||13. Dia yang Kabur||

Malam itu Seokjin pulang lebih awal setelah mendapat kabar dari Yoongi kalau Jungkook pingsan. Setibanya ia di rumah, kelima adiknya yang lain sudah duduk di ruang menonton. Seokjin segera bergabung dengan mereka. "Bagaimana keadaan Jungkook sekarang, Yoon?"

"Jungkook masih demam, tapi aku sudah memberinya obat. Kuharap suhu tubuhnya segera turun."

Seokjin mengangguk paham. Yang tertua itu mengedarkan pandangan menatap satu per satu adiknya. Ia lah yang meminta agar Namjoon dan Hoseok pulang lebih awal, sebab ada hal yang ingin ia dan Yoongi bicarakan. "Sebenarnya Hyung berniat menceritakan masalah ini pada kalian saat semuanya sudah selesai ditangani, karena Hyung tidak mau kalian terlibat lebih dalam."

"Apa maksud, Hyung, Hyung tidak mau kami terlibat lebih dalam. Bukankah kita keluarga? Tentu saja kita harus terlibat." Taehyung menyela dengan memampangkan wajah tak terima.

"Biarkan Hyung selesai bicara, Kim Taehyung. Siapa yang mengajarimu menyelak perkataan yang lebih tua?" Yoongi berdesis tajam, dan Taehyung langsung menunduk meminta maaf.

Seokjin pun melanjutkan. "Ini mengenai, Jang Goeun. Kalian masih mengingat pria itu?"

Jang Goeun. Tentu mereka mengingat laki-laki gila itu. Dulu mereka melakukan segala cara untuk menjebloskan lelaki itu bersama antek-anteknya ke penjara. Mereka memperkerjakan anak-anak di bawah umur sekaligus menganiayanya. Jungkook adalah salah satu korban kejahatan lelaki itu.

"Pria itu berhasil kabur dari penjara seminggu yang lalu." Pernyataan Seokjin berikutnya merupakan kejutan yang tak pernah ingin mereka dengar. "Hyung baru mengetahuinya saat melaporkan kasus keracunan Jungkook tempo hari. Tim paman Jongsuk yang akan menangani pemburuan Jang Goeun."

"Apa yang menimpa Jungkook hari ini, apa mungkin ada kaitannya dengan Jang Goeun, Hyung." Jimin buka suara.

"Hyung juga mencurigai hal itu. Jika itu benar, mulai sekarang kita harus benar-benar waspada. Kita tidak pernah tahu apa yang bisa seorang kriminal seperti Jang Goeun lakukan. Hyung juga minta pada kalian, jika kalian menemukan hal aneh yang mencurigakan, segera beritahu Hyung."

Mereka serempak mengangguk. Seokjin lalu beranjak menuju kamar para maknae untuk melihat keadaan si bungsu. Seokjin duduk di sisi kasur Jungkook, mengusap rambut anak itu yang basah lantaran keringat dingin Hati Seokjin tak bisa tak berdenyut nyeri sewaktu melihat raut pucat pasi adiknya. "Hyungie...," lirihan serak Jungkook lantas terdengar, diiringi kelopak matanya yang mengerjap.

"Hei," sapa Seokjin lembut.

Jungkook memusatkan pandangannya yang berbayang ke arah Seokjin. "Pusing," adunya dengan kedipan sayu. Seokjin lantas memijat kening Jungkook.

"Merasa lebih baik?"

"Eum," gumam Jungkook tanpa tenaga. Ia memejamkan matanya, menikmati pijatan-pijatan lembut yang Seokjin berikan.

"Kau belum memakan apa pun dari tadi bukan? Hyung buatkan, bubur, ya?"

Jungkook spontan menggeleng. "Sup saja. Tidak mau bubur," tawar Jungkook.

"Baiklah sup. Tapi janji harus dihabiskan."

Jungkook lagi-lagi menggeleng. "Tidak janji."

"Mana bisa begitu, Hyung sudah setuju mau memasakan sup, maka Jungkook juga harus setuju mnghabiskan sup masakan Hyung."

"Hyungie...," rengek Jungkook yang mengundang kekehan kecil Seokjin. Lelaki itu mengangkat pandangannya dan menemukan Jimin dan Taehyungg tengah mengintip dari balik pintu. Ia lantas mengedikkan kepalanya menyuruh keduanya masuk.

"Jimin dan Taehyung tolong temani Jungkook sebentar, ya. Hyung akan memasakan sup dan makan malam untuk kalian."

Jimin dan Taehyung mengangguk patuh. Seokjin pun beranjak pergi dari sana. Kini ditempat Seokjin duduk tadi digantikan oleh Jimin dan Taehyung. Jimin melanjutkan memijit kening Jungkook. Pemuda itu kontan menghela napas lega sewaktu merasakan suhu tubuh Jungkook lebih rendah dari sebelumnya.

