Chapter I : The Book

"Hei, Jesse William Mills, tolong perhatikan saya yang sedang menerangkan pelajar," sahut Mr. Johnson yang membuatku terkejut.

"Maaf mister, aku tidak akan melamun lagi," jawabku sambil menundukkan kepala.

"Baiklah."

Kenapa aku selalu terbayang-bayang dengan mimpi yang selalu datang di setiap tidurku? Sudahlah aku harus berhenti memikirkan hal tersebut, aku takut Mr. Johnson marah lagi kepadaku.

----------------

"Baiklah, anak-anak, karena mulai besok kalian libur musim panas, saya akan memberi tugas. Saya ingin kalian membuat kelompok beranggotakan 6 orang. Tugas kalian adalah mengunjungin tempat bersejarah, kemudian kalian sekelompok membuat sebuah karya ilmiah tentang tempat bersejarah tersebut atau benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan tempat bersejarah tersebut. Tugas dikumpulkan saat hari pertama masuk kembali."

"Baik mister," suara para murid bersamaan di kelasku.

Aku langsung saja membereskan peralatan tulis dan kemudian keluar dari kelas.

"Hei, Jesse, tunggu aku," suara yang sepertinya sangat familiar di telingaku.

Aku memalingkan kepalaku ke belakang untuk melihat seseorang yang meneriakiku tadi. Ternyata itu adalah suara Frans dengan keempat temannya, Andreas, Lucy, Dominique, dan Eleanor. Mereka semua teman sekelasku.

"Hei, Jesse, tunggu dulu," Frans yang kelelahan mengejarku.

"Ada apa?"

"Kamu sudah punya kelompok belum?"

"Belum, memang kenapa?"

"Mau bergabung dengan kelompok kita, gak? Kelompok kita kurang satu orang lagi."

"Oh, boleh."

"Kalau begitu kamu ikut kita, oke."

"Kemana?"

"Ke perpustakaan kota untuk mencari referensi tempat yang akan kita kunjungi."

"Baiklah."

Aku pun mengikuti Frans dan yang lainnya ke tempat parkir untuk mengambil mobil Frans. Aku dan yang lainnya masuk ke mobil Frans dan kemudian Frans menancapkan gas untuk pergi ke perpustakaan kota.

Sampai di perpustakaan kota Frans menyuruh aku dan yang lain untuk mencari buku tentang tempat bersejarah yang bagus.

Ketika aku mencari buku di salah satu lorong. Aku mendengar ada suara yang memanggil namaku. Suara itu sepertinya aku pernah mendengarnya. Aku pun mengikuti suara itu berasal.

Suara itu menuntunku ke sebuah buku yang agak sedikit usang. Aku pun mengusapkan cover buku tersebut dengan tangan untuk membaca judulnya yang tertutup debu. Buku tersebut berjudul "Holy Grail".

Aku langsung teringat mimpi yang selalu hadir di tiap tidurku. Dalam mimpi tersebut aku didatangi oleh seorang kakek yang memakai pakaian serba putih. Kakek tersebut mendekatiku dan berkata bahwa dia ingin aku untuk mencari sebuah cawan suci dimana letaknya ada di salah satu tempat bersejarah, yaitu Petra.

Aku langsung membawa buku tersebut ke teman-temanku yang dari setadi sudah berkumpul di sebuah meja panjang.

"Teman-teman, apa kalian telah menemukan kemana kita akan pergi?"

"Belum," sahut teman-teman bersamaan.

"Baik, aku menemukan tempat yang sangat bagus untuk dikunjungi," aku memberitahu sambil duduk di salah satu kursi yang masih kosong.

Langsung saja aku menjelaskan mimpi yang selalu datang kepada teman-teman. Awalnya mereka tertawa karena menganggap aku berguyon semata. Namun aku kemudian menunjukkan buku yang tadi aku temukan. Kemudian mereka masih tidak percaya kepadaku.

"Hei, bagaimana kalau kita pergi ke Pompeii? Di sana tempatnya bagus," sahut Lucy.

Akhirnya semua setuju dan aku berat hati meyetujui hal tersebut. Kemudian kita memutuskan pergi ke Pompeii minggu depan. Kita pun pulang dengan menaiki mobil milik Frans.

Aku adalah orang terakhir yang diantarkan pulang oleh Frans.

"Jesse, maaf ya," sahut Frans dari dalam mobil.

"Maaf untuk persoalan apa?" aku balik bertanya kebinggungan sambil turun dari mobilnya Frans.

"Soal tadi, bukannya aku gak percaya soal mimpimu. Tapi ini semua kan tugas kelompok, jadi semuanya harus ada persetujuan dari kelompok."

