Chapter 08
Netra Hee Seung menajam, menunjukkan kekesalan pada seseorang yang kini tersenyum lebar di ambang pintu dan seperti tengah dalam keadaan yang tak sadar sepenuhnya.
"Dia datang, orang gila itu," gumam Sejun.
Park Seong Hwa, si gila yang sebelumnya disebutkan oleh Sejun. Tersenyum lebar dengan pandangan yang mengarah pada sosok Hee Seung.
"Kalian di sini?" tegur Seong Hwa.
Laki-laki itu melangkahkan kakinya masuk dan baru dua langkah, tubuhnya limbung dan jatuh memeluk Hee Seung. Namun laki-laki itu justru tertawa tanpa menyadari kekesalan di wajah Hee Seung.
"Ya! Park Seong Hwa, kau sudah gila!" tegur Minji.
Minji beranjak dari duduknya dan segera menutup pintu. Sementara Seong Hwa yang memang dalam keadaan mabuk, masih bergelayut pada Hee Seung.
"Lama tidak bertemu, Hee Seung ..."
Seong Hwa tiba-tiba meracau dan menepuk kepala Hee Seung beberapa kali. Hee Seung diam, namun bukan berarti dia tidak marah dengan perlakuan orang di sampingnya itu.
Hee Seung berusaha menepis tangan Seong Hwa, namun Seong Hwa menolak untuk melepaskannya. Dan karena hal itu, Hee Seung terpaksa berbuat kasar kepada anggota NIS itu. Hee Seung menepis kasar tangan Seong Hwa hingga membuat laki-laki itu terbaring di belakangnya.
Hee Seung menghela napas berat, sementara Seong Hwa kembali tertawa dengan mata yang terpejam dan kembali meracau.
"Hee Seung ... Baek Hee Seung ... apa kau benar-benar bodoh? Kenapa kau melakukan ini padaku? Kenapa ... karier-ku terancam hancur karena ulahmu, kenapa kau melakukan ini padaku ... Baek Hee Seung!"
Minji menjatuhkan kedua lututnya di samping Hee Seung dan sempat memukul kaki Seong Hwa dengan kesal.
"Tutup mulutmu!" gertak Minji.
Wanita itu mengambil tissue yang kemudian ia berikan kepada Hee Seung untuk membersihkan tumpahan dari teh sebelumnya.
"Kau duduklah di sana."
Hee Seung hendak beranjak, namun Seong Hwa tiba-tiba menahan pergelangan tangan pemuda itu. Mata Seong Hwa tiba-tiba terbuka, dan ia pun segera bangkit. Memandang Hee Seung dengan tatapan marah yang justru terlihat linglung.
"Kenapa kau melakukan ini padaku?" tegur Seong Hwa dengan lebih serius. Namun bagaimana bisa orang yang tengah mabuk berat berbicara dengan serius.
"Hentikan, Park Seong Hwa," tegur Minji.
Seong Hwa membalas teguran Minji sembari mengarahkan jari telunjuknya ke arah wanita itu,
"kau diam saja Kim Minji ... Bukan. Noona ... kau diam saja. Aku tahu kau akan membela anak brengsek ini. Kau diam saja, aku yang akan mengurus anak ini dengan baik ... tidak, tidak. Si brengsek ini ... aku ... pasti akan memberinya pelajaran."
Hee Seung menemui batas kesabarannya. Pemuda itu menggunakan telapak tangannya untuk mendorong wajah Seong Hwa hingga membuat laki-laki itu kembali berbaring dan tak bergerak setelahnya.
Hee Seung langsung berpindah tempat ke seberang, dan sebuah dengkuran lantas terdengar dari Seong Hwa. Sejun menjatuhkan pandangannya pada Seong Hwa, menatap tak percaya. Sementara Minji kembali memukul kaki Seong Hwa.
"Dia selalu membuat masalah setiap kali mabuk, sebaiknya diapakan orang seperti ini? Kau sudah tua, kenapa masih merepotkan? Dasar tidak tahu malu!" kesal Minji yang kemudian beralih ke samping Hee Seung.
Sejun tersenyum sebelum berbicara, "dia seperti ini karena merasa kesepian. Bagaimanapun juga kita semua mengalami masa sulit setelah Divisi 9 berantakan."
"Kau ingin memaklumi kelakuan manusia satu ini?" sinis Minji.
Sejun kembali tersenyum. "Tidak ada yang berani memerintah Noona. Noona bisa melakukan apapun yang Noona mau."
"Cih, kalian benar-benar luar biasa."
Di saat kedua orang itu berbicara, pandangan Hee Seung mengarah pada Seong Hwa. Tak ada yang tahu apa yang ia pikirkan saat ini.
"Baek Hee Seung ..." Seong Hwa kembali bersuara namun terdengar lebih serak dan pelan.
"Berapa banyak yang sudah dia minum?" gumam Minji.
"Siapa yang mengundangnya datang kemari?" Hee Seung kembali bergabung dalam pembicaraan.
Minji mengarahkan pandangannya pada Sejun, berpikir bahwa Sejun lah yang memberitahukan pada Seong Hwa tentang keberadaan mereka.
Sejun yang mendapatkan tuduhan lantas menyangkal, masih dengan pembawaan yang tenang, "bukan aku. Aku tidak begitu dekat dengan orang ini sehingga harus makan malam bersama."
Minji menjatuhkan pandangannya pada Seong Hwa dan bergumam, "lalu dari mana dia tahu jika kita ada di sini?"
"Jung Subin," celetuk Sejun. "Orang ini pasti meminta Subin untuk melacak keberadaan Hee Seung. Noona seperti tidak tahu saja seberapa besar obsesi orang gila ini pada Hee Seung."
Sempat membuat kontak mata dengan Sejun, Hee Seung lantas menjatuhkan pandangannya.
Hee Seung kemudian berucap, "katakan pada Subin untuk berhenti melakukannya."
"Kenapa kau tidak mengatakannya sendiri padanya?" Seulas senyum simpul kembali terlihat di wajah Sejun ketika Hee Seung kembali memandangnya.
Minji yang menyadari suasana hati Hee Seung lantas segera menyahut, "aku yang akan mengatakannya pada Subin, kau tidak perlu khawatir."
Sudut bibir Sejun tersungging. Namun ia tersentak ketika Seong Hwa tiba-tiba meraih lututnya. Seong Hwa berusaha bangkit sembari berpegangan pada lutut Sejun.
"Makgeolli ... berikan satu lagi untukku," tersenyum lebar di akhir kalimat. Membuat siapapun yang melihatnya ingin mendorong wajahnya.
Sejun menatap jengah dan berucap dengan ketus, "matilah saja."
Sejun mendorong kepala Seong Hwa cukup kasar hingga membuat Seong Hwa kembali terjatuh ke lantai dalam posisi membelakanginya. Laki-laki kembali meracau dengan suara yang terdengar tak jelas. Kalimat yang jelas terdengar hanyalah saat ia memanggil nama Hee Seung. Seakan ia memiliki dendam pribadi terhadap pemuda itu.
Makgeolli adalah minuman beralkohol tradisional asal Korea. Minuman ini dibuat dari beras yang dikukus dan difermentasi. Warnanya putih keruh dan masih mengandung ampas beras karena minuman ini tidak disaring.
Selesai ditulis : 11.04.2021
Dipublikasikan : 11.04.2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top