55 // Rindu
"A—irrr."
Suara lirih itu terdengar di telinga Adrian yang membuatnya terbangun dengan cepat.
"Kamu sudah bangun sayang. Ya Tuhan syukurlah. Kamu mau minum? tunggu sebentar," Adrian mengambil air putih di atas nakas dan meminumkannya pada Sofia.
Adrian memanggil perawat melalui telepon di dalam kamar rawat Sofia. Dia meminta perawat itu untuk memanggil dokter dan memeriksa keadaan Sofia secepatnya.
"Apa yang kamu rasakan?" ucap Adrian lembut. Wajah bahagia karena Sofia sudah sadar tak bisa disembunyikannya.
"Awww."
"Sakit. Kakiku kenapa?" tanya Sofia saat merasakan kaki kirinya berdenyut dan tak bisa digerakkan.
"Mau duduk?" Sofia menganggukkan kepalanya. Adrian menekan remote ranjang dan mengatur supaya Sofia merasa nyaman.
"Cukup," ucap Sofia.
Seorang dokter dan beberapa perawat masuk ke kamar VVIP tempat Sofia dirawat.
"Maaf saya harus memeriksa keadaan Anda," ucap dokter itu yang dibalas anggukan kecil dari Sofia.
"Apa yang Anda rasakan?" tanya dokter.
"Kepalaku rasanya berat sekali. Dan, kenapa dengan kakiku?" tanya Sofia melihat seluruh kaki kirinya berbalut perban dan rasanya sakit sekali saat ingin digerakkannya.
"Bisa anda mengatakan siapa nama Anda?" tanya dokter meminta Sofia mengatakan namanya.
"Namaku?" ucap Sofia.
Sofia mengernyitkan dahinya tapi kemudian menjawab."Sofia."
"Apa anda mengenal laki-laki ini?" tanya Dokter sambil menunjuk ke arah Adrian.
Adrian cemas. Sangat cemas. Dan takut jika Sofia tidak mengingatnya. Dia takut Sofia terkena amnesia kemudian melupakannya begitu saja.
Sofia melihat ke arah Adrian dengan tatapan yang tidak dimengerti oleh Adrian.
"Dia. Adrian," jawab Sofia tenang.
"Anda ingat semua hal yang terjadi pada Anda?" Dokter itu kembali bertanya.
"Anneke? Bagaimana dengan Anneke Dokter?" tanya Sofia saat ia mengingat kejadian yang dialaminya hingga membuatnya terbaring di rumah sakit.
"Aduh."
Sofia memegang kepalanya yang terasa berdenyut.
"Tenanglah," ucap Adrian memegang bahu Sofia.
"Terjadi benturan di kepala Anda. Syukurlah sudah teratasi. Maaf, kaki kiri anda mengalami patah tulang, kami akan melakukan yang terbaik. Anda harus banyak istirahat agar segera pulih," terang Dokter.
"Kakiku tidak apa-apa kan Dok?" tanya Sofia panik.
"Jangan khawatir dalam beberapa minggu ke depan Anda bisa berjalan dengan normal lagi," jelas Dokter.
"Ya Tuhan," ucap Sofia menutup mulutnya shock.
"Jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja. Aku akan selalu menemanimu dan membantumu agar kamu segera pulih," ucap Adrian menenangkan Sofia.
"Oh ya. Orang yang berada bersama anda dalam kecelakaan itu masih membutuhkan perawatan lebih lanjut. Kondisinya cukup mengkhawatirkan," kata dokter itu.
Sofia tertegun mendengar penjelasan dokter tentang keadaan Anneke.
"Baiklah Pak Adrian. Kondisi pasien sudah stabil. Semoga segera pulih. Saya permisi," kata Dokter itu pamit.
"Tentu Pak Dokter. Terima kasih atas bantuan Anda," ucap Adrian.
"Jam berapa sekarang?" ucap Sofia.
"Setengah empat lagi. Kamu masih mengantuk?" tanya Adrian. Sofia menggeleng pelan.
Sofia memejamkan matanya. Perlahan kepalanya berhenti berdenyut.
