H O M E -2-
HOME -2- : Stella
Bintang.
Itu adalah deskripsi paling sesuai untuk Mulan dan Milan.
Mereka adalah bintang sekolah. Hampir semua murid dan guru mengenal mereka.
"Pagi Mulan! Milan!"
"Pagi juga." Lalu sepanjang lorong, Mulan dan Milan menjawab sapaan itu.
Mereka pintar. Tentu saja kesayangan guru.
"Eum... Milano hadir? Tolong jawab nomor 3 di papan tulis, ya."
"Siap pak!" Tentu Milano maju, dan tentu diakhiri oleh decakan kagum murid dikelas.
Teman? Tentu saja banyak.
"Mulan, kantin yuk!"
"Gue samper Milan dulu deh kayaknya, duluan aja." Lalu bunyi 'yah' panjang dilantunkan oleh 3 orang perempuan disana.
Tetapi... Yang benar-benar mengerti mereka?
Sedikit. Totalnya hanya 5 orang yang benar-benar mengerti mereka. Yang tau kondisi mereka yang sebenarnya.
"Wey, ga usil lagi kan tangan lo?" Rakha datang dan menepuk pundak Milan lalu duduk di sampingnya.
Milan cengengesan, "Kadang sih." lalu sebuah buku yang digulung mendarat penuh kasih sayang di kepalanya dilanjut suara mengaduh dari Milan. Pelakunya adalah Adhan, si ketua OSIS.
"Nyeri wey, ngapain mukul gue sih?" Milan mengusap bagian kepalanya yang terkena pukulan kasih sayang.
"Eleh, dipukul segini doang ngomong nyeri, tapi kalo tangannya usil bilangnya biasa aja. Abis ini kalau ketahuan lagi usil, bukan buku, gue pake batu bata," ancam Adhan.
Milan terlihat berfikir lalu menjentikkan jari nya, "boljug tuh, pukul aku dong qaqa."
ctak!
"Aduh!" Sentilan dengan bumbu cinta mendarat di dahi Milan. Pelakunya, kembaran nya, Mulan. "Ayo, coba ngomong lagi, gue gak denger."
Lalu Mulan duduk persis di depan Milan sambil menyodorkan telinganya. "Ayo diulang, Mil."
Milan membeku. Selain Mulan yang sedang bersiap dengan sentilan selanjutnya, ada Lavina dan Anya di belakang Mulan yang terlihat siap mengomeli nya kapanpun.
"Eu-eum... Gak ada, gue gak ngomong apa-apa kok." Milan membentuk 'peace' di kedua jarinya lalu menghela nafas saat Mulan menarik diri. Juga Lavina dan Anya yang sudah duduk di bangku yang kosong.
"Rere mana? Belum dateng?" Tanya Anya. Sebelum menjawab, Rakha membuka botol minumnya terlebih dahulu, "Revali lagi susulan ekonomi, minggu kemaren kan dia tepar," ucapnya lalu meminum airnya
"Kenapa, Nya? Kangen?" Milan mencoba untuk menggoda Anya. Tapi reaksi nya tidak seperti yang Milan bayangkan. "kuping kau budek kah atau tuli? Sudah kubilang minggu kemarin kalau Revali tuh sepupuku, bodat."
Milano speechless. Niat Milan cuma nge godain malah kena semprot pake logat kampung halaman Anya. "Sori, Nya, sori." ucap Milan sambil menyatukan kedua telapak tangannya.
"Dahlah, gapapa. Ini mau pesen dulu apa nungguin Revali dulu?" Tanya Mulan. "Gausah kayaknya, dia kalau pelajaran Pak Eko cepet kok." jawab Lavina.
"Yo watsap geis, Revali ganteng disini datang membawa kegembiraan bagi anak 11 IPS 2 bahwasanya hari ini setelah istirahat kita free sampe pulang!"
"Oh..."
"Milanjing, anak ipa shaddap aja." Revali lalu Menempatkan diri di samping Anya.
Mereka memesan makanan masing-masing. Sembari menunggu, mereka pun saling bercerita. Tentu dengan Milan sebagai topik pembicaraan utama. Bagaimanapun juga, mereka berada di sini karena Milan.
Tak terasa, makanan pun datang dan mereka makan dengan khidmat.
