BAB 3 : Pagi, Mora.
Happy Reading!
☆☆☆
Tepat hari ini adalah seminggu mereka menjadi bagian dari warga SMA Garuda, seiring berjalannya waktu, Mora dan Tara juga banyak berkenalan dengan wajah-wajah baru yang akan saling menemani petualangan baru selama disini.
Bagi keduanya berkenalan dengan orang-orang baru adalah hal yang menyenangkan. Bahkan kini mereka sudah akrab satu sama lain dengan kawan-kawan kelas mereka dan juga kelas sepuluh lainnya.
Di jam istirahat kedua siang itu, jam istirahat kedua siang itu, Mora dan Tara menghabiskannya dengan berdiam di kelas yang dingin itu sebab kini cuaca sedang panas-panasnya membuat keduanya semakin malas untuk beranjak keluar.
"Mm.. Ra, di grup, Alea, Anchika, Sella pada ngajak nongki ikut ga kita?" Tanya Tara pada sang kawan yang sedang fokus membaca AU.
"Raaa oi, dengerrr ga sihh" dumel Tara yang omongannya tidak di hiraukan itu oleh Mora saking fokus nya.
"Eh sorryyy kenapa? Ya ampun lagi seru." Ucapnya seraya tertawa melihat ekspresi Tara.
"Hadeh ni anak, coba deh liat grup Ra. Mereka mau nongki weekend nanti, ikut ga kita?"
"Gue ga ada acara apa-apa sih. Lo gimana?"
"Ngga ada juga sih gue."
"Okey! Kita ikut, itung-itung biar semakin kenal masing-masing." Tara mengangguk setuju. Namun jika Mora tidak ikut Tara juga tidak ikut, begitulah mereka sedari dulu. Entahlah mengapa, sudah seperti kebiasaan.
☆☆☆
Malam keakraban yang mereka nanti itu akhirnya tiba. Di sebuah cafe di Jakarta Selatan dengan nuansa bangunan minimalis itu menjadi tempat pertemuan mereka malam ini, tempat yang penuh canda dan tawa.
"Gak tau dah hidup lo beneran lawak banget Ra.." ujar Anchika teman sefrekuensi Tara dengan tawanya yang renyah itu mendengar cerita pengalaman Mora.
"Gak tau lagi gue emang ama Mora, bisa bisanya lu betah Tar temenan ama nih orang stres begini" Sahut Syeila.
"Udah coi udah cape banget ketawa, ngomong ngomong Mora Tara lu udah punya cowo?" Tanya Alea teman mereka yang bisa dibilang diantara mereka berempat dialah yang memiliki paras yang paling cantik.
"Eh iya lo udah punya cowo Ra, Ta? Ga ada sepik-sepik nya nih." tanya Anchika kepada Mora dan Tara.
Sementara Mora tertawa mendengar pernyataan itu.
"Emang ga keliatan apa dari muka kita berdua menunjukan banget kita punya cowo?" tanya Tara balik.
"Yailah lo pada gausah nanya juga keliatan deh." Timpal Mora.
"Yaaa siapa tauu banyak cowo lo berdua." Canda Anchika sembari tertawa.
"Tapi lo ga salah sih Cik, cowo fiksi kita kan dimana-mana." Ujar Tara.
"Cowo gue juga sih itu, maap ya" Sahut Sella.
"Aduh.. siap kakak."
Jam pun sudah menujukan pukul sembilan malam menandakan hari sudah larut untuk mereka, sebab rasanya jika sudah berbincang-bincang tanpa tujuan seperti ini waktu sejenak di lupakan. Mereka satu sama lain pun saling berpamitan mengakhiri hari ini dengan tawa yang cukup membuat sakit perut, lagi pula mereka akan bertemu lagi esok pagi.
☆☆☆
Keesokan paginya jam dinding sudah menunjukan pukul 07.00 pagi menandakan bahwa bel sekolah sudah berbunyi namun Mora masih memakai seragam dengan terburu-buru sembari merutuki dirinya sendiri, iya, Mora kesiangan pagi ini. Sebab semalaman Mora menghabiskan sisa episode drakornya hingga jam 2 pagi, dan alhasil ia kesiangan sekarang.
"Haduhh kok di cancel mulu.. mana udah siang banget lagi." Ujar Mora dengan wajahnya yang kesal bercampur panik karena ojek yang ia pesan dari aplikasi di cancel berkali-kali.
Akhirnya Mora pun terpaksa untuk berjalan kaki mencari angkot namun ketika sedang mencari angkot ada seorang laki laki yang dari penglihatan Mora tidak asing lagi menghampiri dirinya dengan motor berwarna hitam.
Ya, tebakan Mora benar! Dia adalah Lingga Natreas dengan vespa matic hitamnya, si menyebalkan yang menduduki deretan kursi belakang kelasnya.
"Pagi, Mora." Sapa Lingga. Sementara Mora terdiam tidak menyangka akan mendapati Lingga layaknya Peter Parker si penyelamat.
"Gc naik udah mau setengah 8, mau ampe kapan lo nunggu angkot Ra? udah siang begini." Ujarnya sesaat ia memberhentikan motornya tepat di hadapan Mora yang wajahnya sudah memerah karena kepanasan.
