9 // Berteman

Adrian tidak tahu harus bagaimana menghentikan tangis Sofia. Ia tidak mau jika nanti tiba-tiba ada orang-orang yang berkumpul dan pasti menyalahkannya.

Walaupun memang salahnya tapi ia tidak mau dikeroyok massa.

Adrian memberanikan diri mendekati Sofia, ia merasa sangat bersalah sekarang, dan itu sangat mengusik perasaannya.

Entah kenapa ia merasa Sofia sedang meluapkan beban yang selama ini dialaminya entah beban apa, tapi ia sadar dirinyalah pemicu emosi Sofia meledak seperti saat ini.

Didorong oleh perasaan bersalahnya Adrian merengkuh Sofia ke dalam pelukannya, ia memeluknya erat berusaha menenangkannya.

"Maafkan aku, maaf," ucapnya pelan di telinga Sofia sambil mengelus rambut panjang Sofia.

Adrian mencium wangi vannila dari rambut serta tubuh Sofia, sangat membuatnya nyaman, wangi yang selalu ia rindukan sejak malam di club itu.

Sofia hanya diam saat Adrian memeluknya dan mengucap maaf padanya, untuk sejenak ia membiarkan dirinya berada di pelukan Adrian yang terasa sangat nyaman untuknya.

Untuk saat ini, ia membiarkan dirinya memperlihatkan sisi lemahnya yang telah lama ia kunci dalam hatinya.

Bukan untuk memperlihatkannya pada Adrian tapi lebih pada dirinya sendiri. Ia mengingatkan dirinya kalau luka itu masih di sana, tidak berniat sedikitpun untuk meninggalkannya.

Setelah sekian lama Sofia akhirnya menarik diri dari pelukan Adrian, ia mengusap sisa air mata yang ada di wajahnya dengan kasar.

"Maafkan aku, ya," ucap Adrian tulus.

Sofia diam beberapa saat, kemudian berkata, "Kalau aku memaafkanmu apa hutangku akan lunas?"

Adrian membelalakkan matanya. Benar-benar tidak bisa ia bayangkan apa yang keluar dari bibir Sofia. Bagaimana bisa ia berpikir ke sana.

"Dengan keadaanmu yang seperti ini kamu masih bisa bernegosiasi denganku?" ucap Adrian heran.

"Apa tangisannya tadi hanya pura-pura saja," batin Adrian sangsi.

"Aku hanya berusaha. Apa permohonan maafmu tadi tidak tulus?" ucap Sofia masih dengan suaranya yang terdengar sedikit bergetar.

"Terserah kamu saja mau memaafkanku atau tidak,
yang jelas kamu masih berhutang padaku," jawab Adrian.

"Dasar laki-laki sombong, selalu meminta imbalan pada orang lain, aisshh dasar licik," ucap Sofia dalam hati, ia bahkan tidak sadar menaikkan sudut bibirnya membentuk seringaian. Hal itupun tidak luput dari perhatian Adrian.

"Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Adrian.

"Aku pergi," ucap Sofia melangkah tanpa menjawab pertanyaan Adrian.

Adrian menarik pergelangan tangan Sofia hingga mau tak mau Sofia kini berada di hadapannya, mereka saling menatap ke manik mata masing-masing.

Deg

Jantung keduanya berdetak kencang. Tatapan mereka seperti magnet yang saling menarik. Ada getaran halus yang mengalir ke dalam aliran darah mereka.

Adrian yang tersadar lebih dahulu melepaskan tangannya. Ia berdehem cukup keras untuk mencairkan suasana yang entah kenapa menjadi canggung.

"Ehemmm, Aku kemari mau menjemputmu, kamu mau menemaniku makan malam?" tanya Adrian.

"Aku nggak mau," ucap Sofia.

"Akan kukatakan apa yang aku inginkan," kata Adrian cepat.

Sofia berpikir sebentar. "Baiklah, dan setelah ini jangan pernah muncul lagi di depanku," ucap Sofia.

Adrian hanya tersenyum ringan. "Dia percaya diri juga," batinnya.

"Silahkan!" ucap Adrian meminta Sofia masuk ke dalam mobilnya.

Sofia masuk ke dalam mobil sport hitam milik Adrian.

"Semoga setelah ini ia bisa terlepas dari pria ini," batinnya penuh harap.

Adrian berhenti di sebuah warung sate ayam langganannya, mereka masuk ke dalam dengan pandangan beberapa orang yang terarah pada mereka. Mereka duduk berhadapan. Dan seorang pelayan menghampiri mereka.

