[ Bab 2 ] : Satu usulan

"Astaga, duo freak dipersatukan."

Adalah dengusan yang dilemparkan Miyuㅡgadis yang masih berada dipelukan prianyaㅡketika melihat aksi Tyan dengan Jena, yang sebenarnya sudah ia antisipasi sebelumnya.

Miyu hafal dengan jelas apabila Tyan dan Jena dipersatukan sudah pasti akan menciptakan suasana chaos, dan hal itu yang paling ia hindari tiap kali mempersatukan keduanyaㅡkarena bagaimana pun, prianya dan pria Jena adalah kembar identik, mau tidak mau mereka akan selalu bertemu disetiap occasion yang ada.

Mendengar dengusan Miyu, Jena yang sudah selesai dengan acara menyapa kembaran pacarnya itu mengarahkan netranya kearah Miyu yang semakin suram akibat energinya benar-benar terkuras habis. Tak hanya menghadap Miyu, pandangannya mengarah pada pakaian gadis itu yang sebenarnya tak jauh beda dengan dirinyaㅡhanya saja dirinya sedikit lebih terbuka.

Mengalihkan pandangannya kearah sang kekasih, Jena memberikan tatapan protes yang langsung diketahui oleh Tirta. "Apa? Mau cari pembelaan kalau baju Miyu enggak jauh beda dari kamu dan Tyan cuma diam aja?"

Menciut, Jena hanya terdiam.

"Miyu mah urusannya Tyan, kalau kamu urusan aku, sayang," ujar Tirta melembut.

Tyan memilih untuk duduk untuk menikmati drama ini lebih lanjut, sedangkan Miyu duduk disebelah Jena karena hanya itu satu-satunya celah yang kosong.

Melihat air muka Jena yang sedikit mendung, Miyu yang masih mengumpulkan sisa-sisa energinya berucap, "pacar lo kaku banget, sama kanebo kering aja kaku pacar lo."

"Tyan yang kembarannya aja enggak strict gitu," bisik Miyu kecil. "Curiga, mereka dari pabrik yang beda."

Menyetujui ucapan Miyu, Nanaㅡgadis yang berada di sebelah Jena tidak sengaja mendengar percakapan itu dan menimbrung kecil. "Iya, pabriknya beda. Pabrik yang buat Tyan rada malfunction, jadi dapet cetakan hyperactive."

"Sialan, kenapa jadi julidin kesayangan gue," decih Miyu memandang kearah Nana sedikit kesal.

Lian, gadis yang sedari tadi menyender kepada Nana akhirnya menegakkan kepalanya untuk menyeruput minumannya kemudian ikut bergabung di obrolan mereka. "Ew, bucin banget."

"Ada baiknya lo travelling bawa kaca, Li," ujar Jena. Nana mengangguk, "biar sadar diri kalau sendirinya lebih bucin."

Tak terima dengan ucapan kawannya, Lian kembali menyender kepada Nana. "Kaya kalian enggak pernah bucin sama pasangan kalian aja, dah."

"Enggak sih, kak Tirta malah yang sering bucin ke gue," bangga Jena yang langsung mendapatkan penolakan dari Nana yang memandangnya penuh sarkasme dan Lian yang memberikan peragaan orang tengah mual.

Sedangkan Miyu yang tengah menelungkupkan kepala menyahut, "kalau bohong pantat lo kelap-kelip."

[ 𝓗𝓸𝓵𝓲𝓭𝓪𝔂 𝔀𝓲𝓽𝓱 𝓾𝓼! ]

Setelah membiarkan Tyan dan Miyu beristirahat sejenak, rombongan yang berisikan delapan orang ini kembali membuka diskusi tentang apa yang hendak mereka lakukan di hari pertama berlibur bersama ini.

Bryan yang sedari tadi gatal hendak menyuarakan idenya akhirnya berucap dengan heboh. "Gue ada ide!"

"Utarakan aja lah, Kak. Enggak ada yang mau nyerobot," ucap Lian mencoba menghentikan kehebohan Bryan.

"Hiking aja gimana?" saran Bryan yang langsung mendapatkan pelototan tiap manusia yang ada disitu. "Kalau enggak, kita explore alam aja disana, mumpung sekarang masih pagi dan gue dengar villanya ada di dalam hutan."

Bryan kemudian tersenyum tanpa dosa. "Lumayan buat konten gue nanti."

Ya, jangan lupakan bahwa pria paling tua yang berada di dalam rombongan ini memiliki pekerjaan sampingan sebagai content creator yang sudah memiliki banyak penggemar disetiap jejaring media sosialnya.

"Gue tau lo content creator, Mas. Cuma nih, orang waras mana yang hari pertama di Villa, masih dalam keadaan jetlag parah mau explore alam, yang ada kita yang di-explore alam," sanggah Tyan yang memberikan jawaban sedikit logis untuk usulan Bryan.