"Oh soal itu, gak apa-apa kok. Aku tahu mimpi hanya bunga tidur. Ya lupakan saja."

"Baiklah, kalau begitu besok kau sibuk tidak?"

"Tidak, memang kenapa?"

"Bagaimana kalau besok kau aku traktir minum kopi di pinggir jalan sana?"

"Oke, ya sudah aku masuk dulu."

"Oke, sampai jumpa."

"Sampai jumpa."

Sebenarnya aku tidak setuju untuk pergi ke Pompeii. Karena menurut buku yang kubaca, Pompeii adalah tempat dimana masyarakat dulu sering berbuat maksiat. Aku tidak mau datang ke tempat seperti itu. Namun, karena ini tugas kelompok ya sudahlah.

Aku pulang kisaran sore menjelang malam. Ku kira Ayah telah pulang. Namun, di rumah hanya ada Ibu. Maklum aku adalah anak tunggal, jadi aku sering merasa kesepian. Tapi biasanya untuk mengusir kesepian aku sering membaca buku tentang sejarah.

Yang dianehkan, mimpi yang selalu menghantuiku, mimpi tentang Holy Grail. Sama sekali aku belum pernah membaca bukunya. Sumpah, aku baru melihat buku tentang itu di perpustakaan kota dan belum sempat membacanya.

Aku langsung berpikir untuk mencari buku itu di toko buku setelah minum kopi bersama Frans. Aku masih penasaran tentang semua itu.

"Jesse, kenapa kamu melamun di depan pintu. Ayo masuk, Ibu telah menyiapkan makanan untukmu," suara Ibu yang menyadarkanku dari lamunan yang membuat pikiranku selalu berputar.

"Baik Bu, tapi aku ingin pergi mandi dulu," langsung saja aku masuk ke kamarku untuk menaruh tas dan bergegas ke kamar mandi.

Ketika aku mandi, suara Kakek yang ada di mimpiku tiba-tiba muncul. Langsung saja aku membasuh tubuh dengan handuk dan memakai handuk pergi mengikuti suara Kakek tersebut.

Aku ikuti suara itu sampai ke kamarku. Aku buka pintu kamar perlahan. Aku melihat di sudut kamarku terdapat seseorang memakai baju serba putih seperti yang ada di mimpiku.

"Hei, siapa kau?" sahutku sedikit ketakutan.

"Aku adalah orang yang selalu ada di mimpimu," jawab orang tersebut.

"Mau apa kau ke sini?"

"Aku ingin memberitahukan kepadamu. Tolong kamu cari cawan suci tersebut. Cawan itu sangat berarti untukku."

"Memang untuk apa cawan itu?"

"Kau tidak perlu tahu sekarang. Di perjalanan pasti kamu akan tahu. Sebaiknya besok kamu cari tahu tentang cawan itu di buku yang aku tunjukkan."

"Tapi bagaimana caraku untuk pergi ke tempat cawan suci tersebut?"

"Bujuklah teman-teman agar mereka mau mengikutimu ke tempat dimana cawan suci itu berada."

"Bagaimana caranya?"

"Aku akan membantumu dengan cara aku akan mendatangi mereka melalui mimpi seperti engkau."

Tiba-tiba Kakek tersebut pergi tanpa sempat aku menanyakan hal lain.

"Jesse, ayo cepat makan malam. Ayah sudah sampai rumah nih," sahut Ibu dari lantai bawah.

"Iya Bu, aku sedang memakai baju."

"Baik, Ibu sama Ayah tunggu di meja makan."

Segera aku berpakaian dan turun ke lantai bawah menghampiri Ibu. Di sana teryata sudah ada Ayah yang sudah rapi selesai pulang kerja.

"Tadi Ibu mendengar ada suara orang lain dari kamarmu. Kau sedang berbicara dengan siapa?" sahut Ibu sambil mengambilkan makanan untuk aku dan Ayah.

"Bukan siapa-siapa, tadi aku menyalakan televisi tapi sekarang sudah aku matikan."

"Oh, ya sudah makan dulu itu. Nanti boleh kamu sambung nonton televisi."

"Baiklah Bu."

Aku masih tidak habis pikir soal cawan suci itu. Kenapa aku yang terpilih untuk mencari cawan tersebut? Dan untuk apa sebenarnya cawan tersebut?

Selesai makan aku langsung izin kepada Ibu dan Ayah untuk ke kamar duluan. Ketika di kamar aku menemukan secarik kertas bertuliskan seperti kode morse yang biasa digunakan dalam pramuka. Aku ambil buku sejarah pramuka yang aku miliki di rak buku, dan ternyata di dalam buku tersebut ada tentang kode morse. Aku artikan satu persatu kata dan bila diartikan sebagai berikut.

