Bab 23 - Jangan Pergi -


Benar saja bahwa tempat Asya berfoto tadi adalah di kafe yang mereka datangi sekarang. Kafe dengan gaya klasik itu ternyata sering sekali Deon lewati saat berangkat sekolah dan untuk pertama kalinya pria itu masuk ke dalam kafe tersebut untuk mencari pacarnya.

Satu persatu area kafe itu Deon periksa dan di sisi lain Rexa juga memeriksa area yang lain. Sebenarnya mereka agak malu sekarang karena kafe tersebut sedang ramai dan mereka kini tengah menjadi tontonan pengunjung yang ada.

Setelah semua area Deon dan Rexa periksa, mereka akhirnya bertemu di depan kasir sesuai dengan janji mereka sebelumnya. Keduanya tidak bisa menemukan Asya padahal perempuan itu baru saja mengunggah fotonya beberapa menit yang lalu.

"Lo nggak nemu Asya?" tanya Deon yang langsung dijawab dengan gelengan oleh Rexa.

Keduanya bingung harus pergi kemana lagi, karena mereka tidak memiliki tujuan. Pesan yang dikirim oleh Deon melalui instagram pun tidak dibaca ataupun dibalas oleh Asya dan hal tersebut membuat Deon frustrasi.

"Cari kemana lagi dong?" teriak Deon sembari mengusak rambut hitamnya.

Rexa yang menyadari bahwa teriakan temannya itu mengganggu pengunjung kafe, dia langsung membawa Deon keluar menuju parkiran.

Sesampai di parkiran keduanya mulai bertukar pendapat mengenai apa yang akan dilakukan sekarang. Namun, pembicaraan mereka tidak membuahkan hasil dan malah membuat mereka bertengkar.

Ketika bertengkar, Rexa tiba-tiba melihat sosok yang mirip dengan Asya. Pria itu tidak berkata apa-apa dan langsung berlari menghampiri orang yang dia maksud.

Deon yang menyadari temannya itu menghilang langsung mencari Rexa dan setelah ketemu dia ikut berlari ke arah yang sama dengan temannya itu.

Perempuan yang mereka lihat dari belakang tersebut langsung menoleh dan membuat kedua pria tersebut kaget.

"Asya!" pekik Deon dengan semangat. Namun, belum sempat pria itu mendekat. Dia melihat ada pria lain yang berdiri tak jauh dari Asya.

Pria tampan dengan tubuh tinggi itu kemudian berjalan menuju Asya dan merangkul lembut perempuan itu.

"Siapa, Sya?" tanya pria itu.

Deon menatap tak percaya pada pacarnya itu. Bisa-bisanya Asya selingkuh di depannya dan perempuan itu masih bisa mengulas senyum di wajahnya.

"Ini kak, temen aku, Rexa dan ... ."

Asya sengaja memotong ucapannya agar membuat orang-orang yang ada di dekatnya penasaran.

"Ini pacar aku, Deon," jelas Asya sembari tersenyum ke arah Deon.

"Oh, ini yang kamu ceritain sebelumnya?" tanya pria itu dengan wajah ramah.

Pria yang dipanggil Kakak oleh Asya itu kemudian menepuk pundak Deon beberapa kali dan membuat pacar Asya itu sedikit bingung.

"Hai, bro. Gue Atar, kakak sepupunya Asya."

Bisa-bisanya Deon bernafas lega sekarang setelah mengetahui bahwa pria yang berada di hadapannya adalah Kakak Asya, kakak sepupu lebih tepatnya.

"Iya, Kak. Saya Deon, pacarnya Asya."

Atar tersenyum kecil ke arah Deon dan lagi-lagi dia menepuk pundak Deon dengan pelan.

"Nggak usah formal gitu ngomongnya, santai aja," jelas Atar yang membuat Deon tersenyum kaku ke arahnya.

"Ini lo mau balik sama cowok lo atau gimana?" tanya Atar pada Asya.

Asya terdiam sejenak untuk memikirkan apa yang ingin dia jawab. Setelah mendapat jawaban, perempuan itu memilih untuk bersama Deon.

"Aku bareng Deon dulu boleh, Kak? Aku mau ngobrol dulu sama dia," jelas Asya sembari menatap ke arah kakak sepupunya tersebut.

