||11. Pria dari Masa Lalu||
Kemunculan pria dari masa lalu, telak mengusik ketenangan Jungkook. Kemunculannya di rumah sakit, membuat Jungkook memahami bahwa penyebab ia begitu kemarin karena pria itu. Jungkook mengamsumsikan bahwa laki-laki yang kala itu menubruknya, adalah suruhan pria itu, menukar salah satu botol minuman yang Jungkook bawa.
Setidaknya Jungkook bersyukur, bukan salah satu dari kakaknya yang mendapatkan minuman beracun tersebut. Kendati demikian, Jungkook tak tahu perbuatan macam apa lagi yang bisa pria itu lakukan. Jungkook resah tentu saja, terlebih pada keselamatan para kakaknya.
Jungkook tak mengerti bagaimana pria itu bisa kembali. Padahal seingatnya sosok itu seharusnya masih berada di balik jeruji besi. Apa mungkin dia kabur? Apa pun itu, Jungkook harus mencari tahu secepat mungkin.
"Jungkook! Kim Jungkook!" Jungkook terkesiap kala panggilan menggelegar disertai senggolan di lengannya datang.
"Sangat menyenangkan melamun di kelasku, bukan?" seru wanita paruh baya di depan kelas galak. Mata di balik kaca mata itu, mendelik tajam. "Sekarang cepat kau kerjakan soal ini. Sepertinya kau sudah sangat pintar sampai-sampai mengabaikan penjelasanku."
Jungkook menghela napas pendek. Melirik Minggyu yang duduk di sebelahnya, pemuda itu cuma membalas dengan ringisan. Jungkook paham ia tak bisa mengandalkannya. Pada akhirnya, Jungkook diusir dari kelas, sebab cuma mampu menatapi deretan angka di papan. Padahal rasanya Jungkook sudah mempelajari materi itu, tetapi segala yang terjadi padanya dua hari yang lalu sukses memporakporandakan isi otaknya.
"Sepertinya, kau sedang meresahkan sesuatu." Jungkook agak terperanjat waktu mendengar suara Sungjae yang tiba-tiba muncul.
"Apa yang, Hyung lakukan di sini?"
Sungjae mengangkat bahunya. "Ke toilet mungkin?" jawab Sungjae tak sungguh-sungguh. "Aku dengar kau baru saja keluar dari rumah sakit?"
Jungkook mendadak menghentikan langkah, seraya berkata. "Aku keracunan," ucap Jungkook. Sungjae turut menghentikan langkah, berdiri berhadapan dengan Jungkook.
"Oh ya? Bukankah kau bilang, kalau kau hanya diare biasa pada teman-temanmu?"
"Seseorang menukar minuman yang kubeli, dengan minuman beracun." Jungkook berusaha membaca mimik wajah Sungjae. Bukan tanpa alasan Jungkook mengatakan itu pada Sungjae. Sungjae adalah bagian dari masa lalu kelam yang berhubungan dengan pria itu, yang patut Jungkook curigai keterlibatannya. Apa lagi mereka muncul di saat yang nyaris bersamaan. "Menurut, Hyung, siapa kira-kira yang melakukan itu padaku?"
Sungjae terdiam sebentar, tampak berpikir. "Entahlah. Mungkin seseorang yang membencimu?"
"Hyung membenciku."
Sungjae mengangguk-ngangguk, ada senyum tipis yang muncul di sudut bibirnya. "Benar juga, aku membencimu. Oh, tunggu dulu, apakah aku bisa mengatakan kalau kau sedang menuduhku sekarang?"
"Hyung bisa menganggapnya begitu. Dan aku sangat berharap, kalau itu benar-benar sekadar tuduhan."
Setelah berkata demikian, Jungkook langsung melenggang meninggalkan Sungjae semdirian di koridor yang lengang.
*
Peluh Jungkook menetes deras. Rambut lebatnya bahkan sampai basah karenanya. Pemuda itu meneguk rakus botol minumannya.
"Performamu menurun hari ini, Kook." Pelatih taekwondo clubnya datang sembari melemparkan sebuah handuk kecil. Jungkook tangkas menangkapnya.
"Mungkin karena Jungkook baru saja sembuh pelatih." Itu Minggyu yang menyahut.
"Kau sempat sakit?" Jungkook mengangguk. "Akhir-akhir ini kau sering sekali sakit. Konsumsilah vitamin, dan jaga tubuhmu itu, turnamen sebentar lagi. Aku tidak mau pemainku bertarung dalam keadaan tidak fit."
