Bab 22 - Selingkuh -
Berhari-hari terlewati tanpa kejelasan tentang hubungan Deon dengan Asya. Kini pria itu bingung harus berbuat apa, karena pacarnya tidak bisa dia hubungin bahkan perempuan itu juga tidak masuk sekolah dan saat dia berkunjung ke kos Asya dengan maksud mencari perempuan itu. Ternyata dia tidak menemukan keberadaan Asya di sana.
Tepat hari ini sudah terhitung lima hari dari kejadian sebelumnya. Dia merasa seperti pacarnya itu tengah menjauhinya entah karena alasan apa padahal dia selalu memperjuangkan perasaannya pada Asya bahkan hingga bertengkar dengan ayahnya.
Memang hubungan mereka baru saja terjalin. Namun, Deon tidak bisa membohongi perasaannya jika memang pria itu memiliki perasaan yang begitu besar pada Asya.
Karena terlalu banyak pikiran, Deon sering kali melamun seperti sekarang. Pria itu tengah termenung di kamarnya setelah pulang dari kos Asya untuk kesekian kalinya, dia sudah tidak menghitung lagi berapa banyak dia pergi ke kost pacarnya itu. Namun, lagi-lagi dia tidak mendapatkan hasil apapun.
Ibu pemilik kos tersebut juga tidak tau kemana Asya pergi, bahkan beliau baru tau sekarang tentang hal tersebut.
Deon memberikan saran pada Ibu kos tersebut untuk membuka pintu kamar Asya. Saat terbuka Deon melihat jelas bahwa di dalam kamar itu tidak ada siapa-siapa.
Semua barang-barang Asya terletak di tempat yang sama seperti sebelumnya. Anehnya semua barang ditinggalkan begitu saja seperti pacarnya itu pergi tanpa persiapan.
Walau Deon bingung. Namun, pria itu bersyukur setidaknya dia tau bahwa pacarnya itu tidak tewas tanpa ketahuan di dalam kamar.
Mungkin Asya tengah pergi entah kemana dan Deon hanya perlu menunggu hingga pacarnya itu kembali. Klise memang. Namun, dia tidak tau harus berbuat apa lagi.
Karena terlalu asik melamun, Deon tidak menyadari bahwa Rexa sudah masuk ke dalam kamarnya. Teman sebangkunya itu berjalan dengan pelan ketika masuk dan kemudian mengejutkan Deon.
Tentu Deon terkejut bahkan pria itu sempat melemparkan guling ke arah Rexa karena kesal, tetapi temannya itu malah tertawa kesenangan.
"Gila ya lo!" bentak Deon dengan wajah kesal.
Rexa tidak bisa berhenti tertawa karena melihat wajah Deon. Dia tau sahabatnya itu tengah dalam keadaan yang kurang baik sehingga dia ingin bercanda dengan Deon.
Setelah berhenti tertawa, Rexa berusaha duduk di samping Deon dan akhirnya pria itu menggeser tubuhnya untuk memberi ruang agar Rexa bisa duduk di sampingnya.
"Geseran dikit kek," oceh Rexa yang langsung membuat Deon melirik tajam ke arahnya.
Rexa mengikuti gaya duduk Deon yaitu menyenderkan tubuhnya di kepala tempat tidur. Beberapa kali Rexa melirik ke arah temannya itu yang kini terlihat tengah melamun.
"Jangan kebanyakan ngelamun, ntar kesambet lu," canda Rexa yang lagi-lagi mendapat lirikan tajam dari Deon.
Sebenarnya, Rexa takut pada temannya itu. Namun, dia akan melakukan apa saja untuk membuat suasana hati Deon kembali membaik.
"Lo udah makan?" tanya Rexa dengan pelan yang langsung mendapat senyuman masam dari Deon.
"Nggak usah sok perhatian gitu deh lo!" sindir Deon yang membuat Rexa menghela nafasnya.
"Gue baik salah, gue jahat salah. Mau lo apa sih!"
Rexa berakting seperti tengah menjadi korban sekarang ini. Deon yang menyadari hal itu langsung mengubah posisi duduknya sehingga berhadapan dengan temannya itu.
"Mau gue, lo pergi dari sini!" perintah Deon sembari menunjuk pintu kamarnya.
Rexa yang menyadari dirinya diusir langsung memohon pada Deon untuk tidak menyuruhnya pulang. "Ihh, sorry, jangan usir gue, njir," lirih Rexa sembari bergelendotan pada tangan Deon. Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena teman sebangkunya itu buru-buru berdiri dengan alasan ingin pergi mandi.