Adrian mendekat ke arah Sofia. Di peluknya tubuh lemah itu. Sofia yang mendapat pelukan tiba-tiba dari Adrian membuka mata.
"Adrian," ucap Sofia lirih.
"Jangan seperti ini lagi. Aku sangat takut terjadi sesuatu padamu," Sofia merasakan pelukan Adrian mengerat.
Sofia balas memeluk Adrian. Disandarkan kepalanya di bahu Adrian.
Untuk beberapa saat mereka hanya saling memeluk, saling meresapi rasa dan arti dirinya bagi satu sama lainnya.
Terkadang hanya dengan satu pelukan Kau akan tahu seberapa besar rasa cinta yang kau miliki.
***
"Ayo sarapan dulu. Setelah itu makan obatnya." Adrian menyuapi Sofia sampai buburnya habis.
"Kamu nggak sarapan?" ucap Sofia.
"Nanti aku ke kantin sebentar," ucap Adrian sambil menyerahkan obat dan segelas air untuk Sofia.
"Kenapa nggak delivery?" tanya Sofia setelah memakan obatnya.
"Aku ke kantin saja ya sayang, kalau delivery kelamaan. Keburu lapar," ucap Adrian mengusap perutnya.
Sofia memberengut kesal. "Nanti di sana kamu digoda sama perawat-perawat yang kecentilan itu."
Adrian tersenyum senang. Sofia cemburu.
"Jangan khawatir sayang jiwa dan raga Aa buat adek seorang," ucap Adrian menggombal.
"Gombal. Kalau dipepet-pepetin sama yang bening-bening aja langsung nyosor," gerutu Sofia.
Adrian menghela napas panjang. Dia tahu kesalahan yang dilakukannya pada gadisnya ini sangatlah banyak.
"Maafkan aku. Tapi, percayalah aku hanya mencintaimu. Aku bisa gila kalau kamu meninggalkanku." Sofia merona mendengar penuturan Adrian. Karena gemas Adrian mengecup bibir Sofia.
Cup.
"Adrian," seru Sofia kaget dan Adrian tertawa ringan.
Tok tok tok.
Terdengar suara pintu ruang rawat Sofia diketuk dengan perlaham membuat Adrian menghentikan tawanya. Tak lama kemudian pintunya pun terbuka.
Sofia dan Adrian menoleh bersamaan ke arah pintu. Sofia menggenggam tangan Adrian erat.
Merasakan genggaman Sofia yang semakin erat, Adrian berbalik dan melihat wajah Sofia berubah pucat.
"Selamat pagi," sapa seorang wanita paruh baya yang masih terlihat kecantikannya. Lalu Adrian melihat ke arah laki-laki paruh baya yang juga tampak tampan dalam balutan kemeja biru yang di kenakannya.
Adrian mengerutkan dahi. Dia merasa mengenali sosok yang kini berdiri di depannya.
Bradias Widjaya.
"Sayang," ucap wanita itu langsung memeluk Sofia yang masih terkejut dengan kedatangan orang tuanya.
"Benarkah mereka ini?" batin Sofia.
"I—ibu," ucap Sofia lirih dan membalas pelukan ibunya.
"Ibu merindukanmu Nak. Bagaimana kabarmu sayang? Kenapa bisa seperti ini?" ujarnya sambil menangis.
Adrian memperhatikan Sofia yang memanggil wanita ini dengan sebutan Ibu.
"Ibu?" ucap Adrian dalam hatinya.
Oke, ia memang masih bingung. Ia bisa bertanya pada Sofia nanti. Ia memutuskan untuk keluar dari ruangan itu. Walau bagaimanapun ia harus memberikan waktu pada Sofia.
Belum sempat Adrian melangkah menjauh, Sofia menahan tangannya. Mata Sofia memohon agar ia tidak pergi.
Adrian tersenyum lembut. "Semua akan baik-baik saja. Aku ada di luar oke," ucap Adrian mengusap lembut kepala Sofia.
Mereka tidak menyadari bahwa Bradias Widjaya dan istrinya memperhatikan interaksi keduanya.