"Kau adalah orang terpilih untuk mencari cawan suci paling berharga. Kenapa? Karena kaulah orang yang memiliki hati seperti dewa. Tapi, kau harus berhati-hati dalam perjalanan mencari cawan suci tersebut. Karena cawan suci tersebut tidak boleh sampai jatuh ke tangan orang yang salah."

Aku terkejut membacanya. Karena ketika surat itu selesaiku terjemahkan dan kubaca. Secara tiba-tiba surat itu meleleh menjadi air dan kemudian hilang.

Langsung saja aku mengambil laptopku dan mulai mencari tahu tentang cawan suci melalui internet. Banyak spekulasi menyatakan bahwa cawan suci tersebut berada di tempat yang tertulis di Shepherd Monument. Di sana ada sebuah kode yang harus dipecahkan agar bisa mengetahui tempat cawan suci tersebut.

Aku lihat jam ternyata waktu begitu cepat bergulir dan aku pun tidur untuk menyiapkan energi untuk hari esok. Karena aku yakin esok adalah hari yang melelahkan.

-------------------------

Aku terbangun karena mimpi yang selalu menghantuiku. Serasa hari masih pagi buta, setelah kulihat jam ternyata waktu telah menunjukkan pukul 9 pagi. Dimana aku telah janji dengan Frans untuk pergi minum kopi pukul 9 pagi.

Kulihat keluar dari jendela kamarku. Di luar ternyata telah ada mobil milik Frans. Bergegas aku turun ke lantai bawah dan melihat ada Frans di ruang tamu.

"Maaf ya Frans aku baru bangun."

"Ya gak apa-apa kok, kamu mandi dulu sana, lagi pula tempat kopinya juga baru buka."

"Oh, ya sudah aku mandi dulu ya. Kalau mau cemilan, makan aja itu cookies yang di meja."

"Iya, makasih."

Segera aku bergegas pergi mandi tidak mau sampai Frans menunggu terlalu lama. Setelah berpakaian rapi aku langsung menghampiri Frans dan kita pun pergi ke tempat minum kopi.

Sesampainya di sana ternyata tempatnya masih sedikit sepi. Sekiranya baru ada 2 pengunjung.

"Kamu mau pesan apa Jesse?"

"White Coffee saja."

"Ya sudah kamu duduk saja, biar aku yang pesankan."

Kemudian aku langsung duduk dan mengeluarkan handphone-ku dari saku. Kulihat media sosial, semua status dari Andreas, Lucy, Dominique, dan Eleanor. Semua sama, "Mimpi aneh semalam."

Kenapa semua statusnya sama? Aku lansung mengikat perkataan dari Kakek itu semalam. Mungkin saja mereka mimpi sepertiku?

"Hei, melamun saja, ada apa memang? Nih kopi yang kau pesan," suara Frans yang mengagetkanku.

"Oh, gak ada apa-apa kok. Terima kasih ya kopinya."

"Biar aku tebak, kamu pasti melamun soal mimpi kemarin yang kamu ceritakan kepada teman-teman waktu di perpustakaan kota?"

"Iya, kok kamu bisa tahu?"

"Anehnya semalam aku memimpi hal tersebut. Maaf ya sebelumnya aku tidak percaya."

"Iya gak apa-apa kok, tapi apa Andreas, Lucy, Dominique, dan Eleanor memimpikan hal tersebut juga?"

"Iya, ketika kutanya tadi ternyata mereka memimpikan hal tersebut. Kemudian kami berencana untuk pergi ke Petra seperti permintaanmu."

"Tapi sebelum itu, kita harus memastikan bahwa cawan tersebut ada di Petra."

"Apa maksudmu?"

"Aku tidak yakin tempat cawan tersebut di Petra."

"Kenapa demikian?"

"Aku mendapatkan info bahwa kita harus memecahkan kode yang ada di Shepherd Monument untuk mengetahui tempat asli dari cawan suci tersebut."

"Tapi, sebelumnya aku sudah membaca tentang Shepherd Monument. Rata-rata semua ilmuwan di dunia tidak ada yang bisa memecahkan kode tersebut. Apalagi kita yang ilmunya masih di bawa mereka?"

"Aku juga bingung tentang itu. Tapi kamu tahu buku kemarin yang aku tunjukkan di perpustakaan kota?"

"Oh, buku itu, kenapa dengan buku itu?"

"Aku berencana untuk pergi ke toko buku yang ada di pinggir kota. Aku yakin kalau buku tersebut ada di sana."

"Baiklah, ayo kita berangkat."