Mereka juga bersyukur, Jungkook tidak kembali histeris seperti saat pertama kali sadar.

*

"Ayo, satu suapan lagi saja, Kook."

Jungkook setia merapatkan mulutnya. Melayangkan protes dengan mulutnya yang di tutupi oleh telapak tangan. "Tidak mau. Dari tadi juga Hyung bilang satu suapan lagi, tapi nyatanya ini sudah suapan kelima. Aku tidak mau, Hyung. Sudah kenyang, perutku mual juga," rengek Jungkook. Seokjin lantas menghela napas, memilih mengalah.

Ia meletakan semangkuk sup tadi ke atas meja, dan meraih segelas air minum. Menyodorkannya pada Jungkook yang diterima tanpa banyak protes. Selanjutnya Seokjin menyodorkan beberapa pil yang telah Yoongi siapkan untuk Jungkook. Spontan tatapan Jungkook berubah nelangsa memandangi tiga buah pil pahit yang harus ia telan. "Hyungie...."

"Tidak ada Hyungie-hyungie. Cepat telan pil ini, Kook," tegas Seokjin tak mau dibantah. Kalau sudah begini Jungkook tak bisa menawar lagi. Jungkook menelannya satu persatu dengan memejamkan mata.

Seokjin menepuk-nepuk puncuk kepala Jungkook. "Anak pintar," pujinya, yang dibalas cebikan. "Sekarang, istirahatlah lagi," tuturnya seraya membereskan mangkuk makanan Jungkook lantas pergi meninggalkan Jungkook sendirian.

Jungkook menghela napasnya pelan. Mata bambinya mengedar menyusuri ruangan. Bibir bagian dalamnya tanpa sadar ia gigiti. Sendirian di ruangan itu bertemankan kesunyian setelah apa yang terjadi, membuat Jungkook tidak nyaman. Beruntung tidak lama kemudian salah satu kakaknya datang.

"Sudah merasa lebih baik?"

Jungkook mengangguk singkat. "Hoseok Hyung, malam ini bolehkah aku tidur di kamar Hyung."

Kedua alis Hoseok terangkat. "Ada apa?"

Jungkook menggeleng. "Tidak kenapa. Hanya saja aku rindu Hoseok Hyung," cicit Jungkook.

"Benar begitu?" goda Hoseok.

Jungkook mengangguk berkali-kali. "Benar. Rindu sekali."

Hoseok lantas terkekeh. "Baiklah kalau begitu. Kau bisa tidur dengan Hyung malam ini."

Senyum Jungkook sontak mengembang. Ia pun merentangkan kedua lengannya lebar-lebar le arah Hoseok. "Gendong...."

"Dasar bayi besar," ledek Hoseok, tetapi tetap menuruti permintaan Jungkook. Ia menggendong Jungkook ala koala. Jungkook pun meletakan dagunya di pundak Hoseok dengan nyaman. Seketika aroma khas pemuda itu memasuki hidung Jungkook. Aroma tubuh Hoseok itu adalah aroma favorite Jungkook.

"Loh, mau ke mana?" cegat Jimin dan Taehyung sewaktu melihat Hoseok keluar dari kamar mereka bersama Jungkook.

"Malam ini Jungkook akan menginap di kamar, Hyung."

"Heh, mana bisa begitu."

Jimin mengangguk menyetujui ujaran Taehyung. "Iya, mana bisa begitu."

"Ya bisa," sahut Hoseok santai.

"Kalau gitu kami juga ikut."

"Heh tidak bisa. Kasur Hyung tidak muat menampung dua orang lagi."

"Kalau gitu aku saja," tukas Taehyung cepat.

"Iya—eh, apa? Tidak. Aku saja." Jimin nyaris menyetujui perkataan Taehyung yang dapat merugikannya.

"Astaga kalian ini. Kalian menginapnya lain kali saja. Hari ini biarkan Jungkook istirahat dengan tenang." Selesai berkata demikian, Hoseok langsung menarik tungkai kaki menuju kamar tidurnya. Sementara Jungkook melambaikan tangannya ke arah Jimin dan Taehyung yang masih berdiri di ambang pintu.

Behind The Scripts

"Kook."

"Ya, Hyung?" sahut Jungkook diambang kantuk.

"Karena malam ini Hyung sudah mengizinkanmu tidur di sini. Boleh Hyung minta sesuatu padamu?"

Jungkook mengangguk di pelukan Hoseok.

"Besok, apa pun yang para Hyung tanyakan. Berjanjilah kau akan menjawabnya dengan kejujuran seratus persen, bisakan?"

Jungkook lagi-lagi cuma mengangguk. Hoseok bahkan tak yakin kalau anak itu benar-benar mendengarkan.


To be continued

Terima kasih telah membaca^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top