"Eh iya. Malem ini jam 7 atau jam 8 komplek gue mati lampu. Mau main ga?" Tanya Adhan. Yang lain tampak menelan makanannya sebelum menjawab.
Udah jadi weird habbit mereka kalau ada salah satu dari mereka yang rumah atau kompleknya mati lampu, mereka bakal kesana buat stargazing.
"Boleh, gue juga gak ada jadwal sih hari ini," ucap Lavina sambil menatap yang lain. Yang lain mengangguk setuju lalu menatap Milan.
"Milan gimana?" Tanya Anya. Mulan lalu menatap Milan. Dan sekarang mereka tatap-tatapan. Kalau muka mereka ga sama, mungkin banyak orang yang salah ngira kalau mereka itu pasangan.
"Kalau lo ga pergi, gue juga nggak." Mulan nyeletuk dan melanjutkan makannya. Sementara Milan berpikir panjang, dia tau resiko dari keluar malem buat dirinya sendiri.
"Gue... ikut deh. Kapan lagi gue main sama kalian, kan jarang."
Mendengar jawaban Milan, yang lain merasa campur aduk. Mereka senang karena Milan akhirnya ikut mereka main, tetapi juga khawatir tentang sanksi nya.
"Lo gapapa? Tapi kan, jam malem lo..." Rakha tidak menyelesaikan kalimatnya dan malah menatap Milan dengan ekspresi yang tidak bisa di baca.
"Gapapa, sekali-kali. Lagian kan Mulan juga ikut," ucap Milan.
"Ohh... yaudah."
Karena Milan tau, Mulan gak bakal ngebiarin papa mereka nyentuh dia walau sehelai rambut doang. Itu juga kalau papa mereka pulang ke rumah hati ini.
~°~°~°~
Malem jam 7. Mulan dan Milan lagi siap-siap buat jalan. Milan siap duluan, dia pake kaus panjang abu-abu dengan strip kuning sama jeans, terus sepatunya warna putih.
Gak lama, Mulan turun ke bawah pake kaus V-neck putih oversize dilapisin kardigan merah, bawahannya pake skinny jeans item dan slipper coklat.
"Ayo Mil, berangkat." Mulan ngomong gitu sambil muter-muter kunci mobilnya.
Rumah Adhan gak begitu jauh dari rumah mereka, 3 km doang. 2 komplek dari komplek mereka.
"Mau kemana kalian malem-malem gini?"
Suara itu membuat Milan terlonjak. Milan langsung ngebalikin badannya dan ngeliat sosok yang paling gak mau dia temuin.
"Main." Mulan ngejawab singkat dan langsung narik Milan buat pergi dari situ.
Papanya gak tinggal diam. Dia narik Milan yang mana ngebikin Mulan ikut ketarik ke belakang. Mulan kesel dan ngeliat tajem papanya.
"Lepasin Milan, dia mau pergi sama saya." Papanya naikin dagunya. "Emangnya mau kemana? Perempuan main malem-malem tuh perempuan yang gak bener!"
Ronan, papa mereka, mulai ngebentak. Dan Mulan nyeringai ngeliat kesempatan itu.
"Oh? Berani ngebentak saya, tuan Ronan? Gak takut ancaman istri situ yang lagi keluyuran malem-malem juga?" Mulan narik Milan ke belakang dia. Biar gak ke sentuh sama Ronan.
Inilah Mulan, dia gak akan takut sama Ronan selama perjanjian Ronan dan Lea, masih berlaku. Dan Mulan bakal manfaatin itu terus buat ngelindungin Milan. Walau dia tau itu gak bakal seberapa.
Ronan mengepalkan tangannya. Dia naik pitam. Rasanya ingin meledak-ledak tapi ia tau konsekuensi nya. Maka dari itu dia berbalik dan berjalan sembari berteriak,
"Terserah kalian!"
Mulan menyeringai, kali ini ia yang menang. Lalu ia berbalik menatap Milan yang masih terdiam.
"Hehe, Mulan yang menang." Mulan membentuk peace dengan jari nya dan mengarahkannya ke Milan. Milan tersenyum dan mengangguk.
Malam ini, mereka bebas.
~°~°~°~
Hai, apa kabar? Semoga baik-baik saja.
HOME itu 1 chapternya gak bakal panjang banget. Paling minimal1000 dan maksimal 3000 kata.
Jadi ya... gitu ini bakal pendek-pendek aja.
Terimakasih telah membaca!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top