32.
***
"Kak. kakak jadi kan pergi hari ini?" tanya Lexi menghampiri Viona yang sedang bersama Ravin.
Viona menggaguk. "Sama kak Ravin?" tanyanya ragu soal Lexi udah kapok dikerjain oleh Ravin sampai-sampai dia menangis kejar.
"Ngga. Memang kenapa?" tanya Viona melihat Lexi.
"Pengen ikut, ketemu papa," ujar Lexi dengan senyum mengembang. Sebelumnya Lexi memang telah menjelaskan sedikit tentang papa kandungnya karena paksaan Viona.
Viona mengangguk lalu berjalan kearah mobil yang sudah terpakir dihalaman rumah, tiba-tiba Ravin memcengkal lengan Viona. "Gue ikut titik tak pakai koma," ujar Ravin dengan senyum menyebalkannya lalu masuk ke mobil.
Saat diperjalanan tidak ada yang membuka suara. "Emang kalian mau kemana?" tanya Ravin yang sedang mengemudi.
"Puncak," jawab Lexi yang sadari tadi cuman memerhatikan kendaraan yang berlalu lalang di bangku penumpang.
Ravin memerhatikan Viona yang sedang menatap keluar jendela cuman tersenyum kecil.
Ngga pernah berubah, batinya.
***
Maafin Lexi ma, batinnya sebelum masuk keruangan yang ada dihadapannya.
Lexi melirik ke belakang disana Viona dan Ravin berdiri di belakang menatap dirinya.
Lexi menghela napas lalu tersenyum tipis sebelum memutar ganggang pintu dihadapannya.
Semuanya akan berakhir, batinnya seraya memutar ganggang pintu.
Setelah pintu terbuka pertama kali yang mereka lihat seorang wanita paruh baya yang sedang duduk di atas kursinya melihat ke arah jendela yang terbuka.
"Tan," panggil Lexi mendekat lalu berjongkok dihadapan wanita tersebut.
"Tante pasti nggak kenal aku kan? aku Lexi anak mamah Sarah," ucap Lexi tersenyum memegang tangan wanita tersebut.
Viona cuman menatap pemandangan di depan matanya cuman diam, tidak mengerti apa yang terjadi.
Sedangkan Ravin yang berada di sebelah Viona merangkulnya karena melihat perubahan air wajahnya yang nggak karuaan.
Lexi tersenyum kearah Viona. "Oh ya tante tau ngga aku bawa siapa? Anak tante, dia ada disini," ucap Lexi meneteskan air matanya.
Wanita itu yang sadari tadi diam, kini sebuah lengkungan tipis menghiasi bibirnya dan memutar kursi rodanya ke belakang melihat anaknya yang sadari dulu terpisah dengannya.
Viona terkejut bukan main melihat siapa yang berada dihadapannya.
"Sini nak. Ini mama, mama Dea" ucapnya menahan tangis melihat anaknya sudah berda didepan matanya.
Viona memejamkan matanya sejenak menahan gejolak amarah, kecewa, sanang dan haru menjadi satu, kenapa mereka menyembunyikan ini semua darinya.
Viona melangkah mendekat kearah Dea. "Mama," lirihnya langsung memeluk Dea.
"Maaf. Maafin mama," ucapnya mengusab kepala Viona lembut.
Sedangkan Ravin cuman menjadi penonton tidak mengerti sama sekali, lalu melirik Lexi yang sedang tersenyum melihat apa yang terjadi di hadapan mereka.
Lexi menyuruh Ravin keluar dari isyarat mata untungnya dia mengerti, supaya mereka lebih bisa ngomong dengan leluasa.
Setelah Ravin dan Lexi keluar Viona baru berani menatap wajah mamanya.
Dea tersenyum melihat putri satu-satunya yang telah besar. "Anak mama cantik," ucapnya dengan senyum keibuan.
Viona tersenyum mengembang lalu memeluk Dea kembali. Dea mengusap rambut Viona dengan kasih sayang. "Jangan pernah benci mereka, terutama papa kamu nak," ucap Dea dengan senyum mengembang.
Sedang kan Viona cuman diam tampa membalas ucapan Dea memikirkan apa yang terjadi, baginya semua ini adalah teka-teki yang harus dipecahkan.
Dan satu-satunya orang yang mengetahui semuanya dalah Lexi.
***
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian
Thanks
Next part..
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top