Bab 12 - Gue Boleh Ikut?
Langit malam menyapa siapa saja yang tengah berada di luar ruangan. Angin yang bertiup kemudian berhasil membuat tubuh terasa begitu dingin. Untungnya cuaca sangat mendukung sehingga pria bersweater hitam itu tidak perlu takut kehujanan.
Langkahnya tak berarah dan pandangannya terlalu fokus pada kerikil yang sedari dia tendang entah sejak kapan.
Kini, dia merasa bebas. Walaupun, dia jelas masih belum tau harus berbuat apa.
Sebuah kursi yang jaraknya tidak terlalu jauh dari dirinya terlihat begitu menarik sehingga dia datangi dan duduk di kursi tersebut.
Deon menatap kendaraan yang lalu lalang di hadapannya. Dia tau, dia harus memikirkan hal yang akan dia lakukan kelak. Tapi untuk memulai saja, dia tak tau bagaimana.
Tanpa pria itu sadari, dia melamun dan membuat sebuah skenario di dalam kepalanya. Sebuah skenario indah yang tak tau dapat terwujud atau tidak.
Ketika kesadarannya mulai kembali, dia sangat terkejut karena mendapati Asya tengah berdiri di depannya. Perempuan itu membungkuk dengan tangan yang dia masukkan di dalam saku celana. Wajahnya mendekat ke wajah Deon hingga nyaris mengikis jarak antara mereka.
"Lo ngapain di sini?" tanya Asya dengan salah satu alis terangkat
Tentu Asya bingung karena sekarang sudah nyaris pukul 10 malam dan Deon masih berada di jalanan.
Deon tidak menjawab dan membuat Asya paham. Perempuan itu kemudian kembali berdiri tegak dan duduk di sisi Deon sembari ikut memperhatikan jalanan yang sudah mulai sepi itu. Kakinya menyilang agar bisa lebih nyaman dan juga tangan yang sebelumnya di dalam saku, dia keluarkan dan lipat di depan dada.
"Kalau lo nggak mau cerita, nggak papa kok. Itu hak lo," jelas Asya dengan tiba-tiba tanpa menatap ke arah Deon.
Ucapan Asya tersebut membuat kepala Deon menoleh ke arah perempuan dengan baju lengan panjang berwarna mint. Asya yang merasa di tatap kemudian ikut menatap Deon sembari melemparkan senyuman manisnya.
"Tapi, kalau lo ada masalah, lo bisa cari gue kok. Kalau gue bisa bantu, pasti gue bantu."
Lagi-lagi ucapan Asya terdengar begitu merdu di telinga Deon dan membuat pria itu merasa haru. Matanya berkaca-kaca nyaris menangis. Namun, dengan cepat pria itu membuang tatapannya agar mata sedihnya tak dilihat oleh Asya.
Asya tiba-tiba saja menatap jam tangannya dan kemudian berdiri. "Udah jam 10 nih, gue balik duluan ya."
Dengan cepat Deon menahan langkah Asya dengan menarik tangan perempuan itu. Asya menatap bingung pada cengkraman tangan pria tersebut.
"Gue boleh ikut?" tanya Deon dengan pelan sembari menatap ke bawah. Tak ada keberanian di dalam diri pria itu saat ini untuk menatap lawan bicaranya.
"Ikut? Ikut kemana?"
"Kos lo."
Jawaban singkat dan cepat dari Deon berhasil membuat Asya bingung. Perempuan itu menatap kasihan pada Deon yang terlihat sudah cukup lama diluar ruangan karena tangan pria itu terasa begitu dingin saat menyapa tangannya.
"Ya udah, yuk ikut."
***
Tidak seperti sebelumnya, kali ini Deon merasa begitu nyaman ketika digonceng oleh Asya. Perempuan itu mengendarai motor dengan kecepatan yang rendah sehingga Deon tak lagi menutup matanya, malah pria itu sangat menikmati perjalanan mereka.
Lucunya, karena Deon jauh lebih tinggi dari Asya, mata pria itu dapat melihat lebih mudah bahkan melewati kepala Asya yang hanya sedagunya.
