||8. Insiden Tak Terduga||
"Jungkookie... kelinci gembul... ayo bangun...." Taehyung mendusel-dusel ceruk leher Jungkook, sembari menepuk-nepuk pantat anak itu. Tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun juga, Taehyung akhirnya menempuh jalan ekstrim dengan mengecupi leher, pipi, serta dahi Jungkook. Jungkook yang setengah sadar mengerang, berusaha menghentikan tindakan Taehyung. "Hyung! Hentikan."
"Tidak akan sebelum kau membuka matamu." Taehyung justru semakin gencar mengecupi Jungkook.
Sebal. Jungkook terpaksa membuka matanya yang masih terasa berat, sebelum Taehyung bertindak semakin liar. "Sudah. Ih, sana jauh-jauh. Ada apa sih ini masih pagi tahu! Lagi pula sekarang 'kan tanggal merah. Jangan coba-coba bodohi aku, ya.."
Taehyung menarik-narik lengan Jungkook agar anak itu segera bangkit dari ranjangnya. "Kau lupa ya? Kita dan Hyungdeul 'kan sudah janji akan lari pagi bersama sekarang. Cepat bangun dan bersiaplah, sebelum Yoongi Hyung yang datang dan menendang bokong montokmu itu."
Jungkook sedikit mendesah. Ia kira wacana saat makan malam kemarin hanya akan menjadi wacana. Tidak menduga kalau mereka akan benar-benar lari pagi bersama sekarang. Sungguh mengejutkan lantaran setaunya para Hyungnya itu lebih suka menghabiskan waktu bermalas-malasan di hari libur seperti ini. Apa lagi Yoongi Hyung.
"Cepat Jungkook!" seru Taehyung.
"Iya-iya." Jungkook beranjang menuju kamar mandi dengan langkah malas-malasan.
"Kami beri waktu lima menit. Jangan malah tidur lagi di kamar mandi!"
Jungkook mengacuhkan seruan Taehyung itu.
*
Sinar matahari pagi mengiringi lari kecil Jungkook bersama keenam kakaknya. Mereka hanya berlari di sekitaran komplek perumahan. Saat ini dirinya yang tengah memimpin sementara enam kakaknya itu tertinggal di belakang. Mereka tampak sudah mulai kelelahan, padahal tadi mereka yang terlihat paling semangat. Sebaliknya justru Jungkook yang terlihat penuh energi sekarang.
"Jungkook-ah!" teriak Namjoon. Jungkook menoleh kebelakang lalu mengganti posisi menjadi berlari mundur. "Pelan-pelan saja! Kita tidak sedang lomba lari!" Hoseok di sebelahnya lantas menyambung. "Yak! Jangan berlari seperti itu! Nanti kau jatuh!"
Mengabaikan peringatan Hoseok, Jungkook membalas teriakan Namjoon. "Hyungdeul yang harusnya lebih cepat. Kalian lambat sekali seperti keong! Kalau begitu percuma lari pagi, tidak keluar keringat!"
Taehyung yang mendengarnya langsung terpantik. "Eoh? Jadi kau menantang? Lihat saja, siapa yang larinya seperti keong!" Tepat setelah berkata demikian, Taehyung memacu kecepatan larinya dua kali lipat. Jungkook di depan sana pun lari menjauhi Taehyung.
"Yak! Kalian! Jangan berlebihan!" teriak Jin memperingati.
"Taehyung-ah. Tunggu aku!" Jimin segera berlari menyusul Taehyung dan Jungkook. Spontan empat tetua mengehela napas berat.
"Astagaaa... anak-anak itu. Awas saja sampai membuat masalah lagi," decak Seokjin gemas dengan tingkah trio maknae itu. "Oh iya, kenapa dari tadi aku tidak mendengar suara Yoongi? Di mana dia?"
Seokjin, Namjoon, dan Hoseok saling berpandangan. Lalu serempak menoleh ke belakang, dan benar saja seperti firasat mereka. Yoongi berada jauh di sana sembari berjalan santai, lebih tepatnya malas-malasan. "Memang sebuah keajaiban dunia kalau Yoongi Hyung sampai mau olahraga pagi seperti ini," celetuk Hoseok.
"Hyung! Lari! Bukannya jalan kaki!" teriak Namjoon pada Yoongi yang di balas lambaian tangan tak peduli.
"Yang tadi kelebihan energi, yang ini justru kekurangan energi." Namjoon dan Hoseok manggut-manggut menyetujui pernyataan Seokjin.
*
"Tunggu dulu? Kenapa tidak ada yang membeli minum?" tanya Seokjin ketika tidak menemukan satu botol pun minuman. Kini ketujuh pemuda itu tengah memakan ramen yang tadi mereka beli di minimarket terdekat setelah selesai lari pagi.
Mereka semua tampak kelelahan dan kelaparan di saat yang bersamaan. Jimin, Taehyung, dan Jungkook bahkan sudah seperti mandi keringat. Bagaimana tidak, mereka berlari dengan kecepatan tinggi sudah seperti berada di perlombaan. Sebaliknya Yoongi tidak berkeringat sama sekali, kendati demikian ia yang sedari tadi mengeluh lelah.
"Ya sudah, tunggulah di sini, aku akan membelinya," tawar Jungkook. Begitu mendapat uang dari Seokjin ia pun kembali ke minimarket yang tadi. Jungkook mengambil tujuh botol air mineral dan segera membayarnya ke kasir.