"Saya permisi dulu," ucap Adrian sopan dengan sedikit menundukkan kepalanya sebelum keluar dari ruang rawat Sofia.
"Bagaimana keadaanmu nak?" ucap Ibunya menatap haru pada putri kesayangannya. Tiga tahun adalah waktu paling terburuk bagi keluarganya.
"Aku baik Bu, sebelum kecelakaan ini terjadi," ucap Sofia.
Nyonya Widjaya mengelus wajah putrinya. "Kamu sudah dewasa sayang. Kamu cantik sekali," ujarnya. Air matanya kembali mengalir.
Sofia tersenyum."Ibu baik-baik saja bukan?"
"Bagaimana Ibu bisa baik-baik saja nak. Setiap hari Ibu menangis merindukanmu. Maafkan Ibu. Maafkan Ibu," isak Ibunya tak kuasa menahan tangis. Sofia ikut menangis dalam pelukan Ibunya.
"Hmm." Bradias Widjaya berdehem. Membuat dua orang yang sedang melepas rindu itu melepaskan pelukannya.
"Maafkan kami nak," ucapnya dengan suara yang berat. Sofia tidak tahu harus bersikap apa pada ayahnya.
Bradias mendekat ke arah putrinya. Dia memeluk putrinya yang kini telah berubah menjadi gadis yang sangat cantik dan dewasa.
"Maafkan Ayah. Ayah harap, nanti kamu mengerti kenapa ayah melakukan semua ini. Meski tetap apa yang ayah lakukan juga tidak benar."
Sofia tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya menangis di pelukan Ibunya. Rasa haru memenuhi dadanya.
Sakit hatinya karena sikap ayahnya dulu menguap begitu saja. Semua sirna karena rasa sayang dan rindunya lebih besar.
"Aduh!"
Sofia kembali merasakan kakinya yang berdenyut.
"Apa yang sakit sayang?" tanya ibunya khawatir.
"Kaki Sofia sakit bu," jawab Sofia meringis.
"Kamu istirahat dulu. Ayah keluar sebentar," kata Ayahnya. Sofia dan Ibunya mengangguk.
Sofia dibantu Ibunya berbaring kembali. Mereka bercerita tentang apa saja yang sudah dilalui Sofia. Ibunya tak henti-hentinya menangis.
Sementara itu di luar Adrian masih menunggu. Ia menghubungi Alan, mengabarinya kalau Sofia sudah sadar.
Hmmmm.
Adrian menoleh ke arah suara. Bradias Widjaya menghampirinya semakin dekat. "Boleh duduk di sini?" ucapnya.
"Silahkan!" jawab Adrian.
"Terima kasih," ucap Bradias kemudian duduk di samping Adrian.
"Perkenalkan saya Bradias Widjaya."
"Adrian Hadinata," jawab Adrian membalas uluran tangan Pak Bradias.
"Hadinata company?" tanya Bradias mengerutkan dahi.
"Benar Pak. Senang bisa bertemu dengan Anda Pak Bradias Widjaya," kata Adrian tersenyum.
"Kau mengenalku?"
"Siapa yang tidak mengenal pengusaha sukses seperti Anda," ucap Adrian memuji.
"Terima kasih. Tapi ada satu hal yang ingin kutanyakan. Ada hubungan apa Anda dengan putri saya?" tanya pak Bradias tajam.
"Apa?" ucap Adrian.
"Iya. Ada hubungan apa Anda dengan putri saya. Sofia Aruna Widjaya."
"Sofia putri Pak Bradias Widjaya? benarkah?" batin Adrian.
Meski ia sudah menduganya tapi tetap saja mendengar kebenarannya membuatnya terkejut.
***
Jreng jreng jreng jreng ala upin ipin yah hahahaha
Spesial part ya gaes berhubung bang A mau ngucapin sesuatu ke Sofia (author gaje yang cantiknya gak maksimal2 😄)
Taraaaaaa
Adrian : Heppy bezdey my love my life my soul Sofia, be my lady forever 😙😙😙
💘
Sofia : With all my pleasure my king 😍😍😍
💖💖💖
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top