7 // Kamu
Adrian sedang mencoba menyusun program yang cocok untuk seminar universitasnya tiga bulan lagi, seminar akan diadakan di sebuah sekolah internasional di Bali.
Temanya memperkenalkan fakultas apa saja yang ada dan keuntungan- keuntungan lainnya yang bisa didapat di universitasnya.
Tujuannya tentu untuk menarik calon mahasiswa dan mahasiswi baru dari sekolah itu, di mana siswa-siswinya yang tidak hanya cerdas tapi juga berasal dari keluarga yang kaya raya pastinya.
Adrian sudah memiliki ide yang tepat tentang bagaimana caranya memperkenalkan universitasnya, dan ia akan segera menyerahkannya ke Rektor untuk mendapat persetujuan.
Adrian merogoh saku dan mengambil ponselnya.
To : Alan
Gue tunggu di apartemen nanti malam jam 19.00.
Drrrtt drrttt
From : Alan
Ada apa? Gue nggak janji.
To : Alan
Lo harus datang, no excuse.
From : Alan
Miss me?
To : Alan
;)
From : Alan
;(
Adrian tersenyum geli dengan kekonyolan mereka. Kemudian ia mengirim sebuah pesan lagi.
To : Sofia
lagi apa?
1 2 3
Tak ada balasan
To : Sofia
Kenapa tidak membalas pesanku?
Melihat tidak ada balasan ia pun mendial sebuah nomer, ia menunggu beberapa lama, ia mulai kesal karena telponnya pun tidak diangkat.
"Dia pasti sedang bekerja," gumamnya pelan. Adrian mulai merutuki kebodohannya. Lagipula kenapa juga ia jadi sekesal ini, hanya karena gadis itu tidak mengangkat teleponnya.
"Ada apa denganmu A," ucapnya dalam hati. Adrian memegang dadanya yang berdetak lebih kencang dari biasanya. Adrian menghela napas panjang sebelum berjalan menuju mobilnya.
***
Adrian memasuki Rose Cafe dengan langkah yang tegas, wajah tanpa ekspresi yang biasa ditampilkannya membuat para pengunjung penasaran padanya.
Bukannya merasa risih dengan tatapan-tatapan itu, Adrian malah semakin mengangkat dagunya. Menambah kesan angkuh pada dirinya.
Adrian duduk di sebuah meja kosong, tak lama seorang pelayan wanita menghampirinya.
"Selamat siang, mau pesan apa, Mas?" tanya pelayan itu dengan ramah.
"Aku mau pesan nasi goreng ayam, orange jus dan secangkir kopi hitam," ucap Adrian.
"Ada lagi yang lain?" tanya pelayan itu dengan senyum ramahnya.
"Kemari!" ucap Adrian memberi isyarat pada pelayan itu agar mendekat ke arahnya.
Adrian membisikkan sesuatu pada telinga pelayan itu, yang diikuti anggukan si pelayan tanda bahwa ia mengerti.
"Baik Mas, saya permisi dulu," ucap pelayan itu, lalu kembali ke dapur cafe.
Sembari menunggu, Adrian membuka aplikasi line-nya, kemudian mengecek daftar panggilan, dan membuka medsos lainnya. Ia berusaha menghilangkan kegugupannya dan meredakan jantungnya yang berdetak kencang.
Adrian baru sadar, ternyata gadis itu memberikan efek yang luar biasa pada dirinya.
"Selamat siang Mas, ini pesanan Anda," suara lembut menyapa pendengaran Adrian.
Mendengar suara itu, Adrian mendongakkan kepalanya.
"Ka... mu!" seru pelayan itu setengah berteriak karena terkejut.
"Hai," ucap Adrian singkat dengan wajahnya yang tanpa dosa serta sedikit senyuman manis di bibirnya.
"Bagaimana kamu bisa ada di sini?" tanya Sofia heran sekaligus kaget, bahkan Sofia tidak sadar kalau intonasi suaranya mulai meninggi.
Sofia sama sekali tidak peduli dengan senyum manis yang diberikan laki-laki itu padanya.
Berbeda dengan wajah terkejut Sofia, Adrian malah terlihat biasa saja padahal di dalam hati ia juga merasa gugup. Tapi seorang Adrian Hadinata tidak boleh terlihat lemah di depan siapapun.
