47 // Apa yang Terjadi?

Seminggu sudah Adrian mengabaikan Sofia. Meski sempat membalas pesan dan menghubunginya sesekali, Sofia bisa merasakan perbedaan sikap Adrian.

Adrian yang sangat perhatian sebelumnya pada Sofia menjadi acuh.
Ada apa ini? Tangan Sofia memegang dadanya, jantungnya berdetak kencang. Entah kenapa perasaan Sofia menjadi tidak enak.

To : Honey

Bisa makan siang nggak?

Sofia menggenggam ponselnya erat, kemudian ia menarik napas pelan.

Send

Setelah beberapa menit sebuah pesan masuk

From: Honey

Aku tidak bisa, ada meeting dengan rekan kerja.

To : Honey

Makan malam? Aku merindukanmu.

Send

Ting

From : Honey

Akan kuusahakan.

"Hanya itu," ucap Sofia dalam hati. Diletakkannya ponselnya begitu saja di mejanya kemudian Sofia kembali memeriksa berkas-berkas perkara yang diberikan Kak Tari padanya.

"Sofia," panggil Kak Tari.

"Jam 11 kau harus bertemu dengan Pak Yasa, orang yang kau temui bersama Bang Rudin waktu itu," ucap Kak Tari memberitahu Sofia.

"Untuk apa?" tanya Sofia heran.

"Dia akan memberikan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kasus yang sudah di konsultasikannya kemarin," jelas Kak Tari.

"Kenapa juga harus aku," gumam Sofia pelan.

" Ada apa?" tanya Kak Tari.

"Ah tidak apa-apa, nanti aku akan kesana. Eh, di mana tempatnya?" tanya Sofia.

"Di Green Café," jawab Kak Tari.

"Oke," jawab Sofia singkat.

Sofia sudah berada di dalam Green Cafe. Pandangannya menyapu seluruh ruangan cafe dan di kursi yang agak dekat dengan jendela. Sofia melihatnya duduk di sana dan Yasa melambaikan tangannya pada Sofia.

"Maaf, aku terlambat," ucap Sofia.

"Tidak apa-apa aku juga baru saja tiba. Silahkan duduk," kata Yasa mempersilahkan Sofia duduk.

"Apa aku bisa melihat dokumennya?" tanya Sofia langsung.

"Santailah sedikit," ucapnya.

"Aku sudah memesankan makanan untukmu. Steak, jus apel dan kentang goreng porsi jumbo," kata Yasa.

"Itu tidak perlu. Aku hanya akan mengambil dokumennya dan langsung pergi," kata Sofia datar.

"Kau akan menemaniku makan. Setelah itu baru aku akan memberikannya padamu," ucap Yasa dengan senyum di wajahnya. Tak lama kemudian seorang pelayan mulai mengantarkan pesanan Yasa.

"Katanya baru tiba kenapa makanannya sampai secepat ini," batin Sofia.

"Ini cafe langgananku kebetulan owner-nya temanku, jadi sebelum berangkat aku sudah memesan terlebih dahulu," jelas Yasa yang sepertinya tahu apa yang dipikirkan Sofia.

Sebenarnya Sofia ingin menolak tapi melihat menu yang disajikan membuatnya jadi lapar.

Sofia memutuskan untuk memakannya, selain karena tidak ingin menolak rezeki, ia juga akan bersikap profesional.

"Ayo kita makan dulu!" ajak Yasa.

"Terima kasih," kata Sofia mulai menyantap makanannya, semakin cepat selesai semakin cepat juga ia pergi.

"Ckckck kau ini, masih saja makan belepotan" Yasa menghapus sisa saus di ujung bibir Sofia dengan jarinya.

Sofia merasa deja vu, dengan cepat ia menepis tangan Yasa dan meraih tisu untuk mengelap ujung bibirnya sendiri.

"Maaf," ucap Yasa.

Mereja menyelesaikan makan dalam diam. Hanya bunyi dentingan garpu pada piring dan juga suara pengunjung cafe lainnya yang terdengar.

"Ini dokumen-dokumenku, tapi aku minta waktumu untuk mendengarkanku bicara terlebih dahulu," kata Yasa setelah mereka selesai makan.

"Kalau tidak ada hubungannya dengan pekerjaan, aku tidak ada waktu," ucap Sofia.

"Ini sangat penting Sofia. Kumohon, " pinta Yasa sekali lagi.

"Kalau kau tidak mau memberikan dokumennya aku akan pergi," ucap Sofia datar sambil bersiap untuk keluar dari cafe itu.

"Baiklah. Ini dokumen-dokumennya," Yasa akhirnya menyerahkannya pada Sofia. Sofia meraihnya dan mengecek isinya

"Terima kasih jamuan makan siangnya. Permisi," ucap Sofia.

"Tunggu, aku akan mengantarmu."

"Aku naik Grab," kata Sofia datar.

"Kalau begitu kita jalan samaan ke parkiran." Yasa mengikuti Sofia kemudian menyamakan langkahnya.

Saat hampir beberapa meter dari pintu keluar pandangan Sofia tertuju pada seseorang yang sedang duduk di pojok cafe.

Adrian.

Dia tidak sendiri. Ia sedang bersama seorang wanita cantik yang duduk di sebelahnya.

