4.

Happy Reading:)

[REVISI]

Baru saja mendaratkan bokong di kursi Viona sudah diserbu pertanyaan yang ngga faedah dari Glady.

"Vio lo kemana aja? Kemarin kenapa lo nggak masuk? Lo ngga sakit kan? lo baik-baik aja kan?" tanya Glady seperti panjang rel kereta api. Emang ada rel kereta api di sekolah apa.

"Ck, tanyanya bisa satu-satu," ujar Viona kesal baru duduk sudah diserbu pertanyaan yang membuat viona jengkel.

Sedangkan Glady tertawa puas dalam hati karena membuat Viona jengkel, setidakya Viona mau berbicara dengannya walau 10 kata paling banyak.

"Gue kan khawatir sama lo, lo nggak ada kabar dari kemaren," ucap Glady dengan tampang bloonnya.

"Gue baik-baik aja," jawab Viona tampa melirik Glady.

Glady yang dicuikin cuma mendengus kesal bagaimana tidak dia udah relain pagi-pagi datang biar bisa berbicara berdua dengan viona malah dia dianggurin.

Mereka diam cukup lama sibuk dengan pikiran masisng-masing. "Vio lo anggap apa sih kita selama ini?" tanya Glady tiba-tiba nggak ada angin nggak ada hujan.

Viona mengerutkan keningnya tanda tak mengerti. "Maksudnya?" tanya nya balik.

Glady tersenyum miring. "Lupakan," jawabnya lalu memilih menggelam kan kepalanya dilipatan tangan.

Viona melihat sikap Glady yang tiba-tiba berubah cuman bisa menghela napas. Maaf gue belum bisa cerita ke kalian, batinya.

Alana baru saja masuk kelas langsung menghapirin Glady dan Viona.

"Al lo dipanggil sama kak Samaul disuruh ke rooftop," ujar Alana mendaratkan bokongnya di kursi sebelah Viona.

Viona menatap Alana tajam. Alana yang paham maksud tatapan Viona cuma mengangkat dua jarinya sambil cengengesan.

"Piss Vio."

Viona langsung meninggalkan Glady dan Alana tampa mengucapakan apa-apa.

Glady yang melihat kepergian Viona cuman dapat menghela napas. Lagi dan lagi setidaknya pamit kek, batinya dongkol.

"kenapa?" tanya Alana melihat wajah Glady yang sedang tak bersahabat.

Glady menoleh kearah Alana yang tengah menatapnya. "Nggak ada," ucapnya mengambil handphone dari dalam tasnya.

Alana yang menyadari perubahan Glady cuman diam sambil memerhatikan apa yang dia lakukan.

Glady menatap Alana sekilas yang menyadari perubahan sikapnya. Lalu dia berusa bersikap biasa dengan sikap kekanak-kanakannya, sikap andalannya.

"Lo temu dia dimana sih? Dari tadi gue dianggurin dia padahal gue rela datang pagi-pagi biar bisa ngomong berduan sama dia," ucap Glady yang berusaha tenang.

Alana terkekeh yang diomongin Glady tadi ada benarnya juga. Tapi dia merasa ada yang ganjal melihat gerak-gerik Glady yang nggak tenang. "Mana gue tau gue aja sepupunya sering diangurin apa lagi lu yang baru kenal sama dia. Sama gue aja cuma 30 kata itu rekor baling banyak dia mengucapkan kata sama gue," ucap Alana diakhiri dengan kekehannya.

"Sama bonyok nya juga gitu," ucap Glady sengaja memancing kearah pembicaraan tersebut.

Alana tidak menanggapi ucapan Glady. Dia nggak mau berpicara lebih tentang Viona apalagi tentang masalah keluarganya. Mengingat perkataan om nya kemarin malam.

Glady yang paham sendiri cuman tersenyum tipis. "Oh ya Lan. Kenapa Vio marah dipanggil Al sih emang apa hubungannya? tanya Glady penasaran. Sebab waktu Alana memanggilnya, dia sempat melirik Viona yang menatap tajam kearah Alana.

"Lan!"

"Apaan?"

"Kenapa Vio marah lu panggil al?"

"Ya karna ... gue ngga tau," balas Alana asik dengan handpone nya.

