41 // Hati yang Terluka

Adrian sedang memperhatikan setiap detil dokumen yang diserahkan Alan padanya.

"Tolong jelaskan sama gue," ucap Adrian dengan mengerutkan dahinya. Ia sama sekali tidak mengerti.

Alan meraih dokumen itu dari tangan Adrian kemudian mulai mejelaskan.

"Hardiyasa Putranto Kusuma, usia 29 tahun pemimpin perusahaan K_Corporation yang bergerak dibidang property," kata Alan.

"Sepertinya gue pernah mendengar namanya," gumam Adrian.

"Perusahaan induknya di Bali, tapi cabang perusahaannya hampir berada di seluruh Indonesia."

"Bagaimana Sofia bisa berhubungan dengannya?" tanya Adrian tak sabar.

"Sabar A. Lo tinggal dengerin gue aja," kata Alan sebelum melanjutkan.

"Ada beberapa foto yang didapat di Instagram miliknya. Isinya foto dia bersama Sofia. Foto-foto ini saat Sofia mengenakan seragam sekolah," jelas Alan sambil menyodorkan beberapa lembar foto kebersamaan Yasa dengan Sofia.

"Ternyata dia memang cantik dari dulu ya. Lihat saja betapa menggemaskannya dia," ucap Alan dengan senyuman nakal di wajahnya.

"Siapa yang minta komen lo? Dan jangan menatapnya terlalu lama," seru Adrian.

"Ini cuma foto, dasar posesif gila," gerutu Alan, namun Alan segera tersenyum evil begitu melihat sebuah foto.

"Wahhh romantisnya," Alan berkata dengan suara yang cukup keras.

"Apa itu?" tanya Adrian penasaran.

"Yakin lo mau liat?" pancing Alan.

"Mana," kata Adrian dingin.

"Lo yang maksa," ucap Alan singkat sambil menyodorkan sebuah foto di tangannya.

Benar saja, rahang Adrian mengeras, dia menggeram marah melihat foto yang kini berada di tangannya.

Bagaimana tidak, di sana terpajang jelas foto laki-laki itu dan Sofia sedang berada di sebuah taman.

Sofia sedang tersenyum sangat manis. Dan yang membuatnya menahan marah adalah bibir laki-laki itu sedang mengecup sudut bibir Sofia yang berwarna pink.

"Sialan," Adrian melempar foto itu ke samping.

"Hei, gue susah payah dapetin foto itu," seru Alan kaget.

"Terserah," kata Adrian marah.

"Mau dengar semuanya atau sampai di sini?" kata Alan menantang dan tentu saja langsung mendapat tatapan tajam dari Adrian.

Tapi bukan Alan namanya kalau tidak bisa membuat Adrian marah ataupun kesal.

"Baiklah, gue bawa dokumen gue kembali. Sepertinya lo sudah nggak berminat," kata Alan pura-pura merapikan dokumennya kembali.

"Aww," pekik Alan terkejut mendapat timpukan kertas yang entah kapan sudah di remas-remas Adrian membentuk sebuah bola dan mendarat di kepalanya.

"Lanjutkan," perintah Adrian dingin.

Hahahahaha Alan tak bisa lagi menyembunyikan tawanya. Dia bahkan sudah memegangi perutnya takut kram akibat tertawa yang berlebihan.

Adrian berdecak kesal. Dia sadar kalau sedari awal Alan sengaja membuatnya kesal, tapi tetap saja foto- foto itu membuat hatinya panas.

"Sorry A, lo lucu sekali," kata Alan sambil berusaha menghentikan tawanya.

"Semoga lo tidak lupa dengan apa yang gue katakan dulu," kata Adrian datar.

"Itu takkan pernah terjadi. Sudahlah, biar gue lanjutin," kata Alan sambil mengatur deru napasnya.

"Sofia bersekolah di Widjaya International High School Bali. Pihak sekolah masih sama, tidak mau memberikan data-data siswanya. Gue bahkan belum menemukan orang dalam yang bisa diajak bekerjasama," jelas Alan.

