Dia.......Refon
Dia, aku tak tahu bagaimana untuk menggambarkan dirinya. Dia begitu dingin, begitu tak tersentuh. Dia misterius. Dia Refondra Dion.
Bahkan untuk dapat ada di dekatnya seperti sekarang ini aku harus berusaha selama 2 tahun. Jangan katakan aku tak tahu tentangnya. Aku tahu bahkan sangat mengenal dirinya dibanding yang ia kira selama ini. Aku mengenalnya hampir separuh hidupku.
Aku mengetahui bagaimana ia yang selalu dingin pada dunia, bagaimana dunia yang membuatnya menjadi seperti sekarang. Lalu apakah kalian ingin mendengar ceritaku tentangnya?
Aku mengenalnya saat umurku 12 tahun, itu 9 tahun yang lalu. Awal aku mengenalnya saat itu aku tak sengaja bertemu dengannya di sebuah taman. Ia tampak terdiam dengan pandangan kosongnya dan saat itu aku tanpa sengaja terjatuh di depannya saat mengejar temanku.
"auhhhh" ringisku
"kau tak apa-apa?" tanyanya dan membantuku berdiri. Aku yang mendongakkan kepalaku untuk melihatnya tanpa sengaja melihat kedalam mata itu, mata yang penuh kesedihan.
"kau benar-benar tidak apa-apa? Lututmu sedikit berdarah"
"aku baik, eoh ini hanya masalah kecil aku akan mengobatinya nanti" ucapku dan berlalu dari hadapannya. Tapi tanganku ditahan olehnya.
"bagaimana kalau kita obati sekarang? Rumahku dekat dari sini, kita bisa mengobatinya di rumahku"
"baiklah"
Dia mengobatiku dengan hati-hati namun seseorang tiba-tiba masuk kerumah. Seorang pria paruh baya yang aku kira ayahnya.
"a...ayah" ucapnya gugup. Aku sedikit heran namun aku diam saja.
"hmm" lelaki itu hanya bergumam dan berlalu tanpa melihat ke arah kami. Refon hanya melihat ayahnya pergi hingga hilang dari penghilatan kami.
Aku yang berada disana merasa tak enak dan mungkin ayahnya merasa tertangggu dengan kehadiranku.
"m...makasih...."
"Refon, namaku Refon"
"ah ya aku Dian, sekali lagi makasih Refon udah nolongin aku, kalau gitu aku pulang dulu ya, dan salam pada ayahmu"
"eoh, ya" saat itu aku kembali melihat matanya yang penuh kesedihan dan juga kecewa. Aku yang melihat itu bingung dengan ini. Sebenarnya ia kenapa? Kenapa tatapan itu sering terlihat pada dirinya. Aku yang tak ingin ambil pusing segera beranjak dari rumahnya.
*******
Beberapa hari setelahnya aku tak sengaja bertemu dengannya di rumah sakit. Ia terduduk di sebuah kursi dan menunduk. Aku yang saat itu ingin menghampirinya mengurungkan niatku. Ayahnya keluar dari sebuah ruangan dan menatapnya dengan amarah yang besar.
"kamu!!!! sudah berapa kali ayah bilang bahwa kau harus menjaganya, ia adikmu dan kau sebagai kakaknya harus bisa melindunginya bahkan dengan nyawamu"
DEG
Apa yang barusan ayahnya katakan tadi? Apa aku tidak salah mendengarnya?
"kenapa kau hanya diam saja saat ia hampir celaka tadi? Kau bahkan masih baik-baik saja, sementara dia? Aish!!!
"maaf ayah"
"maaf katamu? Apa dengan sebuah kata maaf dia akan baik-baik saja? Apa kata maafmu bisa membuatnya sehat?
"maaf"
"sudahlah" ayahnya berlalu entah kemana dan ia masih diposisi semula namun aku melihat bahunya bergetar. Ia menangis.
Dan aku baru sadar ternyata ia tak baik-baik saja saat ini, lengan kiri bajunya sedikit robek dan dan lengannya berdarah, kaki kanannya juga terdapat goresan memanjang hasil bergesekan dengan jalanan. Dan bagaimana bisa tadi ayahnya mengatakan ia baik-baik saja karena nyatanya ia juga terluka.
Aku yang berada dibalik tembok ini dapat melihat semuanya dan tadi saat ia mendongakkan kepalanya aku melihat pelipisnya juga mengalami hal yang sama. Aku ingin kesana untuk menenangkannya tapi aku sadar siapa aku untuknya? Aku bahkan hanya orang asing yang pernah ia tolong.
Selama entah untuk berapa lama aku masih melihatnya. Ia tak lagi menangis tapi ia hanya terdiam. Tiba-tiba pintu ruangan disebelahnya terbuka, menampakkan sosok seorang wanita paruh baya yang cantik dan penuh aura keibuan. Ia menghampiri Refon dan memeluknya. Pelukan seorang ibu.
"maafkan ayah ya, ia hanya terlalu khawatir pada Refan, kamu mau memaafkan ayah kan?"
Refon hanya mengangguk dan semakin mengeratkan pelukan pada ibunya.
"ya ampun Refon! ayo cepat ibu obati lukamu, kenapa kau tak mengobatinya dan malah menunggu disini? Kau juga terluka sayang, kau harus menjaga dirimu, ibu sedih kau tak merawat dirimu" ibunya berkata panjang dan terdengar khawatir saat melepas pelukan mereka. Jelas sekali ia menyayangi Refon.
"maaf bu, aku tidak akan membuat ibu khawatir lagi" Refon tersenyum menjawab kecemasan ibunya. Senyum itu, dia manis bila tersenyum, senyum ketulusan.
"baiklah ibu akan panggil perawat sebentar dan kau tunggu disini" Refon hanya mengangguk dengan patuh.
Aku masih ditempatku. Melihat segala hal terjadi pada dirinya. Aku penasaran sebenarnya bagaimana kehidupan seorang Refon. Untuk pertama kalinya aku ingin mengenal seseorang tapi aku juga tidak tahu apa yang harus kulakukan agar bisa mengetahui semua itu.
Saat Refon beranjak dari kursi itu untuk diobati. Aku memberanikan diriku keluar dari tempat persembunyianku. Dengan langkah cepat aku telah tiba di depan sebuah ruangan. Nampak ayah Refon sedang menggenggam tangan seorang anak laki-laki dan hei laki-laki itu mirip sekali dengan Refon dan yang paling mengejutkanku adalah tatapan ayah Refon pada laki-laki yang mirip Refon itu. Tatapannya lembut, tatapan sangat amat menyayangi dan takut kehilangan. Dan fakta itu tanpa sadar membuatku tiba-tiba merasa sakit karena ternyata bukan tatapan seperti itu yang ayah Refon tunjukkan padanya. Bahkan aku dapat melihat tidak ada sedikitpun kasih sayang yang terpancar dalam matanya saat ia melihat Refon. Aku sudah melihatnya dua laki dan hasilnya nihil.
Semenjak hari itu entah mengapa aku menjadi sering mengikuti apapun yang berhubungan dengan Refon. Katakan aku stalker tapi aku juga tidak dapat berhenti untuk tidak melihat bagaimana keadaannya tiap hari. Meski aku tak pernah menampakkan diriku di depannya.
Jangan lupa vomentnya ya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top