Kesekian Kalinya
Akhirnya aku tahu apa arti semua perasaan ini. Aku tahu apa arti dirimu bagiku.
Aku menyukaimu. Tidak bahkan rasa ini lebih dari itu. Aku mencintaimu dengan setulus hatiku.
Aku sadar bahwa aku telah jatuh padamu dari awal. Saat kamu menolongku waktu itu. Terjatuh saat aku melihat matamu untuk pertama kalinya.
Awalnya aku hanya penasaran tapi semakin aku mengenalmu, itu bukan lagi rasa penasaran. Aku khawatir padamu, aku sedih melihatmu bersedih. Dan aku lebih terluka melihat redupnya cahaya matamu karena orang-orang yang kau percayai.
Tapi dibalik semua rasa sakit dan kenyataan yang aku hadapi, aku bahagia. Aku bahagia akhirnya dapat melihatmu tersenyum kembali. Dapat melihat pancaran matamu yang hidup kembali, seperti dulu.
****
Ini hari teristimewa bagimu, hari dimana kamu dilahirkan. Hari dimana aku bersyukur kamu telah hadir di dunia.
Aku kini tengah menggenggam sebuah kotak. Hadiah kecil dariku untukmu. Serta satu surat sebagai ucapan selamat atas kelahiranmu dan tentu saja kebahagiaan yang kau raih kini.
Dengan senyum mengembang aku berjalan ke arah kelasmu. Dengan langkah pasti untuk meletakkan semua hadiah ini.
"KENAPA?"
Teriakan itu terdengar dari sudut sekolah tepatnya di samping taman.
Aku yang penasaran akhirnya mengikuti arah suara itu berasal. Dan disana aku melihatmu. Melihat Jesya.
Matamu tampak memerah, menahan tangis dan tangan terkepal erat. Sedangkan Jesya hanya menundukkan kepalanya. Aku tak tahu apa yang terjadi pada kalian. Hingga.....
"pokoknya aku mau kita putus Ref"
"alasannya apa? Bukannya kita baik-baik aja? Atau aku punya salah? Kalau iya, bilang ke aku jadi aku bisa perbaikin semuanya. Aku gak mau kita putus. Aku sayang banget sama kamu Jes" katamu dengan tatapan memohon dan menggenggam tangan Jesya.
"tapi aku udah gak bisa sama kamu lagi Ref"
"kenapa? Aku mau tau alasan kamu mutusin aku kaya gini"
"aku gak bisa, aku pergi" Jesya melepas dengan kasar genggaman kalian
"Jes, Jesya" panggilmu parau
"JESYA" dan kamu hanya terdiam. Tapi matamu. Matamu tak dapat berbohong bahwa kamu terluka kembali.
"Hiks.....hiks.....hiks" aku hanya bisa menangis dan menggenggam erat hadiahmu.
Aku masih memperhatikanmu sambil menangis yang terus menggenggam tanganmu hingga buku jarimu memutih.
Kenapa ini terjadi lagi padamu? Kenapa ia meninggalkanmu? Kenapa kamu harus kembali merasakan kesedihan? Padahal kamu baru saja merasakan kebahagiaan. Dan kenapa Jesya mengucapkannya di hari bahagiamu? Kenapa dia melakukan itu?
Aku tahu betapa terlukanya hatimu, dia, orang yang kamu percayai, orang yang membuatmu meruntuhkan segala tembok di dirimu, tapi dengan mudahnya meninggalkanmu, menghancurkan harapanmu akan kebahagiaan, lagi.
*****
Ini menyakitkan. Melihatmu seperti saat ini menyakitkan. Bahkan kali ini kamu lebih buruk dari sebelumnya. Bila biasanya kamu hanya bersikap dingin dan cuek, kini kamu lebih buruk dari itu. Kamu lebih sering melamun dan seperti mempunyai duniamu sendiri. Kamu lebih tak terjangkau, Ref. Bahkan kini kamu menjauh dari semua temanmu, atau kamu menjauh dari dunia?
Bahkan aku tak tahu bagaimana harus menghadapimu lagi. Surat-suratku yang biasanya kau baca -walau hanya berakhir di tempat sampah-, kini malah hanya kau tatap dengan ekspresi datar dan kau acuhkan. Padahal biasanya kau berdecak kesal atau mengerutkan keningmu.