"Gue dengar Widjaya Company sangat menjunjung tinggi kesetiaan," kata Adrian.

"Mereka loyal terhadap karyawannya. Dan membenci yang namanya pengkhianatan," kata Alan.

"Hmm begitu," gumam Adrian. "Bagaimana Sofia bisa bersekolah di sana?" tanyanya.

"Itu sekolah bergengsi. Sofia bersekolah di sana karena berasal dari keluarga berada atau beasiswa masih belum jelas?" jawab Alan.

Alan melanjutkan kembali ceritanya dengan wajah seriusnya.

"Anneke Widjaya. Mengupload sebuah foto kebersamaannya bersama laki- laki itu. Di sana tertulis Me and My Beloved Fiance," Alan menyerahkan foto itu pada Adrian.

"Apakah Anneke Widjaya ini putri Pak Bradias Widjaya?" tanya Adrian.

"Tidak ada narasumber yang pasti, tapi dalam sebuah majalah bisnis pernah disebutkan tentang pertunangan Hardiyasa Putranto Kusuma dengan Anneke Widjaya yang didampingi Pak Widjaya dan nyonya Widjaya langsung. Dalam sambutan singkatnya dia bilang pertunangan putrinya," kata Alan.

"Apa karena wanita ini hubungan Sofia dengan laki-laki itu berakhir?" tanya Adrian.

"Sepertinya iya. Sofia bukan tipe gadis alay seperti kebanyakan teman sebayanya. Akunnya lebih dipenuhi dengan foto-foto tentang kehidupan sosial."

"Hm," Adrian berdehem.

"Sepertinya dia suka memotret dan menulis, lihat ini?" kembali Alan menyerahkan beberapa lembar foto.

Dalam foto itu terlihat seorang anak sedang menjajakan dagangannya yang tak seberapa di sebuah lampu merah.

Pakaiannya yang lusuh dipenuhi debu dan peluh tak membuatnya berhenti tersenyum.

Di bawah foto itu tertulis :

"Looks what they can do, but we always ignore them."

Dalam foto lainnya terlihat gambar sekumpulan anak-anak jalanan yang sedang bermain bola di bawah guyuran hujan. Di bawah foto itu tertulis.

The trully happines is when you are lough with your best friends.

Foto dan tulisannya sangat bagus dan menyentuh.

"Keluarganya? Bagaimana Sofia bisa berhubungan dengan Hardiyasa Putranto Kusuma dan Anneke Widjaya?"

"lo bisa tanya laki-laki itu atau Ayah gue," sambung Alan.

"Kenapa Ayah lo?" Adrian mengernyitkan dahinya heran.

"Apa cinta bikin lo pikun?" ejek Alan.

Bukannya kesal Adrian hanya mengedikkan bahunya acuh. Membuat Alan kesal.

"Ayah gue pemilik universitas tempat gadis lo kuliah," kata Alan dengan sedikit menekankan katanya pada gadis lo.

"Entah dengan alasan apa gue nggak tahu, data-data tentang Sofia juga ditutup pihak Universitas," kata Alan.

"Apa lo tidak berniat bertanya langsung pada gadis lo?" usul Alan kemudian.

"Mungkin nanti," gumam Adrian tak yakin.

"Baiklah, kalau ada hal lain lo bisa hubungi gue lagi," kata Alan.

"Gue ada janji dengan seseorang. Gue pergi dulu," kata Alan.

"Tunggu," kata Adrian pelan.

Alan yang baru akan bangun dari duduknya terduduk kembali, "Ada apa?"

"Thanks," kata Adrian cepat.

"Sama-sama. Tagihannya akan gue kirimkan ke email lo," kata Alan sambil berlalu dari ruangan Adrian.

Adrian hanya menggelengkan kepalanya pelan. Adrian meraih amplop coklat yang diterimanya tadi pagi. Dibukanya amplop itu dengan perasaan was-was. Benar saja, foto yang sama seperti yang diterimanya kemarin.

"Tapi, siapa laki-laki ini," batinnya.