Atar melepas rangkulannya pada Asya dan mengusak rambut panjang adik sepupunya itu yang seperti biasa terikat rapi. "Ya udah kalau gitu, gue balik duluan ya."

Asya mengangguk pelan sembari melambaikan tangannya ke arah Atar yang tengah berjalan menuju mobilnya. Mobil itu terparkir tidak jauh dari tempat mereka semua berdiri tadi.

Setelah Atar pergi, Asya kemudian mengambil tangan Deon dan mengelus pelan tangan pacarnya itu. "Apa kabar?" tanya Asya dengan lembut.

Deon terdiam tanpa mampu menjawab. Namun, ucapan Rexa kemudian memecah keheningan yang ada.

"Kayanya gue nggak pantes deh di sini, gue balik dulu ya," ucap Rexa sebelum menghilang dari pandangan Asya dan Deon.

Asya masih terdiam menunggu jawaban dari Deon, dia sedikit bingung kenapa wajah pacarnya itu bisa sedingin ini.

"Eon, lo nggak papa kan?" tanya Asya yang langsung membuat Deon tersenyum kecil.

"Nggak papa kok."

Keduanya memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kafe dengan maksud mencari tempat berbincang. Saat masuk mereka memutuskan untuk duduk di ujung kafe agar lebih nyaman saat berbincang dan tidak terlalu terganggu oleh suara musik yang ada karena tentunya musik itu tidak terdengar cukup keras di sini.

Asya dan Deon duduk berhadapan dan sepertinya perempuan itu tengah semangat sekarang. Hal itu berbanding terbalik dengan sikap dingin yang tampilkan Deon.

Tidak ada pembicaraan yang keluar dari keduanya setelah duduk berhadapan dan tak lama kemudian pesanan mereka datang. Mereka memesan dua buah minuman dingin juga sepotong kue keju kesukaan Asya.

Tanpa berlama-lama Asya langsung menyendok kue yang ada di depannya dan kini Deon hanya memperhatikan pacarnya itu yang sedang menikmati makannya.

Karena merasa diperhatikan, Asya kemudian menjadi salah tingkah. Perempuan itu tiba-tiba saja mengelap bibirnya, dia kira mulutnya kotor karena kue yang dia makan.

"Bibir aku kotor ya?" tanya Asya dengan panik.

Deon menggeleng pelan sembari mengulurkan tangannya untuk mengelus rambut pacarnya itu. Kini, Asya kebingungan dengan perlakuan manis yang tiba-tiba dari pacarnya itu.

Dahi Asya mengerut saat melihat ke arah Deon. "Lo kenapa?"

"Nggak papa, gue seneng bisa ketemu sama lo lagi," jelas Deon yang langsung mengungkapkan bahwa dia sangat merindukan pacarnya itu.

Dentingan suara sendok yang Asya taruh di atas piring tersebut membuat perhatian Deon teralihkan dan kini wajah perempuan itu memerah karena malu.

Deon kemudian menarik tangan Asya dan mulai mengelus tangan pacarnya itu dengan lembut.

Tatapan mereka bertemu dan jelas terlihat bahwa Deon amat mencintai Asya, walaupun begitu Asya masih belum yakin pada perasaannya karena hubungan mereka yang terhalang oleh agama.

Tanpa Asya sadari, perempuan itu melamun dengan pikiran yang pergi entah kemana. Di sisinya, Deon hanya tersenyum sembari terus mengelus tangan pacarnya itu.

"Sya, tolong jangan ngilang lagi ya, gue nggak sanggup kalau harus ditinggalin sama lo."

Ungkapan tiba-tiba yang Deon layangkan berhasil membuat Asya sadar, perempuan itu kemudian mengulas senyum tipis di wajahnya. Dia tidak mengira bahwa Deon akan berkata seperti itu.

Asya beralih untuk menangkup tangan Deon yang lebih besar dari tangannya. Kedua tangan mereka bertemu, begitupula dengan tatapan mereka.

"Iya, aku janji enggak bakal pergi lagi."

Janji yang Asya ucapkan adalah janji yang kemudian dia ukir di dalam hatinya, selama ini dia juga merasakan kerinduan yang amat mendalam pada Deon. Namun, dia tidak bisa berbuat banyak karena saat menghilang, dia memiliki banyak agenda yang perlu dia lakukan.

***

Yeay, part baruuuu, 🥰🥰

Semoga suka ya.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top