"Baik, pelatih," sahut Jungkook singkat. Pelatihnya pun mengangguk seraya menepuk-nepuk pundak anak itu, lalu berlau pergi. Sejurus kemudian, Jungkook langsung merebahkan tubuhnya di lantai, dan menutupi wajahnya dengan handuk. Anak itu merasa kecewa pada dirinya sendiri.
"Makanya, Kook. Jangan terlalu banyak menyemil wortel. Aku tahu wortel itu sehat, tetapi apa pun yang berlebihan itu tidak baik tahu."
"Sudah berapa kali aku katakan, kalau aku tidak diare gara-gara kebanyakan makan wortel. Lagi pula mana ada orang diare gara-gara hal itu."
"Ada. Tuh kau buktinya."
Jungkook menggeram kesal, melempar handuk di wajahnya ke arah Minggyu. "Aku bilang tidak."
Minggyu tertawa. Senang berhasil menggoda temannya itu. "Iya-iya. Sudah sana cepat berkemas. Aku mau pulang."
Jungkook mendengkus, tetapi tetap menurut. Saat ia bangkit, pandangan matanya tidak sengaja tertuju ke arah bangku penonton, dan di sana ia menemukan Sungjae tengah duduk menatap ke arahnya. Pemuda itu melambaikan tangan, seraya tersenyum, tetapi Jungkook sama sekali tak menghiraukan. Alih-alih ia memasang wajah datar.
"Kenapa?" tanya Minggyu menyadari perubahan ekspresi anak itu.
"Tidak. Bukan apa-apa."
*
Sewaktu Jungkook keluar dari gedung sekolahnya, Seokjin sudah tampak menunggu di sana. Dari dalam mobil, dengan kaca yang turun ia melambaikan tangan. Jungkook segera menghampiri, sementara Minggyu pulang dengan sepedanya.
Sebetulnya sepeda Jungkook sudah selesai dibenahi. Namun, entah apa alasannya, sejak Jungkook pulang dari rumah sakit, Yoongi dan Seokjin tidak mengizinkan Jungkook pergi dengan sepeda gayung lagi. Tidak hanya itu, mereka bahkan sepakat kalau kemana pun Jungkook pergi mulai detik itu harus di antar dan jemput. Jungkook sempat melayangkan protesnya sebenarnya, tapi mau apa lagi. Kalau keputusan dua kakak tertua sudah bulat, ia tak mampu melakukan apa pun selain menurut.
"Kenapa lemas sekali?" tanya Seokjin begitu Jungkook duduk di sebelahnya.
"Apa yang, Hyung harapkan, aku baru saja selesai latihan," sahut Jungkook pelan.
Seokjin mengusak rambut berpeluh Jungkook. "Aigoo, adik Hyung sudah bekerja keras, eoh." Seokjin mengernyir melihat tangannya yang turut basah lantaran peluh Jungkook. Ia lantas mengusapkannya ke baju Jungkook.
"Ah, Hyung...," rengek Jungkook.
"Apa? Itu juga kan keringatmu."
Jungkook tak lagi menanggapi sebab sedetik yang lalu, waktu pandangannya tak sengaja berlabuh di spion mobil, dan lagi-lagi melihat pria itu. Keresahan kembali menyelimutinya. Jungkook duduk tak tenang, meremas jemarinya. Hal tersebut tak lolos dari perhatian Seokjin.
"Ada sesuatu yang mengganggumu, Kook?"
Jungkook menoleh, lantas menggeleng terpatah.
"Benar?"
"Tidak ada yang menggangguku, Hyung. Tenang saja."
"Hyung tahu kau sudah semakin dewasa sekarang. Tapi jika kau dalam masalah, sekecil apa pun, kau harus tetap bercerita pada Hyung-hyungmu. Apa lagi masalah besar, Hyung tidak suka kau menyembunyikan sesuatu."
Jungkook menggigit bibir bagian dalam. Dan mengangguk singkat sebagai jawaban. Tidak butuh waktu lama bagi mereka sampai di rumah. Seokjin langsung kembali ke restoran setelahnya, mengatakan kalau Taehyung dan Jimin akan pulang sebentar lagi.
Jungkook pun bergegas menuju kamarnya, hendak beristirahat. Ia baru saja meletakan ranselnya di atas meja, sewaktu dikejutkan dengan kemunculan sosok pria dari balik daun pintu.
"Terkejut?" ujar sosok itu seraya tersenyum.
Sementara Jungkook membatu di tempatnya. Nyaris lupa bagaimana caranya bernapas.
•
To be continued
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top