Tangan Adrian meremas foto itu kuat. Dia meraih ponselnya dan mengetik sesuatu.

To : Honey

Lagi ngapain hon?

Ting

From : Honey

Lagi bareng Dion sama Sandra. Sudah makan?

Adrian tertawa sumbang. laki-laki di foto itu jelas bukan bocah ingusan itu.

To : Honey

Sudah tidak marahan lagi? apa hanya bertiga?

From : Honey

Sudah. Dion memaafkanku dan ya kami hanya bertiga. Kenapa?

Adrian tidak membalas pesan itu. Dirapikan semua dokumen-dokumen tentang gadisnya, termasuk foto-foto yang tidak diketahui pengirimnya siapa.

"Berapa banyak kebohonganmu," batinnya pelan sambil memijit keningnya yang mulai pening.

***

Sofia menghapus air matanya pelan. Berbagai perasaan berkecamuk dalam hatinya.

Meski berulang kali tersakiti tetap saja, hatinya terasa sakit. Bahkan pukulan tangannya ke dadanya tidak dapat menghilangkan rasa sesaknya.

Malam terus beranjak naik. Udara dingin mulai terasa menusuk tulang.

Setelah mengeratkan jaketnya Sofia meninggalkan taman itu.

Sofia memberhentikan taksi dan menyebutkan alamat apartemen Adrian.

Di dalam taksi dia mengelap wajahnya dengan tisu basah dan menyapu bibirnya dengan lipbalm agar tidak terlihat pucat.

Ya, Sofia merindukan Adrian. Dia butuh seseorang tempatnya bersandar, meski tidak harus mengutarakan permasalahannya.

Bersama laki-laki yang dicintainya saja sudah sangat cukup baginya. Dia selalu ingat, bahwa dia adalah gadis mandiri dan kuat.

Tok tok tok tok tok

"Siapa?"

Terdengar suara bertanya dari dalam apartemen. Tapi itu bukan suara Adrian, itu suara seorang wanita.

Pintu apartemen terbuka lebar, dan benar saja bukan Adrian yang membuka pintunya melainkan

"Fi—ra," ucap Sofia terkejut.

"Ngapain kamu datang kemari?" tanyanya tajam.

"Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Sofia balik dengan tatapan tak kalah tajam.

Fira tertawa mengejek. "Ini apartemen tunanganku, apa anehnya?"

"Kamu jangan bermimpi, Adrian bukan tunanganmu. Minggir," kata Sofia berusaha mendorong tubuhnya yang menghalangi pintu.

Bukannya menyingkir Fira malah mendorong tubuh Sofia keluar menjauh dari pintu.

"Fira," terdengar suara Adrian memanggil dari dalam kamar .

"Sebentar sayang," Fira berteriak membalas panggilan Adrian dengan manja.

"See," katanya dengan senyum penuh kemenangan. "Sebaiknya kamu pergi, dan jangan pernah mengganggu tunanganku lagi. Aku harus menemuinya, dia pasti sudah tidak sabar menungguku. Bye," katanya menutup pintu dengan keras.

Air mata kembali mengalir di wajah Sofia, rongga dadanya kembali terasa sesak.

"Ini tidak mungkin terjadi," batin Sofia.

Secepatnya Sofia mengambil ponselnya dan menulis pesan.

To : Honey

Lagi di mana? Bisa bertemu?

Sofia bersandar di dinding pintu apartemen Adrian," kumohon jangan lakukan ini padaku kumohon," batin Sofia terus memohon agar apa yang dikatakan wanita itu tidak benar.

Selama menunggu balasan pesannya dari Adrian, air mata Sofia tak berhenti mengalir. Dadanya berdetak sangat kencang.

Tapi apa yang diharapkan ternyata tidak terjadi, tubuhnya meluruh ke lantai, air mata kembali mengalir dengan deras saat membaca balasan dari Adrian.

From : Honey

Di kantor.

***

Adrian jahatnya kamu 😡

Follow IG Sofia ya gaesss
@Dewiesofia

Luv u 😚

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top