5.
***
Happy Reading:)
[REVISI]
Sekarang sudah menunjukan jam 19.18 gadis cantik masih saja bergelut dengan mimpi.
Calvin tersenyum melihat Viona masih tertidur dengan wajah damainya diawang pintu kamar.
"Kebo banget adek gue," guman Calvin melangkah masuk ke dalan kamar.
Calvin duduk di pinggiran kasurnya Viona, melihat seluruh isi kamar Viona ternyata masih sama. Seperti kamar remaja pada umum nya yang menyukai nuansa kamar ala-ala Eropa. Tapi disayangkan cat kamarnya yang terlalu gelap perpaduan putih dan abu-abu yang kontraks.
Calvin melihat semua figuran foto yang terpajang diatas nakas dan diding kamar. Senyum mengembang terukukir di bibir Calvin melihat betapa bahagiannya melihat mereka tertawa walau melihat dengan perantara foto.
Sampai kapan? batinya menatap Viona yang terlelap nyenyak.
Calvin mengambil sebuah foto yang barada di atas meja belajar Viona di sana ada foto dirinya yang sedang merangkul Viona dan Lexi ketika mereka liburan 3 tahun lalu. Terlihat senyum lepas di bibir Viona tampa beban, bukan seperti sekarang fake.
Calvin cuma tersenyum getir melihat foto mereka. Tanpa disadari satu tetes air mata mengalir rahan tegasnya.
Dia segera menghapus air matanya dengan kasar lalu meletakkan kembali foto ke tempat semula kemudia ia segera membangunkan Viona untuk makan malam.
***
Setelah makan malam Viona cuman menatap bulan yang begitu terang dari balkon kamarnya.
Sebenarnya waktu Calvin masuk kamar tadi dia sudah bangun. Tapi dia kembali pura-pura tidur melihat ketika Calvin mengambil sebuah foto diatas meja belajarnya.
Viona mengeluarkan satu lembar foto dari saku-saku piyama yang dia kenakan. Hal pertama yang dia lihat betapa bahagianya keluarga kecil itu ketika piknik sederhana di taman belakang rumah mereka.
Viona meneteskan air matanya mengingat kenangan yang pernah ada dulu, semua suka-duka ditanggung sama-sama.
"Vio kangen. Kangen seperti dulu lagi," ucapnya lirih.
"Gue yang memperumit semuanya, gue capek, pengen nyerah, gue sakit," ucapnya menahanan sesak didalam dadanya.
"Semuanya akan berakhir," senyum tipis menghiasi bibir tipisnya.
Viona kemudian menutup pintu balkon kamarnya dan menyimpan foto tadi kedalam laci meja belajarnya.
Semuanya akan cepar berakhir? batin nya sebelum masuk ke alam mimpi.
Paginya Viona sudah rapi dan berdiri didepan meja kaca riasnya. "Apa harus gue lakukan," guman Viona melihat pantulan dirinya yang sudah rapi berbalut seragam sekolah dihadapan cermin.
Viona menghela napas sejenak semua keputusannya sudah bulat tidak dapat diganggu gugat lagi. "Semoga yang terbaik," ujarnya lirih kemudia turun kebawah
Viona turun kelantai satu. Dia melihat Calvin sedang sarapan sendirian. Jangan tanyakan kedua orang tua semakang dimana? Sebab mereka tidak akan pernah untuk sarapa bersama untuk makan malam bisa ketika mereka tidak sibuk saja sih.
"Gue harus bisa," guman Viona berdiri dianak tangga terakhir yang sedang memerhatikan Calvin.
Dengan tekat bulat Viona menghampiri Calvin lalu duduk disebelahnya mengambil jatah sarapan paginya.
"Pagi bang," sapa Viona tampa melirik Calvin.
"Kenapa abang nggak bangunin Alle sih? Dan ini kenapa malah duluan sarapan? Biasanya kan selalu nungguin Alle dulu!" cerocos Viona ke pada Calvin.
Calvin menatap Viona lekat, nggak biasanya. "Kamu sehat?" tanya Calvin mememegang dahi Viona.
"Nggak panas?"
"Abang!!" pekik Viona tepat didekat gendang telinganya Calvin. Seketika Calvin langsung menutup kedua telingan mengunakan telapak tangan.
"Alle nggak akuin abang lagi sebagai kakaknya Alle," rujuk Viona memanyunkan bibirnya.
Calvin terkekeh melihat tingkah Viona dan seketika rasa penasaran hilang begitu saja.
"Iya ... iya maaf deh. Abang udah bangunin kamu dari tadi! Tapi nggak bangun-bangun, kebo banget sih adek abang," kekeh Calvin mengacak ngacak rambut Viona.
"Ihh abang berantakan kan jadinya," ucap Viona menepis tangan Calvin dari rambutnya.
