Bab 5 - Jujur

Selama perjalanan ke kantin, Rexa mengomel dengan berbagai bahasa ke Deon. Namun, Deon enggan menanggapinya dan malah terlihat tengah mencari-cari seseorang. Bola matanya bergerak ke sana kemari dan ketika Rexa menyadarinya. Pria itu langsung memukul pelan kepala Deon.

"Nyariin apa, cok!"

Deon menggaruk kepalanya yang tadi dipukul oleh Rexa. "Gue nggak nyari apa-apa kok," sanggah Deon sembari memberikan tatapan sinisnya ke arah Rexa.

Rexa mengangguk percaya dan kemudian merangkul teman sebangkunya itu. Pria itu lalu membawa Deon untuk pergi ke kantin, tetapi di tengah perjalanan Deon merasa risih dan langsung melepaskan rangkulan Rexa di bahunya.

"Apaan sih lo," omel Deon yang berhasil membuat Rexa tertawa.

"Sorry, sorry."

Suasana di kantin sedikit sepi, mungkin karena sekarang jam istirahat sudah hampir habis. Namun, Deon dan Rexa tetap pergi ke sana untuk membeli cemilan agar dapat mereka bawa ke kelas.

Sebenarnya Deon tidak lapar, tetapi dia ingin melihat perempuan yang terus-terusan ada di pikirannya belakangan ini.

Sesampai di sebuah kios, Rexa membeli beberapa snack dan minuman. Begitu juga dengan Deon, setelahnya mereka ingin langsung kembali ke kelas. Takut bel masuk kelas berbunyi.

Di tengah perjalanan tiba-tiba saja Deon menabrak seseorang. Tabrakan itu cukup keras karena keduanya sama-sama berlari dari arah yang berlawanan.

"Eh, sorry," ucap Deon dengan rasa bersalah.

Mata Deon melolot kaget setelah tau siapa yang dia tabrak. Pria itu kemudian menghampiri perempuan yang dia tabrak dan memegang lembut lengan atas perempuan itu.

"Lo nggak papa, kan?" tanya Deon dengan wajah khawatir.

Perempuan itu menggeleng pelan, "Nggak papa kok."

Deon melepas pegangan tangannya dan bersikap tegap di hadapan perempuan itu. Dia bingung harus berbicara apa dan Rexa yang berada di sampingnya terlihat ikut bingung dengan interaksi keduanya.

"Eon, yuk, ke kelas," ajak Rexa sembari menarik pelan lengan Deon.

Deon melirik singkat ke arah Rexa dan kemudian beralih ke perempuan yang ada di hadapannya. "Kalau lo kenapa-napa setelah tabrakan tadi, bilang aja ya, gue Deon Byantara, siswa kelas 11A."

Deon mengulurkan tangannya untuk mengajak perempuan itu bersalaman. Namun sayang, perempuan itu tidak menerima tangan Deon sehingga membuat pria tersebut menurunkan tangannya.

"Gue, Hasya Vlora, panggil aja Asya," jawab perempuan yang bernama Asya itu dengan singkat.

Belum sempat Deon bertanya lebih lanjut, tiba-tiba saja bel masuk kelas berbunyi dan Rexa segera menarik tangan Deon untuk kembali ke kelas mereka.

Deon terus-terusan menatap Asya hingga lehernya terasa sakit, "Sorry ya," teriak Deon lagi ke arah Asya.

Kini, Asya masih setia berdiri di tempatnya kemudian tersenyum simpul sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Entah apa yang tengah perempuan itu pikirkan tentang Deon saat ini.

Deon dan Rexa sampai di kelasnya dengan nafas yang tak beraturan. Dada mereka naik turun dengan cepat dan hal tersebut membuat seisi kelas menatap bingung ke arah mereka. Tak lama kemudian, guru mata pelajaran Fisika pun tiba.

Syukurnya, Deon dan Rexa tidak terlambat sehingga mereka tidak perlu mendapat hukuman atau malah dikeluarkan dari kelas.

***

Pikiran Deon masih penuh dengan Asya, perempuan cantik dengan rambut coklat panjang yang selaly terikat. Dia juga bingung mengapa Asya begitu menarik di matanya padahal sebelumnya Deon belum pernah tertarik pada perempuan mana pun. Walaupun, sebenarnya Deon beberapa kali didekati oleh perempuan bahkan di antara mereka juga ada yang pernah sampai menyatakan cinta pada Deon. Namun, pria itu menolak dengan berbagai alasan yang terkesan klise.

