masuk ke kamar" ucap Solar berjalan perlahan menaiki anak tangga menuju kamarnya.
"Kami ikut" ucap Halilintar, Taufan, Gempa, Blaze dan Ice tidak ingin meninggalkan sang adik sendirian. Solar mengangguk.
Solar POV
Saat sudah sampai, aku membuka pintu dan menghidupkan lampu. Manik abu kembali dibuat membelalak dengan tulisan ...
HAPPY BIRTHDAY SOLAR
Rahang perlahan terbuka melihat kamar ini dihiasi balon berbagai ukuran dan bentuk, perhiasan lampu kelap kelip, lampu bintang yang tergantung di atap kamar, dan dimeja belajarnya, terdapat kue, snack, bunga matahari, sebuah kotak berbungkus kertas kado.
Aku mendekati kue, bunga matahari, dan kotak hadiah itu pelan diikuti kak Hali, kak Taufan, kak Gempa, lak Blaze dan kak Ice yang sepertinya juga terkejut amat terkejut.
Aku menarik kursi, menatap kue bundar berukuran sedang dengan tulisan Happy Birthday To My Brother tak lupa beberapa hiasan lilin.
Lalu, manik ini kembali menangkap sepucuk surat yang ditempel menggunakan selotip di batang daun bunga matahari. Aku pun mengambil lalu membukanya.
Untuk Solar
Hai Solar!!!
Disini Thorn 😀
Solar apa kabar?
Masih marah kah ama Thorn?
Di surat ini, Thorn mau bilang, makasih banyak udah jadi adiknya Thorn 😊
Sebab Solar lah yang udah jadiin Thorn sebagai seorang kakak :D
Tapi ... saat Thorn ngelaksanain tugas jadi kakaknya Solar, keknya gagal ya? 😅
Thorn selalu buat kesalahan.
Thorn selalu aja bikin Solar marah ama kesal dengan Thorn.
Thorn minta maaf ~
Udah ga becus jadi kakaknya Solar.
Solar tau? Dari dulu, Thorn tuh pengen banget bisa main ama Solar^^. Bersenda gurau sama sama kek kakak adek lainnya :D
Thorn minta maaf banget karena udah ngerusak hari ulang tahunnya Solar di lapangan~
Jadi, Thorn ngerancanain pesta ulang tahunnya Solar kecil kecilan.
Maaf kalo kue nya ga enak soalnya yang bikin tuh Thorn 😅 tapi ngikutin resep kak Gempa 😁
Solar ngerayainnya sama kak Hali, kak Taufan, kak Gempa, kak Blaze, ama kak Ice ya :D
Kalo Thorn?
Thorn juga hadir kok :D
Tapi, Thorn lagi sembunyi dan ngeliat pesta Solar dari jauh biar ga bikin masalah lagi^^
Tenang~
Thorn deket kok^^
Cuma ga keliatan aja~
Sebab Thorn kan lagi sembunyi :D
Oya ... Thorn minta maaf, sebagai seorang kakak selama ini, ga bisa buat adeknya bahagia. Malah ... tadi, mecahin kacamata kesayangan Solar 😭
Jadi, untuk gantiin kacamata Solar, sekaligus mau bikin Solar ngerasa bahagia, Thorn ngasi Solar bunga matahari kesayangan Thorn dan sebuah hadiah di dalam kotak kado :D
Moga Solar suka hadiah nya^^
Udah dulu ya~
Sampai jumpa lagi Solar^^
Thorn sayang Solar 😁
Seakan pertahanan runtuh, kami semua kembali menangis sejadi jadinya. Memori bersama Thorn kembali terulang diingatan.
Dengan tubuh bergetar hebat, aku membuka kado tersebut. Dan didalamnya, terlihat sebuah kacamata visor jingga yang penampilannya jauh lebih bagus dari milikku sebelumnya.
Aku menelungkup kan kepala di atas meja. Menangis dengan kencang sembari meneriaki nama kakak yang sekarang, sudah tidak bersama denganku lagi.
Andai waktu bisa diputar, kembali ke masa, dimana ... alam semesta masih diwarnai dengan senyuman imut menggemaskan, suara tawa merdu, tingkah polos dan lucu BoBoiBoy Thorn.
Tak pernah terpikir oleh ku
Tak sedikit pun ku bayangkan
Kau akan pergi, tinggalkan ...
Ku sendiri ...
Di bawah batu nisan kini
Kau telah sandarkan
Kasih sayang kamu~ begitu dalam
Sungguh ku tak sanggup~
Ini terjadi,
Karena ku sangat cinta ...~
Inilah saat terakhir ku,
Melihat kamu,
Jatuh air mataku ...
Menangis pilu
Hanya mampu ucapkan~
Selamat jalan kasih~
Satu jam saja~ ku telah bisa
Cintai kamu; kamu; kamu;
Di hati ku
Namun bagiku, melupakan mu
Butuh waktu ku, seumur hidup~
Satu jam saja~ ku telah bisa
Sayangi kamu ... di hati ku
Namun bagiku~
Lupakan mu butuh waktu ku seumur hidup~
The End
Awokawok aye ketik book apaan dah? Ga sad:v
Iya kan?:"
Udah jujur aja~
Book ini sebenarnya udah lama tersimpan, tapi ga author publish publish ... sebab ... ga yakin bakalan sad :"
Yah jadiannya malah kek gini ಥ_ಥ
Hiks ... malah makin nurun aja kemampuanku dalam menulis book sad //pundung
Dah ya~ pye pye :'D
Salam manis dari anak termwanis didunia :'D mwehehehehe
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu
Jangan lupa tekan 🌟
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top