"Selamat malam, mau pesan apa mas Adrian?" tanya pelayan itu ramah.

"Sate ayam dua porsi plus lontongnya dan teh manis dua," pesan Adrian.

"Aku sudah makan, kamu saja," ucap Sofia menolak.

"Bawakan sesuai pesanan saya," ucap Adrian pada pelayan itu.

"Baik mas Adrian, mohon menunggu sebentar."

"Aku sudah makan, kamu jangan buang-buang makanan seperti itu," ucap Sofia.

"Dan kenapa pelayan itu mengetahui namamu?" tanyanya lagi.

"Wah pertanyaanmu banyak sekali. Dengar. Pertama kamu akan makan denganku, aku mengajakmu untuk menemaniku makan bukan untuk menontonku, selain itu kamu harus makan yang banyak, tidak enak sekali rasanya memeluk tiang," ucap Adrian santai.

"Apa? Ka...mu?" geram Sofia kesal dan juga malu.

"Gue nggak sekurus tiang juga kali, tubuh gue tahu betul di mana ia harus lebih berisi, sungguh laki-laki ini selalu bisa membuat emosi gue naik turun,"

"Jangan menilai tubuhku sembarangan, kamu saja yang terbiasa memeluk gentong," kata Sofia sarkas.

"Kamu nggak mau kalah juga orangnya," ucap Adrian.

"Sorry aku lagi nggak ikut lomba apapun jadi aku nggak perlu merasa harus menang ataupun kalah," jawab Sofia.

"Permisi, ini pesanannya," kata pelayan itu memotong percakapan keduanya.

"Terima kasih Mbak Ning," ucap Adrian ramah.

"Sama-sama," ucap Ning sambil meletakkan pesanan Adrian di atas meja.

"Kenapa kamu senyum-senyum begitu?" tanya Sofia heran.

"Sebaiknya kamu segera makan setelah itu minum obatmu, kamu mulai kumat," ucap Sofia lagi dengan wajah serius.

"Hahahaha...," tawa Adrian pecah seketika, sungguh ia merasa terhibur setiap bersama Sofia, mereka selalu saling melempar kata-kata yang tidak bisa dikatakan manis tapi entah kenapa begini saja membuatnya merasa bahagia.

Sofia menatapnya tajam

"Maaf," kata Adrian kemudian.

"Ayo makan, kamu pasti suka satenya, ini sangat enak," ajak Adrian.

Sofia hanya melihat Adrian menyantap satenya dengan lahap, ia tergiur, apalagi aromanya manggugah selera.

Sofia meraih satenya dan mulai mengunyahnya, teksturnya lembut tapi tidak hancur, bumbu kacangnya pas sekali.

"Enak," ucapnya kemudian. Membuat Adrian tersenyum, mereka makan dalam diam.

Sofia akhirnya menghabiskan makanannya.

"Jadi bisa kamu katakan sekarang?" tanya Sofia langsung .

"Sebenarnya tadi aku belum tahu imbalan apa yang akan kuminta," jawab Adrian.

"Apa? jangan main-main!" seru Sofia kesal.

"Jangan kesal dulu, aku kan bilang tadi, sekarang aku sudah tahu apa yang kuinginkan. Hm, baiklah. Aku ingin kita berteman," ucap Adrian mantap.

Uhuk uhuk uhuk

Sofia tersedak ia hampir saja menyemburkan teh manis yang sedang diminumnya.

Sofia memukul- mukul dadanya yang terasa penuh dengan pelan, ia berusaha menghilangkan rasa sakit akibat ia tersedak tadi.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Adrian khawatir dan menyodorkan segelas air putih pada Sofia.

"Maksudmu?" tanya Sofia.

"Aku hanya mau berteman denganmu."

"Tidak. Kamu hanya bercanda. Sekarang cepat katakan berapa yang kamu inginkan?" ucap Sofia.

"Bukannya aku pernah mengatakannya padamu? Kalau ini bukan masalah uang. Uangku saja nggak ada habisnya," ujar Adrian.

"Kau pasti bercanda. Katakan saja." kata Sofia mulai tidak sabar.

"Aku sudah mengatakannya tadi. Tapi karena kamu meminta, aku akan mengulanginya lagi. Aku.mau.kita.berteman," ucap Adrian yang sukses membuat Sofia terkejut.

***

Maafkan typo n kegajean author amatir ya heee

Yg follow IG : Dewie Sofia DM ya guys

Luph u phul
😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top