Langit kamarnya terlihat begitu menarik untuk pria itu perhatikan hingga akhirnya sebuah bayangan wajah Asya tiba-tiba terlukis di sana.

Deon tidak bisa menahan senyumnya untuk muncul bahkan kini wajahnya memerah karena malu. Iya, dia malu karena memikirkan tentang Asya.

Tak lama kemudian, Rexa datang dengan dahi mengkerut. Pria itu baru saja keluar dari kamar mandi dan dia tentu bingung saat melihat Deon tengah tersenyum sembari menatap langit-langit kamarnya.

Rexa itu memperhatikan langit-langit berwana putih itu, "ada apaan sih?" tanya Rexa entah pada siapa.

Pria itu kemudian mendekat ke arah kasur Deon yang kini teman sebangkunya itu tiduri. Rexa menghempaskan bokongnya pada kasur tersebut sehingga membuat pantulan yang cukup keras sehingga membuat tubuh Deon melambung naik, walaupun tidak tinggi.

Deon bangun dari tidurnya dan mendorong tubuh Rexa dengan pelan. Kini, teman sebangkunya itu tidak bisa menahan tawanya karena melihat Deon melambung tadi.

"Lo gila ya?" tanya Deon dengan suara yang cukup nyaring.

"Emang gue gila," jawab Rexa santai.

"Lagi pula, lo ngapain liat langit-langit itu terus senyum-senyum sendiri," ucap Rexa lagi sembari menunjuk langit-langit kamar Deon yang berwarna putih.

Deon terdiam tanpa bisa menanggapi ucapan Rexa. Pria itu bahkan sampai melamun entah karena apa. Pikirannya tiba-tiba kosong dan hal itu membuat Rexa iseng untuk mengerjai Deon lagi.

Rexa melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Deon yang tengah melamun. Namun, teman sebangkunya itu tidak merespon bahkan tidak mengedip. Hal itu membuat Rexa khawatir dengan temannya tersebut.

Rexa menguncang tubuh Deon hingga temannya itu sadar, "Eon, sadar woy. Kesambet apa lu?"

Kesadaran Deon pun kembali dan sikap dinginnya pun ikut kembali. "Apaan sih lo," ucap Deon sembari melepaskan tangan Rexa di tubuhnya.

Rexa bersila di atas kasur Deon, pria itu juga menghadap ke arah Deon seakan ingin membuat percakapan yang cukup serius.

"Eon," panggil Rexa yang berhasil membuat Deon menatap ke arahnya.

"Lo ada masalah ya?" tanya Rexa dengan hati-hati. Pria itu bahkan mengecilkan volume suaranya agar tidak ada yang mendengar pertanyaannya selain mereka berdua.

Deon menggeleng pelan, "nggak ada, gue nggak ada masalah."

"Terus, kenapa sikap lo berubah gini?"

Salah satu alis Deon terangkat, "Berubah gimana maksud lo?"

"Ya gini, kaya orang lagi jatuh cinta."

Deon terdiam sesaat setelah mendengar ucapan Rexa, apa gue jatuh cinta sama Asya ya? ucap Deon di dalam hati. Namun, pria itu langsung menggelengkan kepalanya agar pikiran tersebut menghilang.

Rexa yang duduk di sampingnya menjadi cukup bingung karena melihat Deon tengah menggeleng-gelengkan kepalanya. "Lo kenapa sih?" tanya Rexa lagi.

"Gue nggak papa ... ."

"Nggak mungkin," sanggah Rexa dengan cepat. "Kalau lo nggak mau cerita, nggak papa kok."

Mata Deon dan Rexa bertemu, Rexa jelas tau bahwa kini teman sebangkunya itu tengah memikirkan sesuatu.

Deon bergumam sebelum mengeluarkan suaranya, dia ragu. Namun, dia juga sadar bahwa Rexa perlu tau agar Deon juga bisa meminta bantuan pada teman sebangkunya tersebut.

"Hmm, iya, gue lagi suka sama seseorang."

***

Wah, Deon sudah mulai jujur nih ke Rexa gimana reaksi teman sebangkunya itu ya kira-kira.

Yuk, kepoin cerita selanjutnya.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top