"Serah lo deh, gue mau mandi."
***
Sepeninggal Deon, Rexa langsung bermain game seperti biasanya. Namun, saat di tengah permainan tiba-tiba saja dia di ganggu oleh suara ponsel Deon yang terus berbunyi.
Karena suaranya cukup nyaring, Rexa memutuskan untuk memberi tahu Deon dengan cara berteriak pada temannya itu yang kini tengah mandi. "Eon, hape lo bunyi!"
Rexa tau batasan pertemanannya dengan Deon salah satunya adalah tidak boleh memegang ponsel satu sama lain sehingga Rexa tidak mengambil ponsel itu dan membiarkannya sampai temannya itu keluar dari kamar mandi.
Tak lama kemudian, akhirnya Deon selesai mandi. Dia keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya.
Rexa yang menyadari kedatangan Deon pun langsung menoleh ke belakang, dimana kini ada temannya itu tengah berdiri.
"Tuh, hape lo bunyi mulu," oceh Rexa singkat. Lalu, pria itu kembali memainkan konsolnya.
Selang beberapa menit, Rexa mengakhiri permainannya dan terkejutnya dia saat mendapati Deon masih berdiri termenung melihat layar ponselnya.
Rexa langsung berdiri dan menepuk pundak Deon untuk menyadarkan temannya itu. "Heh, lo kenapa?"
Deon akhirnya sadar dan berulang kali mengedipkan matanya. "Gue nggak papa," ucap pria itu singkat sembari melempar ponselnya ke atas kasur. Lalu setelahnya, dia pergi masuk ke dalam tempat ganti baju.
Rexa menyadari ada hal yang aneh dari temannya itu dan kemudian mengambil ponsel Deon. Sebenarnya dia sedikit takut bahkan berulang kali dia memperhatikan pintu yang dimasuki temannya itu dia takut-takut jika Deon keluar tiba-tiba.
Dengan penuh penasaran Rexa akhirnya membuka ponsel Deon dan terkejutnya dia saat melihat ada foto Asya dengan pria lain terpampang di layar ponsel temannya itu.
Belum sempat Rexa mencari tau, tiba-tiba saja Deon keluar. Namun, dia bersyukur karena masih sempat melempar kembali ponsel temannya itu ke atas kasur.
Rexa mengulas senyum kakunya ketika Deon mendapati temannya itu masih berdiri di tempat yang sama.
"Lo kenapa?" tanya Deon dengan santai dan membuat Rexa bingung.
"Harusnya gue yang nanya sih, lo nggak papa?"
Rexa sedikit ragu saat bertanya. Namun, dia tau bahwa temannya itu tengah sedih sekarang. Seperti biasa, Deon berhasil menutupi perasaannya.
"Gue kenapa emangnya?"
Rexa menghela nafasnya setelah mendengar pertanyaan yang Deon berikan. Pria itu kemudian mendekat ke arah temannya dan menepuk pundak Deon beberapa kali.
"Gue tau lo sekarang lagi sedih, nggak papa kok. Itu wajar."
Deon menepis tangan Rexa dengan cepat dan menatap mata temannya itu dengan tajam. "Gue kurang apa sih, kenapa Asya malah selingkuhin gue gini!"
Teriakan Deon terdengar cukup keras sehingga membuat Rexa terkejut. "Gue juga nggak tau, lo juga pasti nggak tau kan, ada baiknya lo cari tau."
"Gimana gue mau cari tau, kalau dia aja jauhin gue gini!"
Rexa terdiam menyadari situasi mereka saat ini. Kini dia tengah memaki Asya di dalam hati karena berhasil menghancurkan hidup Deon lagi. Baru sebentar temannya itu merasakan kebahagian. Namun, kini semua hancur tak bersisa.
Rexa menundukkan kepalanya dan matanya kemudian tertarik pada latar belakang tempat foto itu diambil.
"Hmm, gimana kalau kita cari dia di kafe itu?" saran Rexa dengan tiba-tiba.
Pria itu akhirnya menyadari bahwa tempat Asya berfoto itu adalah tempat yang dia ketahui. Kafe yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah Deon.
Temannya itu masih tidak bereaksi apa-apa sehingga Rexa langsung menariknya keluar dari kamar dan pergi menuju motornya.
"Semoga aja kita bisa ketemu dia ya."
***
Semoga sukaa yaaa.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top