"Ga lo serius gapapa?" tanya Mora ragu.
"Gapapa gue belom punya cewe kalo gue punya cewe baru ga boleh.." jawab Lingga santuy.
"Oke gue nebeng!" Senyuman pun merekah di wajah gadis itu.
"Wait..." Lingga melepas helm nya lalu menyibak rambutnya.
"Harus pake kalo mau di boncengin gue. Tenang, helmnya wangi Ra, gue rajin keramas."
"Gue gapapa ga pake helm, Gaaa. Buat lo aja." Tolak Mora sebab ia jadi tidak enak hati jika seperti ini.
"Pake, safety firts."
"Tapi lo gimana ga pake helm?"
"Kalo jatoh lo obatin ya"
"Halahh pentungan es tung tung bisa aja. Yaudah ayo lah." Pada akhirnya Mora memakai helm yang kata Lingga itu wangi, dan itu benar adanya.
Di perjalanan tak ada satu katapun yang keluar dari mereka sebab Lingga yang kepalang fokus membawa motornya dan Mora yang sibuk memikirkan hukuman apa yang akan ia dapat nanti.
Sesampainya disekolah mereka pun pastinya terkena hukuman oleh Tjandra Adinan atau biasa dipanggil dengan kak Dinan, ketua OSIS nya SMA Garuda yang memilik paras tampan namun lumayan galak tetapi dengan kegalakannya dia tetap membuat seorang Gistara Gantari terpikat sempurna.
Ditengah lapangan ternyata tidak hanya ada Lingga dan Mora tetapi Tara dan beberapa murid lain juga tengah menjalankan hukumannya. Melihat Lingga dan Mora yang datang bersama, tentu saja Tara teramat bingung. Sebab biasanya mereka adalah musuh.
"Tumben lo telat?" tanya Tara yang mendapati Mora tiba-tiba di sebelahnya.
"Hehe gue nonton drakor sampe jam 2, terus kesiangan deh..." Cengeges Mora.
"Udah gue dugong." Ujar Tara yang tak heran lagi.
"Eh lo juga ya! Tumben telat?" Kini Mora balik bertanya pada Tara dengan alis terangkat.
"Hehe gue sengaja telat biar bisa ngeliat kak Dinan lebih lama" ujar Tara dengan senyumnya yang lebar, padahal dia sedang dihukum. Memang manusia itu jika sedang di mabuk asmara akan aneh.
"Lu yang lebih ga masuk akal kocak, modus banget lu kembaran popo dasar."
"Tara, Mora, jangan sambil ngobrol. Fokus, biar cepat selesai." Tegur Dinan yang tidak sengaja melihat keduanya malah asyik mengobrol.
"Siap kak!" Jawab keduanya lalu melanjutkan berjalan jongkok.
Begitu juga Lingga yang tengah fokus dengan hukumannya, namun ada yang berbeda di dirinya hari ini, entah kenapa dia tidak berperilaku seperti biasanya yang bertingkah aneh dan suka mengeluarkan lawakan tiba-tiba.
Setelah hukuman berlalu, mereka kembali ke kelas dan lihat saja wajah Tara yang habis di hukum bukannya kelelahan namun malah sebaliknya mengeluarkan senyum lebar dengan kesaltingan tidak jelasnya itu.
"Eh gue lupa nanya soal tadi, kok lo bisa sih bareng sama Lingga lo kan anti banget Ra sama laki apalagi sampe boncengan. Gue seperti melihat keajaiban dunia." Tanya Tara pelan sebab kawan-kawan mereka yang lain sedang fokus mengerjakan tugas dari guru Matematika mereka.
"Hiperbola banget si Munaroh ini. Darurat lu tau darurat kan, tadi ojek gue di cancel mulu and angkot juga ga nemu-nemu, terus ga ngerti dah gue tiba-tiba dia nyamperin gue yang lagi diri di pinggir jalan terus udah.." jawab Mora sambil melihat ke arah meja tempat duduk Lingga, namun wajah lingga masih sama seperti tadi, lesu seperti tidak ada semangat hidup.
"Tapi lo berdua cocok Ra di liat liat" ujar Tara dengan senyum meledek sahabatnya itu.
"Apansih anjay, semua aja lu jodohin ke gua tukang somay aja lu jodohin ama gua"
Tara tertawa mendengarnya. "Engga Ra, tapi ini beneran! Serius!"
"STOPPPPP" ujar Mora dengan ngegas.
"Oke sorry, sorry.. dah yuk kerjain mtk sekarang aja nanti kan pulsek kita mau nonton basket nya SMA Garuda mweheheh ketemu orang ganteng deh gue" ucap Tara dengan ekspresi happy nya.
Tara dan mora memang sudah niat menonton pertandingan basket sma mereka, iya, SMA Garuda melawan salah satu SMA Negri di Jakarta Selatan, tentu saja mereka tidak hanya berdua melainkan ada Ancika, Sella, dan juga Alea teman satu geng yang baru mereka kenal beberapa hari yang lalu namun sudah sangat akrab sekali☆
☆☆☆
Catatan, 18 Nov 2023!
tersenyum, untuk siapa?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top