Sedengkan Glady cemberut memanyumkan bibirnya kedepan tidak puas karena jawaban yang diteriman dari Alana.

"Nggak usah manyum-manyum gitu jijik gue," ucap Alana melihat ekspresi Glady.

"Dy lo nggak lagi nyembunyikan sesuatu dari gue kan?" tanya nya menatap Glady dengan tatapan memicing.

Glady yang tersentak dari lamunan melirik Alana. "Gue rasa nggak ada deh," ujarnya tidak menatap Alana karena gugub.

"Nggak usah tegang gitu kali, gue becanda kok," ujar Alana. Ternyata dia memang ada nyembunyikan sesuatu dari gelagak saja sudah tau gugub dan tegang, biasa orang berbohong mah gitu.

"Hehe, iya," ujarnya tersenyum kikuk.

***

Sedangkan Viona sekarang berada di rooftop. Menemui orang yang memanggil dirinya. Dia nggak munggkin tidak menemuinya karena dia masih ada rasa kasian dan tangung jawab, emang penting banget ya? Sampai-sampai ada orang yang mau menunggu dirinya.

Viona; iya lah ada yang nungguin,emang tor yang sendirian aja terus.

Autor; enak aja lo,ditunggui sama sam aja udah songong,apa mau gue tenggelamin lu dari cerita ini.

Viona; hehe, maaf tor jangan dong, kembali ke topic dong tor masa gantung.

Autor; ngeles aja lu

Back topic

"Ada apa?" tanya Viona the to poin. Dia berada dibelakang sam yang memunggunginya.

"Gue kira lo ngga bakal datang," ucap sam masih dengan posisi yang sama.

"Gue nggak setega itu," ujarnya. Dia malah mensejajarkan berdirinya disebelah kanan Samuel.

Samuel menoleh kearah Viona yang menatap lurus dengan pandangan kosong.

"Gue capek seperti ini terus." Lima kata keluar dari mulut Viona.

Sam menghela nafas panjang lagi-lagi dia menghela nafas menghadapi Viona.

"Balik seperti dulu," ucap Samuel tampa memandang Viona.

"Nggak akan bisa. Mungkin kalau pakai mesin waktu Doraemon baru bisa," ucap Viona terkekeh karena omongannya sendiri.

Sam memilih diam, dia membiarkan Viona berbicara sepuasnya mengeluarkan semua unek-unek yang selama ini dia simpa rapi di dalam hatinya.

"Lo tau gue dibenci oleh keluarga sendiri."

"Gue nggak dianggap, seperti anak tiri di rumah sendiri. Apa seperti nasib cinderella ya tapi gue versi sadnya kan dia bahagia hidup dengan pangeran. Sedangkan gue?" tanya kepada dirinya sendiri.

"Kalau boleh gue ingin terjun ke jurang atau ke laut, dari sini juga boleh juga deh kayaknya. seru," ucap Viona yang mulai ngelantur kemana-mana.

Seru apanya malah jadi hantu gentayangan penunggu sekolah kalik. "Tapi kalau gue mati. Siapa ngurus kucing gue kan kasian," ujarnya membuat Samuel yang berada disamping nya terkekeh kecil.

"Gue capek Sam. Capek disalahin terus," ujarnya yang mulai terisak.

"Gue capek."

Greb

Samuel langsung meraih tubuh mungil Viona kedalam dekapannya. "Gue capek Sam," ujar Viona dengan suara bergetar.

"Lo nggak sendiri ada gue," ucap Samuel menenangkan Viona yang terisak.

Setelah cukup lama mereka diam dan tidak ada lagi isakan dari Viona. Samuel membawa Viona pulang ke rumah karena Viona sudah terlelap di dekapannya.

Samuel tersenyum tipis milihat wajah damai Viona saat tidur. Gue harap sebelum gue pergi lo jadi Alle yang dulu lagi, gue udah janji sama dia, batinya memandang wajah Viona.


"Gue ngga mau kehilangan lo tetaplah jadi alle gue yang dulu," guman sam sebelum meninggalkan kamar Viona.

Samuel menghela napas gusar. Andai gue bisa selalu sama lo, batinnya sebelum benar-benar menutup pintu kamar Viona.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top