"Apa begini sambutanmu pada pengunjungmu?" tanya Adrian dengan nada yang sedikit keras dan terkesan menyindir.
Sofia segera menetralkan rasa keterkejutannya dengan menarik napasnya pelan.
"Maaf," ucap Sofia pelan sambil meletakkan makanan yang ada di nampannya.
"Apa dia menguntit gue ya? Darimana dia bisa tahu kalau gue bekerja di sini," tanyanya dalam hati.
Sofia berusaha mengenyahkan pertanyaan-pertanyaan itu dan fokus pada pekerjaannya.
"Selamat menikmati," ucap Sofia berusaha tetap terlihat ramah.
Baru saja ia berbalik hendak pergi, sebuah tangan menarik pergelangan tangannya, membuatnya urung untuk melangkah.
"Apa ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya Sofia, matanya melihat ke arah tangannya yang dipegang oleh pria itu.
"Duduklah di sini!" perintah Adrian.
"Maaf, tapi saya harus kembali bekerja," ucap Sofia.
"Sebentar saja, kamu mau aku melaporkanmu pada Bosmu? Mengatakan kalau kamu tidak mau melayani pengunjung," ucap Adrian dengan suaranya yang terdengar mengancam.
"Kamu sedang mengancamku?" tanya Sofia dengan suara sedikit lebih keras.
"Apa-apaan laki-laki ini,selalu saja menyebalkan," batin Sofia.
"Aku hanya memperingatkan," ucapnya tenang.
Sofia memutar matanya malas, menarik kursi yang ada di depan pria itu kemudian duduk.
Sofia berusaha mengingat namanya. "Hmmm Adrian, ya pria ini namanya Adrian, " batinnya mengingat nama laki-laki yang sudah menolongnya tempo hari.
"Katakan apa maumu?" tanya Sofia langsung.
"Jangan terburu-buru, temani aku makan," kata Adrian.
"Hei, saya pelayan di sini bukan pengunjung sepertimu, kalau tidak ada lagi yang Anda inginkan saya permisi, pekerjaan saya masih banyak," ucap Sofia jengah atas sikap Adrian.
"Kamu tidak lupa hutangmu padaku bukan?" tanya Adrian.
"Gue hampir lupa kalo saja lo nggak nongol di depan gue," batin Sofia.
"Tentu saja tidak, sekarang katakan," tuntut Sofia.
"Bagus sekarang lo jadi munak Sofia Aruna, lain di hati lain di mulut, cih," decihnya dalam hati
"Tidak sekarang, bukankah tadi kamu bilang mau bekerja?" jawab Adrian santai dan mulai menyantap makanannya.
"Ya Tuhan laki-laki ini, tadi dia suruh gue duduk dan sekarang malah ngingetin gue kembali bekerja, gue kan udah bilang tadi."
"Kapan kamu akan memberitahuku?" tanya Sofia geram, ia sudah tidak mau lagi beramah tamah.
"Nanti kuhubungi," jawab Adrian santai.
"Baiklah. Aku mau tanya satu hal padamu," ucap Sofia.
"Tanya saja."
"Darimana kamu tahu tempatku bekerja?" tanya Sofia.
"Bukan urusanmu. Kembalilah bekerja, aku mau makan."
Mata Sofia membulat dan terperangah, tak percaya kemudian menghela napas berat, dadanya bergemuruh. Sofia tidak bisa mengatakan apa-apa, ia berlalu sambil menahan kekesalannya.
"Calm down calm down," batin Sofia sambil mengelus dadanya berulang kali dan menarik napasnya pelan berharap emosinya bisa teredam.
Tapi sepertinya Sofia tidak bisa menutupi kekesalannya sampai ia kembali ke dapur. Menimbulkan rasa penasaran bagi teman-temannya, tapi mereka tidak enak untuk bertanya.
Sedangkan Adrian dengan santainya menyantap makanannya, ia tersenyum dalam hati, meski jantungnya masih berdebar.
Entah kenapa menggoda gadis itu menjadi kesenangan tersendiri baginya. Apalagi gadis itu selalu membalas perkataannya.
"Ini menarik," batin Adrian.
***
Maafkan typo ya....
Folow IG : Dewie sofia
Luph u phul 😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top