Lian, Jena dan Shaka yang tergabung dalam grup extrovert dimana mereka memiliki lebih banyak energi saja ikut menyetujui sanggahan Tyanㅡapalagi introvert genk yang sudah kelelahan hanya dengan membayangkannya saja, seperti Nana dan Miyu.

Satu suara kemudian muncul, mencoba memberikan saran yang lain. "Hiking atau mau explore sih enggak papa, tapi kata gue minimal 2 hari setelah kita datang dah," celetuk Shaka yang memang sudah dewa-nya dalam urusan explore meng-explore.

"Kalau nanti malam, enaknya nge-grill sama bikin shabu-shabu* aja," lanjut Shaka membuat yang lainnya berbinar karena itu adalah ide yang bagus.

[*rebusan dari aneka macam sayur, daging dan bahan lainnya.]

Berbeda dengan Jena yang sepertinya mendengarkan usulan Shaka hanya setengah dari kalimat saja itu memekik kecil. "Ha? Ngawur banget kak Shaka ngajakin nyabu, halo BNI!"

"Goblok," ketus Miyu yang langsung menjitak kepala gadis yang lebih muda darinya itu. "Cewek lo di-handling, Tir. Terakhir ketemu gejalanya belum separah ini."

Memberi anggukan, Tirta menyeret Jena untuk berada disisinya dan mengampit kepala gadis itu agar tidak banyak tingkah. "Thanks, Miy."

"Lagian, bukannya harusnya panggil BNN, ya?" tanya Lian dengan wajah clueless-nya yang sekali lagi membuat Miyu dengan kesabaran setipis tisu itu ingin melayangkan jitakannya dan Nana yang hanya dapat mengelus dada karena ia tak ingin mengamuk di kedai kopi yang masih ramai orang iniㅡsedang mencoba slay dan anggunly.

Menghela nafas, Shaka memandang Lian lembut. "Sayang, ikutan oneng-nya jangan sekarang, ya? Jadi gimana, yang lain setuju, enggak?"

"Setuju sih gue," jawab Miyu dengan cepat. "Enggak setuju, angkat kaki aja kalian mah."

Gadis itu nampaknya sudah benar-benar hilang kesabaranㅡterlebih jetlag dan social energy drained sangat merepotkannya.

Bryan yang duduk tak jauh dari Tyan mencolek pria dengan hoodie hitam putih itu, membuat sang pria mengalihkan pandangannya. "Tyan, cewek lo gue liat-liat makin galak, ya? Maungnya keluar mulu."

"Nah, justru itu yang bikin dia makin gemesin, Mas," balas Tyan yang sudah seperti remaja dimabuk cintaㅡlate bloomer nampaknya.

Mendengarnya Bryan bergidik ngeri. "Wah, ngeri sih, untung Nana normal-normal aja selama ini, minus demen cubit aja sih."

"Tir, kayanya di keluarga lo yang normal lo doang sih," celetuk Shaka yang langsung diangguki oleh Tirta. "Ya, emang iya, Bang."

Melihat usulan yang masih abu-abu, Nana yang sedari tadi sebagai pengamat itu mengeluarkan suaranya. "Jadi, nanti malam kita bebakaran dan bikin rebusan, 'kan?"

Semuanya mengangguk, lantas Nana menambahkan usulan. "Nge-grill daechang* mau, enggak? Sekalian kita beli beer biar enggak enek banget waktu makan."

[*daechang : usus dari binatang yang di-grill dan memiliki tekstur kenyal.]

"MAU!" seru Lian dan Jena yang kegirangan karena keduanya memang sudah lama ingin makan makanan itu setelah melihatnya berseliweran disetiap sosial media mereka.

Sedangkan Miyu nampak sedikit ragu. "Gue makan yang lain deh, enggak terlalu suka daging selain ayam gue."

"Oh iya, sayangku ini enggak suka daging sapi," sahut Tyan yang memvalidasi ucapan Miyu. "Nanti beli daging ayam dan ikan aja, biar semua bisa makan."

Nana mengangguk, menerima segala usulan yang ada. "Boleh, frozen food juga deh. Jadi sepakat, ya?"

"Sepakat!" "Gas-in aja," ujar mereka saling bersahutan untuk menjawab Nana. Berbeda dengan Bryan yang begitu lantang memberikan jawabannya.

"Sepakat dong, apa yang enggak untuk pacarku ini," ujarnya yang langsung mendapatkan tatapan mencemooh dari teman-temannya.

Jena yang sudah terbebas dari Tirta menyeru, "Lari, ada bucin!" []

ㅡ to be continue! ㅡ

sneak peek fashion airport
dari pemeran laki

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top