Sampai di toko buku tersebut, aku dan Frans agak sedikit takut. Karena toko tersebut layaknya sebuah gedung yang sudah tidak ditinggalkan oleh orang. Awalnya Frans mengajakku untuk pergi saja, namun tekadku sudah bulat untuk mencari buku itu.

Aku masuk ke toko tersebut dan Frans mengikuti dari belakang. Di dalamnya banyak sekali buku yang sudah berdebu. Tiba-tiba pemilik toko tersebut datang.

"Sedang mencari buku apa?"

Aku terkejut karena Bapak pemilik toko tersebut hampir mirip seperti Kakek yang ada di mimpiku.

"Bapak mirip seperti..."

"Orang lain? Sudahlah banyak orang yang berkata kalau saya mirip seseorang. Nah, sekarang kau sedang mau mencari buku apa ?"

"Apa kau memiliki buku berjudul Holy Grail?"

"Oh, buku itu, berarti kau tepat datang ke sini."

"Maksudnya?"

"Iya, setelah aku ingat-ingat ternyata kau adalah orang yang selalu ada di mimpiku dan di sana kau selalu minta buku tersebut."

"Apa mungkin?"

"Iya, awalnya ada seorang penjelajah yang mencari buku itu. Namun, aku selalu teringat dengan mimpiku bahwa aku harus memberikan buku itu kepada seorang anak muda, dan ternyata anak muda tersebut adalah kau."

"Oh kalau begitu, apa buku tersebut masih ada?"

"Oh masih, ayo silakan masuk."

Bapak pemilik toko tersebut menuntun aku dan Frans ke sebuah ruangan. Sangat mengagumkan, di ruangan tersebut terdapat rak-rak buku yang menjulang tinggi hingga ke langit-langit, kira-kira 200 kaki. Anehnya dari luar toko buku ini hanya terlihat sekitar 75 kaki saja.

"Apa buku ini yang kau cari, nak?" Bapak tersebut berbicara dari meja yang ada di tengah ruangan sambil menunjukkan sebuah buku yang aku cari.

"Iya, benar itu buku yang aku cari," aku senang bukan kepalang karena akhirnya aku menjumpai buku yang aku cari.

"Kalau aku boleh tahu, untuk apa buku tersebut kau cari?"

"Aku dan temanku ini mendapatkan sebuah mimpi yang sangat aneh. Dimana dalam mimpi tersebut aku didatangi seorang Kakek yang hampir mirip sepertimu. Kakek tersebut meminta kepadaku dan teman-temanku untuk mencari sebuah cawan suci."

"Lalu?"

"Aku dan temanku sangat membutuhkan buku ini untuk mengetahui tentang letak dimana cawan suci tersebut berada."

"Oh.... Kalau begitu kau harus membawa perbekalan untuk menghadapi bahaya yang pasti ada di sana."

"Perbekalan apa?"

"Aku akan memberitahukannya nanti."

"Nanti kapan?"

"Kalian berdua harus membawa teman-teman yang lain. Karena perbekalan tersebut memiliki kegunaannya masing-masing. Tapi, kegunaan tersebut hanya berfungsi kepada orang yang tepat."

"Baiklah kalau begitu, kami akan kembali lagi besok."

Aku segera meninggalkan toko buku tersebut. Tak disangka, padahal aku dan Frans datang ke toko ini siang. Dan kami padahal mengobrol hanya sebentar. Tapi, nyatanya langit sudah gelap.

Frans langsung mengajak aku untuk pulang. Ketika kami mulai meninggalkan toko tersebut, tak sengaja aku menoleh ke belakang. Apa yang kudapati ternyata toko buku tersebut seketika berubah menjadi sebuah toko kue yang ramai pengunjung. Sungguh aneh.

Aku dan Frans pun sampai di rumahku.

"Terima kasih ya Frans, sudah mau direpotkan."

"Iya sama-sama, sekarang sebaiknya kau baca buku itu untuk mengetahui letak cawan suci tersebut."

"Iya baiklah, sampai jumpa."

"Sampai jumpa."

Aku pun masuk ke rumah dan Frans pun pergi dari rumahku. Sampai di rumah ternyata Ayah dan Ibu telah ada di meja makan menunggu aku.

"Hei, Jesse ayo makan," sahut Ibu.

"Baik Bu."

----------------------

Selesai makan aku langsung masuk ke kamar dan menaruh buku yang baru aku dapat tadi di rak buku milikku. Belum sempat aku membaca, karena aku merasa sangat lelah. Aku pun tidur dan bersiap untuk hari esok. Walaupun aku masih suka teringat soal perkataan Bapak tadi tentang sebuah perbekalan.

*

*

*

*

*

To Be Continue...


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top