"Abang senang kamu kembali menjadi Alle yang dulu," guman Calvin menatap Viona lekat.
"Hah? Abang bilang apa?" tanya nya bingung mendengar gumanan Calvin samar-samar.
"Nggak ada kamu salah dengar kali."
"Yaudah cepat sarapan nanti telat," ujar Calvin mengamati Viona sarapan dengan lahabnya.
***
Dilain tempat sekarang Samuel, Virgo, Detra, dan Candra sekarang sudah berada di pakiran sekolah.
"Mana tuh anak, jam segini juga belum datang. Nyesel gue datang lebih awal." Omel Detra mondar-mandir didepan motornya.
Candra yang melihat kelakuan sahabat somplaknya itu mendengus kesal. "Sumpek deh gue lihat lo ngak capek," ucap candra jengan. Sedangkan siempunya cuma ngomel-ngomel tidak jelas.
"Brisik!" ucap Virgo. Sedangkan Detra dan Candra menatap Virgo horor.
"Dari pada kalian bacot. Lebih baik gelut aja noh lapangan besar!" tunjuk Virgo kearah lapangan sekolah.
"Lo kalau ngomong ada benarnya, tapi nggak usah. Makasi," ujar Candra naik keatas motornya.
Virgo menghela napas pasti noh Candra ngambek karena ucapannya, sensian mah gitu.
Semuanya diam sibuk dengan pikiran mereka masing-masing kecuali Samuel asik mengotak-atik handphone nya. Ntah apa yang sedang dia lihat sampai segitu seriusnya.
Mobil Calvin sudah rapi terpakir didekat motor Candra. "Maaf gue telat," ucap Calvin baru saja keluar dari mobilnya.
"15 menit!" ucap Samuel tampa mengalihkan pandangannya dari
handphone nya
"Ya sorry," ujar Calvin cengengesan merasa bersalah.
"Tumben bawa mobil?" tanya Detra. Nggak biasanya ini anak bawa mobil kalau nggak kepepet.
"Gue bareng ...."
"Abang bukain pintu! Alle masih di dalam!" teriak Viona dari dalam mobil. Pasalanya mobil sudah dia kunci dari luar.
Calvin segera menekan tombol remotnya. "Maaf abang lupa." Calvin cengengesan mempelihatkan gigi putih yang berjejeran rapi.
"Adek sendiri dilupain," omel Viona jengah keluar dari mobil.
Samuel mendongkakan kepalanya, mendengar suara yang sanggat dia kenali.
"Eh ada neng Viona," sapa Candra basa-basi.
Viona tersenyum. "Pagi kak Can, kak Vir, kak Det, kak Sam." sapa Viona kepada mereka. Viona memang selalu menyingkat-nyingkat nama orang karena terlalu ribet nanti manggilnya, pikirnya.
Mereka tergengung melihat perubahan sikap Viona yang nggak biasanya.
"Pagi," sapa mereka kecuali Samuel.
"Yaudah. Alle kekelas dulu," pamit Viona kepada Calvin.
"Yang rajin belajarnya, jangan sering bolos lagi," pesan Calvin.
"Asiyap capten," ucap Vioma memberi hormat.
Calvin terkekeh lalu mengaca-acak rambut Viona. "Abang kebiasaan," ujarnya menepis tangan Calvin dari rambutnya. Lalu pergi begitu saja.
Baru beberapa langkah Viona berbalik lagi. "Ada kelupaan, Alle duluan ya kakak-kakak semua" kekehnya lalu melanjutkan jalannya.
Semua tercengang melihat sikap Viona yang nggak biasanya.
"Itu benaran adik lo?" tanya Virgo menatap punggu Viona menjauh.
"Yaiyah lah, siapa lagi!" ujar Calvin dengan senyum mengembang. Nggak biasanya dia bisa tersenyum selebar itu. Para siswi-siswi yang melihat menjerik senang betapa gantengnya Calvin ketika tersenyum.
"Nggak usah senyum-senyum peak!" tukas Detra memukul lengan Calvin.
"Senyum ibadah bukan? Kan?" Sedangkan Detra dan Candra mencibir kesal. Memukul wajah tengil Calvin boleh nggak sih?
Sedangkan Virgo menatap tiga manusia yang mulai mendrama. Nggak capek apa hidup udah banyak drama malah dibikin ribet, ya gitulah manusia memang banyak dramanya.
Samuel menatap mereka sebentar lalu pergi begitu saja tampa mengucapkan apa pun.
"Lah? Kenapa ditinggalin? Tungguin kami woi," teriak Candra persis disamping gendang telingan Calvin dan Virgo karena dia berdiri ditengahnya.
Calvin dan Virgo menyempal mulut Candra dengan dasi yang dia pakai lalu meninggalkannya dengan wajah merah padam.
"Anjir awas lo!" teriak Candra mengejar mereka yang sudah menjauh.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top