Apakah ini maksudnya makan siang dengan rekan kerjanya?.

Sofia berpikir untuk menyapanya. Mungkin tidak akan apa-apa pikirnya.

"Kenapa berhenti?" ucap Yasa bertanya pada Sofia karena tiba-tiba ia berhenti melangkah.

"Kau duluan saja. Aku akan menyapa temanku dulu," ucap Sofia.

Yasa tampak sedang berpikir, sampai akhirnya dia mengganggukkan kepalanya? "Jaga dirimu," ucap Yasa sebelum berlalu.

Huft.

Sofia menarik napas panjang kemudian berjalan mendekati Adrian.

"Selamat si...," Sofia tidak menyelesaikan ucapannya karena apa yang dilihatnya membuat lidahnya kelu, jantungnya serasa berhenti berdetak.

Di depannya Adrian dan wanita itu berciuman.di bibir. Sofia melongo, bahkan untuk menutup mulut dengan tanganpun ia tidak bisa.

Sofia ingin meninggalkan tempat ini secepat mungkin sebelum mereka sadar akan kehadirannya tapi ia tak bisa menggerakkan tubuhnya.

Sampai mata itu melihatnya dengan tatapan yang sama kagetnya. Wajah wanita itu masih memerah dan makin merah saat melihat Sofia sedang menatap mereka dengan wajah pucat.

Ini tidak mungkin.

"Sofia" gumam Adrian.

"Apa dia temanmu? maaf aku jadi tidak enak karena kau melihat adegan kami tadi," ucapnya malu-malu

"Perkenalkan aku Almaira Hadinata," katanya mengulurkan tangannya.

A--apa? Almaira Hadinata?

Tidak bisa dibayangkan bagaimana wajah terkejut dan wajah pucat di wajah Sofia saat ini.

"Sofia kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Adrian dengan wajah terkejut.

Sofia masih diam, suaranya seperti tercekat di tenggorokan.

"Ini tidak seperti yang kau lihat," kata Adrian cepat. "Apa-apaan kamu Maira?" katanya pada wanita itu.

Sofia langsung berbalik dan berlari keluar dari cafe itu. Air matanya sudah tidak bisa ia bendung lagi.

"Sofia, tunggu!" Adrian memanggil Sofia namun Sofia terus berlari sekencang mungkin.

Namun langkah Adrian lebih cepat darinya. "Lepaskan aku." Sofia meronta dari cengkeraman Adrian.

"Tidak akan," kata Adrian dengan suara tinggi.

"Aku bilang lepaskan aku. lepaskan aku," Sofia terus meronta-ronta di pelukan Adrian. Sofia memukul-mukul dada Adrian sekuat tenaga.

"Ikut aku," Adrian menarik paksa tangan Sofia. Mengabaikan tatapan orang-orang pada mereka. Adrian membawa Sofia masuk ke dalam mobilnya.

Adrian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang dan Sofia tidak peduli.

Sesekali Sofia menyeka airmatanya. Dengan sekuat tenaga ia menahan agar suara isakannya tidak keluar.

Ban mobil berdecit nyaring saat mobil memasuki parkiran apartemen Adrian.

"Turun!" perintahnya dengan nada dingin tapi Sofia tetap tidak beranjak.

"Turun atau kugendong," ancamnya.

Sofia segera turun dari mobil, mengikutinya dari belakang. Sofia mengeratkan tangannya pada dokumen-dokumen milik Yasa.

Braak.

Pintu apartemen terbanting dengan keras saat mereka sudah masuk ke dalam apartemen.

"Apa kamu akan berdiri di situ terus?" tanyanya melihat Sofia yang masih berdiri di pintu.

"Kenapa?" pertanyaan itulah yang keluar dari bibir Sofia seraya berjalan ke arahnya.

"Almaira Hadinata huh. Kamu masih mencintainya. Iya kan?" teriak Sofia.

"Apa kamu akan kembali bersamanya. Atau kalian memang sudah bersama lagi?" desis Sofia.

"Dengar, semuanya tidak seperti yang kamu lihat"

"Lalu apa?" teriak Sofia frustasi.

"Kamu mengabaikanku karena wanita itu bukan?" Sofia mengatakan hal itu dengan derai air mata.

"Hentikan omong kosongmu Sofia," ucap Adrian.

"Omong kosong?" Sofia tertawa mendengarnya.

"Apa kamu selalu mencium rekan kerjamu? Ah apalagi dia mantan kekasihmu?" kata Sofia sinis.

"Dengar," kata Adrian sambil memegang kedua bahu Sofia dengan keras, matanya menatap Sofia tajam. "Kamu yang mengkhianatiku. Kamu yang membohongiku," ucapnya dengan sorot mata yang tajam.

"Apa maksudmu?" tanya Sofia. Dadanya terasa makin sesak air matanya tidak mau berhenti mengalir.

Adrian semakin mengeratkan tangannya di bahu Sofia membuat ia meringis kesakitan. "Kamu benar-benar ingin tahu?" tanyanya dengan suara dinginnya.

***

Duh si abang napa sih?

Folow IG Sofia ya : Dewie_Sofia
Biar qt tinggalin si abang disini 😂😂

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top