31.
***
Viona menatap hamparan bintang yang selalu berkelap kelip di langit malam yang begitu terang.
Dia masih memikirkan kejadian di sekolah siang tadi yang membuat hidupnya diambang-ambang kebingungan.
Viona tersenyum miring menginggat pertemuanya tadi dengan kepala sekolah
"Maaf Viona saya menganggu waktu kamu, saya cuman mau memberi tahu kamu, kamu mendapatkan beasiswa diluar," ucap kepala sekolah the to poin.
"Beasiswa?"
Kepala sekolah pun mengangguk. "Sebenarnya kamu dan kakak kamu mendapat kan beasiswa untuk kuliah diluar nergi, tapi sayangnya Calvin menolak tawarannya, saya berharap kamu mau mengambilnya demi mengharumkan nama sekolah kita," ujar kepala sekolah serius.
"Kenapa saya?" tanya Viona yang masih belum mengerti.
"Karna kamu salah satu siswi yang berpresatasi," jawab kepala sekolah tersebut.
Sesimpel itu kah alasannya hanya seorang siswi yang berprestasi.
Dan lagi-lagi yang membuat keadaan bertambah rumit keberadaan Ravin yang tiba-tiba datang dan satu sekolah dengan nya.
Huft..segitu rumitnya hidup gue, batin Viona seraya menutup pintu balkom kamarnya.
Tok! Tok! Tok!
"Kak. apa kakak ada di dalam?" tanya Lexi sedikit berteriak.
Viona mendengar sesorang berteriak di luar segera beranjak dan membuka pintu melihat siapa yang berada di luar.
Lexi yang melihat pintu kamar yang terbuka langsung saja masuk tampa menunggu persetujuan tuannya.
"Nggak pernah berubah ya kak? Gelab," celetuk Lexi duduk di ranjang Viona.
Viona cuman diam tidak membalas ucapan Lexi sama sekali, dia membiarkan Lexi berdialog sendiri.
"Oh ya kak. kakak dapat beasiswa kuliah di luar ya?"
"Aku saranin mah kakak nggak usah ngambil, takut kakak menyesal nantinya," ucap Lexi tersenyum miring
"Kenapa?" tanya Viona bingung
"Nanti kakak juga akan tau semuanya cepat atau lambat. Oh ya aku mau mengatakan sebaiknya kakak temuin seseorang di rumah sakit yang ada di wilayah Bogor," ucap Lexi tersenyum lalu meninggalkan Viona sendirian dengan beribu cabang pikiran.
Rumah sakit? Batinnya melirik perlahan pintu yang mulai menutup.
***
"All lo udah ngerjain tugas fisika?" tanya Alana yang tiba-tiba duduk di sampingnya.
Viona menjawab dengan anggukan kecil, lalu mengeluarkan tugasnya dari dalam tas.
"Makasi lo tau aja maksud gue," cengir Alana mulai menyalinnya kebuku tugasnya.
"Ta lo udah ngerjain tugas?" tanya Alana disela-sela menyalin tugas.
"Udah. Oh ya lo tau anak baru itu siapa?" tanya nya balik kepada Alana yang tengah serius.
Siempu yang di tanya cuman menggeleng kecil. "Lo Al?" tanya nya kepada Viona yang tengah memainkan handphone di genggamannya.
Viona melirik Tata sekilas lalu mengangguk kecil. Tata cuman mengangguk-angguk kecil. "Apa?! Lo tau memangnya siapa? Ngga biasanya gue kalah update dari lo," ujarnya nggak percaya sedangkan Alana tercengang nggak biasanya Viona tau masalah murit baru.
"Ravin."
"What!!" ujar mereka serentak.
Tiba-tiba seseorang menepuk pundak Tata, sedangkan Alana tercengang melihat siapa yang berada di belakang Tata.
"Ra...Ravin!!" ujar Alana, Tata langsung melirik kesamping, sedangkan Ravin langsung duduk disamping Tata dengan senyum khasnya.
"Lo ngapain disini?!" cetus Tata syok karena keberadaan Ravin yang tiba-tiba berada di sampingnya.
"Ya belajar lah," ujarnya menatap Viona dengan senyum mengembang.
Alana menatap Ravin lekat. "Kenapa? gue ganteng," ujar Ravin dengan senyum yang menyebalkan.
Alana mencibir kesal. "Gantengan pacar gue lah," ujar Alana tak mau kalah.
"Siapa?" tanya Viona dan Tata berbarengan.
Sedangkan Ravin tersenyum mengejek. "Mampus," guman Ravin dengan senyum sarkahnya.
"Lo ngapain sih ke sini?" geram Alana tidak tahan dengan sifat menyebalkan Ravin.
"Gue? Ya belajar lah, emang mau ngapai lagi. Eh ralat gue kesini mau nyampirin calon masa depan gue bunda dari anak-anak gue," ujar Ravin menatap Viona genit.
Viona memutar bola mata malas. "Ngapai lo natap-natap sepepu gue" sentak Alana mengibas-ngibaskan buku di depan wajah Ravin.
Ravin tidak mehiraukan Alana, ia menatap Tata yang tengah sibuk main handphone. "Apa?" cetus Tata tampa melirik Ravin.
"Ngga ada, lo cantik," jawab Ravin dengan senyum menyebalkan.
"Makasi, gue emang cantik dari orok," cetus Tata mengotak-atik handphone nya tampa memperdulikan Ravin.
Sedangkan Viona yang jengah lihat tiga manusia kunyut ini memilih pergi dari pada mendengar coletahan mereka bertiga.
"Eh Al lo mau kemana?!" teriak Tata persis didekat telingannya Ravin.
"Anjir lama-lama bisa budek gue dekatan sama lo," ujar Ravin menyusul Viona yang sudah hilang dibalik pintu.
Alana mencibir mengejek lalu lanjut membuat tugas yang tertunda karena kedatangan Ravin. Sedangkan Tata mendengus kesal dan melanjutkan mengotak-atik handphone nya untung sekarang lagi free class.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top