****
Ini gila, benar-benar gila. Oh jadi ini alasan Jesya memutuskanmu? Karena ia berselingkuh? Dan ia lebih memilih selingkuhannya dari pada dirimu?
Aku melihatnya tengah bergandengan tangan dengan seorang cowok yang bisa kubilang lebih tua darimu, sepertinya ia anak kuliahan. Laki-laki itu mengusap rambutnya dengan penuh kasih sayang dan Jesya tersenyum dengan sangat manis. Bahkan mereka terlihat sangat romantis.
Tapi.....tapi...
"Jadi ini alasan kamu mau putus?" ucap Refon
Jesya terkejut dan laki-laki itu tampak kebingungan.
"Re...Ref" ucap Jesya terbata
"Sayang dia siapa?"
"Lo yang siapa? Gue cowoknya" ucapmu geram
"cowoknya? Jangan ngaku-ngaku ya lo, gue cowoknya, bahkan kami udah anniv yang kedua"
WHAT
Apa kata cowok itu barusan? Jadi? Jadi Refon??
"a...apa?" kamu nampak syok dengan kenyataan ini
"LO? Hhhh" tunjukmu pada Jesya dengan geram dan langsung berlalu dari situ.
Jadi selama ini? Kamu? Kamu yang dijadikan selingkuhan oleh Jesya?
A...ak...aku. aku minta maaf, maafkan aku. Maaf Ref, maaf, hiks....hiks....
Andai aku tahu Jesya bukanlah orang yang tepat untukmu, aku pasti akan menjauhkanmu darinya. Aku pasti tak akan membiarkan ia melukaimu. Aku pasti tak akan membiarkan kamu membuka hati untuknya. Aku pasti tak akan membuatmu luka lebih dalam lagi karenanya.
Maaf, maaf, maaf.
Maaf karena aku tak dapat melindungimu.
Aku sadar bahwa aku tak dapat mengembalikan harapanmu, aku tak dapat mengembalikan kebahagiaan yang hilang darimu. Dan kini bahkan aku juga tak dapat untuk melindungimu agar tak terluka kembali.
Aku tak berguna, aku bodoh, hiks...hiks....hiks...
*****
Apa ini begitu berat? Apa ini begitu sakit Refon? Kalau begitu menangislah, berteriaklah, tumpahkan semuanya agar kamu lebih baik.
Jangan hanya diam Refon, jangan hanya menatap langit dengan mata berkaca-kaca. Kamu boleh terlihat lemah, terlihat hancur. Disini ada aku. Aku ada untukmu meski kamu tak sadar keberadaanku. Jadi buang semua kesedihanmu dan setelah itu kembalilah menjadi Refon yang kuat. Refon yang dingin, yang merupakan tembok bagi orang lain agar mereka tak menyakitimu. Agar mereka tak tahu betapa pedihnya jalan hidupmu. Agar semua orang mengira bahwa kau baik-baik saja.
Dan akhirnya aku melihatmu menangis, kamu menangis dalam diam. Bahumu berguncang hebat dan kamu menyembunyikan tangismu dibalik lipatan tanganmu.
Menangislah sepuasmu dan aku akan menemanimu disini.
Now
Keheningan di mobil ini terasa begitu mencekam dari sebelumnya. Bahkan aku tak tahu bagaimana untuk memulai percakapan denganmu. Aku bahkan masih terkejut atas semua hal yang kita alami di mall tadi. Yang kulakukan hanyalah termenung sambil melihat pemandangan jalanan.
Dan yang paling menyakitkan adalah, bahwa aku takut untuk kehilangan posisiku di hidupmu. Dan akan kembali menjadi bayang-bayang seperti dulu.
"Di"
"...."
"Dian"
"...."
"Resandra Diana"
"y...ya" aku tersadar dari lamunanku
"kamu kenapa diam aja?"
"gak apa-apa kok" ucapku sambil tersenyum
"udah sampe"
"oh, ya. Makasih Ref, udah temenin aku seharian ini. Sampai ketemu hari senin" aku yang tersadar celingak-celinguk dan menyadari kalau sekarang aku telah sampai di rumah. Segera saja aku pamit dan keluar dari mobil Refon.
Saat aku telah keluar dari mobilmu, tak berapa lama mobil Refon pun meninggalkan pekarangan rumahku.
Akhirnya part ini selesai, maaf kalau ada typo dan maaf juga kalau ngak ngefeel ya. Moga kalian masih mau baca dan ninggalin voment ya.
Clevi
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top