Setelah sampai, Deon segera turun dari motor Asya, dia takut Asya keberatan jika dia kelamaan berada dibelakang perempuan itu.
Asya memarkirkan motornya dan menenteng helm yang sebelumnya dia gunakan. "Yuk, masuk," ajak Asya yang kemudian berjalan lebih dulu ke dalam kos tersebut.
Deon mengikuti perempuan itu dari belakang hingga masuk ke dalam kamarnya.
"Duduk," perintah Asya setelah keduanya masuk. "Gue mau mandi dulu, abis gue mandi. Lo bisa mandi juga."
Tanpa menunggu balasan Deon, perempuan itu masuk ke dalam kamar mandi.
Deon yang menunggu sembari duduk di atas kasur kemudian memperhatikan lagi kamar perempuan yang dia sukai tersebut. Jauh lebih kecil dari kamarnya. Namun, terasa nyaman.
Deon tiba-tiba saja tertarik pada balkon kamar Asya dan pria itu beranjak dari tempatnya.
Dia sadar bahwa kini Asya tengah asyik mandi karena suara air yang terdengar sampai keluar.
Deon membuka perlahan pintu yang mengarah ke balkon itu dan dia kemudian keluar untuk mendapatkan angin segar.
Matanya tiba-tiba tertutup sembari menarik nafasnya dengan cukup banyak.
Tanpa dia sadari, Asya sudah keluar dari kamar mandi dan menatap bingung ke arah pria itu.
"Lo ngapain?" tanya Asya yang seketika membuat Deon berbalik arah.
Deon terkejut karena mendapati Asya yang belum juga menggunakan pakaiannya. Perempuan itu keluar hanya menggunakan handuk sebatas dada.
Pria itu kembali berbalik arah dan membuat Asya tertawa kecil. Perempuan itu kemudian mengambil baju untuknya juga Deon dan kembali masuk ke dalam kamar mandi.
Cukup lama Asya berada di kamar mandi dan setelah keluar, dia mendapati Deon yang sudah kembali duduk di atas kasur.
"Mandi gih, baju sama handuknya ada di dalam. Kalo dalaman cowok gue nggak punya."
Ada guratan memerahan di pipi Asya saat ini, dia memang blak-blakan. Namun, terasa aneh jika dengan Deon.
Deon beranjak dari kasur dan masuk ke dalam kamar mandi milik Asya. Pria itu mandi dengan cukup lama sehingga membuat Asya bingung. Perempuan itu kemudian menatap lama ponselnya karena makanan yang dia pesan belum juga datang.
Tak lama setelahnya, Deon keluar dengan pakaian miliknya. Syukurnya Asya selalu membeli pakaian yang cukup besar sehingga akan muat dengan tubuh Deon yang jauh lebih besar darinya.
Deon terdiam mematung di hadapan Asya sehingga perempuan itu harus mendongak untuk menatap pria tersebut.
"Lo ngapain berdiri? Duduk," perintah Asya yang kemudian membuat Deon duduk di sisinya.
Asya melirik Deon yang tidak melakukan apa-apa. "Lo ada alergi nggak?" tanya Asya tiba-tiba.
Deon mengangkat wajahnya kemudian melihat ke arah Asya. "Enggak."
"Bagus deh, ini gue ada pesen makan. Moga lo suka ya, lo belum makan kan?"
Deon mengangguk cepat yang langsung membuat Asya tersenyum kecil. "Gue juga belum makan, jadi entar kita makan bareng ya."
Deon tersenyum seraya mengangguk pelan. "Makasih," ucap pria itu singkat.
"Iya, sama-sama."
Mereka berdua sama-sama terdiam dengan pikirannya masing-masing, walau begitu mereka juga menyempatkan diri untuk saling melirik hingga akhirnya ponsel Asya berbunyi, pertanda bahwa makanan yang perempuan itu pesan sudah ada di bawah.
"Bentar ya, gue ambil makanannya dulu," ucap Asya sembari mengangkat telepon tersebut.
Dengan tergesa perempuan itu keluar dari kamarnya, meninggalkan Deon yang bingung harus melakukan apa.
***
Yeay bab 12❤️
Semoga sukaaaa.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top