25 Februari 2024
Buatlah cerita dengan genre, "New Weird."
Saya nda tau ini New Weird apa bukan '-')7
*.✧ 740 kata *.✧
Ini hari ke-duaku bersama Abigail.
Pagi-pagi sekali, Profesor Watsons membangunkanku dengan wajah sumringah. "Bangun, Asisten. Hari ini kita mengalami kemajuan!" Dan begitulah caraku tiba di lab lebih cepat dari biasanya.
Lekas kugunakan jasku dan mengambil catatan, kemudian pergi ke kamar Abigail seperti kemarin. Saat melewati lorong steril panjang, dari kaca tebal transparan kamar Abigail tampak sudah terang. Aku mengetuk pintu kamar dan memasukkan kode. "Abigail? Ini aku, bagaimana keadaanmu?"
Geraman terdengar dari satu sisi tempat tidurnya. "Ah ... betisku sakit sekali, Bet," desahnya dalam posisi meringkuk. "Bagaimana keadaan Ayah?"
Aku duduk di sebelahnya setelah meletakkan catatan dan mulai memeriksa kondisi Abigail. "Ayahmu tega membangunkanku pagi-pagi buta supaya cepat ke sini," aku terkekeh dan melanjutkan memeriksa keadaannya.
Kusadari ada berbagai perubahan pada tubuh Abigail. Sepertinya serum supernya mulai bekerja. Jari tangannya memanjang, dan kupikir hal yang sama terjadi pada kakinya. Itu sebabnya Abigail mengeluh betisnya sakit.
"Kau akan baik-baik saja," kataku meyakinkannya. "Ayahmu selalu mengawasi dari lab, tenang saja, oke?"
:.:.:
Hal yang sama terjadi lagi keesokan harinya. Profesor Watsons membangunkanku tergesa-gesa. Namun, kali ini sorot matanya menyiratkan kepanikan. Dan benar saja, ketika pintu lab dibuka, suara jeritan samar-samar terdengar dari kamar Abigail di bawah sana.
Aku lekas menyambar jas dan bergegas menuju kamar Abigail. Dari kaca transparan, kamarnya masih gelap, tetapi aku bisa mendengar pekikan kesakitan dari dalamnya.
Perlahan kubuka ventilasi mini di pintu besi. "Abi? Abigail? Kau bisa mendengarku?"
"Akh! Betty! Tolong aku!" jeritnya parau.
"Coba nyalakan dulu lampu kamarmu, Abi," kataku mencoba menenangkannya. "Aku akan memeriksa kondisimu, oke?"
Beberapa detik yang hening, jantungku mulai berdebar panik. Namun, segala asumsi buruk itu lekas menghilang ketika mendengar suara saklar ditekan dan cahaya memancar dari kaca kamar Abigail.
Hal pertama yang kulihat dari balik kaca itu adalah berantakan. Kondisi kamar Abigail seperti kapal pecah. Rak-rak dan buku-buku berhamburan di lantai bersama tubuh Abigail yang tidak berdaya.
Panik, kubuka pintu kamar Abigail dan menghampirinya. "Abi? Abi!" Sekuat tenaga kupindahkan gadis itu ke ranjang. Profesor Watsons sudah menduga hal ini akan terjadi, jadi dia membekaliku dengan suntikan serum super. Perlahan, kucari pembuluh darahnya dan mulai menyuntikkan serum super ke dalam tubuh Abigail. Bersamaan dengan itu, aku mengambil sampel darahnya untuk diuji laboratorium.
Beberapa menit aku menunggu sambil mengamati kondisi tubuhnya. Kakinya memanjang setengah kali ukuran normalnya, wajahnya mulai berubah, banyak kerutan di sana, dan gigi taringnya semakin panjang. Perlahan, Abigail mulai bergerak gelisah sembari memejamkan mata. Kucatat semua itu dengan cepat dan melangkah mundur keluar dari kamar Abigail.
Semua hal yang terjadi di kamar itu, kulaporkan langsung pada Profesor Watsons dan rekannya di lab. Mereka sedang memutar video rekaman CCTV kamar Abigail. Proses pertumbuhan sel dalam tubuh Abigail berlangsung hanya dalam semalam.
"Anda yakin akan melanjutkan eksperimen ini, Profesor?" tanyaku ragu.
Pria tua itu mengambil napas dalam. "Lanjutkan. Sudah setengah jalan. Aku harus membuat Abi menjadi manusia paling sempurna di dunia."
:.:.:
Keesokannya, hari ke-empat jadwalku menemani Abigail, aku justru sakit. Tubuhku panas dan aku sama sekali tidak punya tenaga untuk berjalan. Jadi, aku menelpon Profesor dan meminta izin untuk tidak bekerja hari ini.
Profesor mengizinkan dan berkata akan ada pengganti untukku dalam merawat dan memantau kondisi Abigail. Mendengarnya membuatku lega.
Satu hari cuti sakit itu kugunakan semaksimal mungkin untuk beristirahat dan melakukan hal yang sepertinya perlu kulakukan: meneliti darah Abigail. Kuambil tabung khusus itu dari ranselku dan mulai mengamatinya di bawah mikroskop.
Sekilas, sel-selnya tampak normal. Namun, beberapa menit kemudian aku menemukan kejanggalan yang membuatku refleks menjauhkan wajah dari mikroskop. Kondisi darah Abigail abnormal. Sel darah merahnya berduplikasi setengah kali lebih cepat dari manusia normal.
Aku mengujinya sekali lagi dengan alat khusus dan membandingkannya dengan darahku. Hasilnya benar saja. Kondisi darah Abigail memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dari darahku.
Hal mengejutkan terjadi ketika aku tanpa sengaja meneteskan darahku ke mikroskop yang masih memperhatikan darah Abigail. Penasaran, aku mengintip dari mikroskop.
Darahku ... dimakan oleh darah Abigail.
Ini berbahaya. Aku harus menelpon Profesor!
Tidak diangkat!
Kucoba menghubungi rekannya yang lain, tetapi sama saja. Bahkan ketika aku menelpon ke telpon labolatorium, sambungannya tidak pernah terhubung.
"Betty?" Pintu apartemenku digedor kencang. Itu suara ... Abigail? Bagaimana dia bisa kemari? "Betty, ayo kita pergi makan! Ayahku bilang serumnya berhasil! Aku sudah sehat!"
Tidak.
BREAKING NEWS
Laboratorium Pusat mengalami kecelakaan fatal. Dua di antara subjek penelitian khusus Profesor Watsons dikabarkan bebas berkeliaran di sekitar lingkungan Laboratorium Pusat. Warga setempat dihimbau agar tidak meninggalkan rumah dan melapor jika melihat subjek berkeliaran di sekitar.
Pintu digedor lagi. "Betty? Kau tidak akan pergi makan bersamaku?"
[]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top