Ketika ia di perjalanan kembali. Jungkook merasa seperti ada seseorang yang membututinya, beberapa kali ia menoleh ke belakang, tetapi tak ada siapa pun. Hingga di langkah kesekian, seseorang menabrak bahunya dengan lumayan keras hingga mampu melepaskan pegangan Jungkook pada kantong plastik yang menyimpan minumannya. Sehingga minuman itu kini berserakan di jalan.
"Ah, maafkan aku, Tuan." Jungkook membungkuk pada sosok pria berhoodie hitam yang baru saja ia tabrak. Ia merasa itu salahnya sebab tidak fokus melangkah. Jungkook lalu memunguti minumannya. Saat ia hendak mengambil satu botol yang jatuh agak jauh darinya, sosok pria tadi sudah lebih dulu mengambilkannya. Jungkook menerimanya seraya berkata, "Terima kasih, Tuan," ucap Jungkook kembali menundukkan tubuh.
Pria tersebut tetap tak membalas, alih-alih langsung pergi begitu saja. Jungkook menatap antara punggung yang semakin jauh dan botol minum di genggamannya, lantas melanjutkan langkah.
"Kenapa lama sekali," protes Taehyung pada Jungkook yang menyerahkan minuman dalam kantong kresek tadi.
"Maaf, tadi ada sedikit insiden. Aku tidak sengaja menyenggol seseorang saat berjalan."
"Duh. Makanya jalan itu pakai mata."
"Jalan itu pakai kaki," sangkal Jungkook pada Taehyung.
Saat Taehyung hendak membalas perkataan Jungkook, Yoongi lebih dulu membungkamnya. "Teruslah berdebat dan kalian akan kusiram dengan kuah ramyeon ini."
Taehyung dan Jungkook langsung terdiam. Sementara Seokjin, Namjoon, Hoseok, dan Jimin terkikik menyaksikan hal tersebut. Selanjutnya ketujuh pemuda itu sibuk menikmati makanan mereka. Jungkook membasahi tenggorokannya dengan air minum yang tadi dibelinya terlebih dahulu sebelum memakan ramyeon. Keningnya kemudian mengernyit kecil waktu rasa air tersebut berbeda dari biasanya. Kendati demikian Jungkook tak memusingkannya lebih lanjut.
Sejam kemudian mereka memutuskan kembali ke rumah, setelah perut mereka terisi penuh. Tidak seperti tadi, kini Jungkook justru tertinggal di belakang kakak-kakaknya. Langkahnya semakin melambat setiap sekonnya, sebab ia sibuk mengendalikan napasnya yang terasa sesak. Namun bukannya membaik, malah memburuk membuat Jungkook kontan memegangi dadanya yang terasa perih.
Taehyung menoleh kebelakang. "Jungkook-ah. Cepat sedikit. Kenapa sekarang kau yang jadi selambat keong." Jungkook tak menjawab. Anak itu menunduk bertumpu pada lutut. Taehyung yang melihat keanehan tersebut spontan menaikan sebelah alisnya, detik berikutnya dibuat cemas ketika mendadak Jungkook limbung begitu saja. Taehyung sontak berlari mendekati Jungkook. Melihat Taehyung berlari, kelima pemuda yang lain menoleh, dan langsung menyusul Taehyung begitu mendapati Jungkook tergeletak di atas aspal.
"Yak! Jungkook-ah! Ada apa denganmu!" seru Taehyung panik melihat adiknya tampak kesulitan mengambil napas.
"Hyunghh... se... sak. Dadaku... perih...," ucap Jungkook susah payah. Bola matanya yang memerah menatap Taehyung sayu. Tangannya tanpa sadar menggenggam erat tangan Taehyung.
"Hyung bagaimana ini? Ada apa dengan Jungkook," tanya Jimin dengan getar ketakutan. "Tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa," ucap Hoseok seraya mengusap bahu Jimin, mencoba menenangkan pemuda yang dua tahun lebih muda darinya itu. Meski tidak dipungkiri kalau saat ini ia tak kalah kalutnya.
Yoongi segera memeriksa jantung Jungkook, dan terkejut waktu merasakan detakan itu sangat lemah. Yoongi menyibak poni Jungkook yang kini lepek karena keringat dingin. "Jungkook-ah, kau dengar, Hyung?" Jungkook mengangguk kecil. "Bagus, tetap jaga kesadaranmu, oke? Kita ke rumah sakit sekarang."
"Hyung." Yoongi cuma berujar sepatah kata dan Seokjin langsung mengerti. Tanpa membuang waktu lama ia segera memindahkan Jungkook ke punggungnya dan berlari pulang. Seokjin dapat mendengar dengih napas Jungkook yang berat.
"Jungkook-ah, ada apa dengamu? Kenapa tiba-tiba begini?" bisik Seokjin di tengah-tengah ketakutannya. Kemudian ketakutan tersebut berlipat ganda ketika ia merasakan Jungkook melemas di punggungnya, waktu ia menoleh mata Jungkook telah terpejam. "Yak! Jungkook-ah! Jangan tidur!"
Yoongi segera mengambil alih Jungkook. "Sial," umpatnya begitu tak merasakan embusan napas di bawah hidung Jungkook. Ia pun langsung melakukan CPR. Tindakan Yoongi tersebut menambah kekhawatiran yang lain.
"Kim Jungkook! Bernapaslah, bodoh!"
•
To be continued
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top