38 // Kebohongan

"Aku mau bertemu dengan pak Adrian," kata Sofia pada resepsionis.

Resepsionis yang bernama Rania seperti yang tertulis di papan namanya itu melihat Sofia dengan pandangan menilai dan pandangannya berhenti pada sekotak donat yang diletakkannya di atas meja.

"Apa kamu sudah ada janji sebelumnya?" tanyanya sinis.

"Sudah, jam empat aku harus sudah bertemu dengannya," kata Sofia berusaha sopan.

"Ah, mana mungkin pak Adrian mau bertemu dengan gadis sepertimu," katanya lagi.

"Apa maksudmu?" tanya Sofia. menggeram marah.

"Yang bertemu dengan Pak Adrian selalu wanita-wanita cantik dan berkelas. Tidak sepertimu," katanya dengan nada merendahkan.

"Dengar, tak bisakah kau menghubungi pak Adrian dan bilang ada yang ingin bertemu dengannya," kata Sofia dengan nada tinggi," apa dia bilang Adrian hanya menemui wanita wanita cantik dan berkelas, brengsek," batin Sofia.

"Maaf Mbak tapi Pak Adrian sedang tidak bisa diganggu," nada bicaranya hampir sama tingginya dengan Sofia.

"Aku tidak mau berdebat denganmu, sekarang bisakah aku bertemu dengannya," desak Sofia sekali lagi.

"Mbak Fira berpesan padaku untuk tidak membiarkan perempuan manapun menemui pak Adrian," katanya datar.

"Fira,"gumam Sofia pelan.

"Iya Mbak Fira tunangan Pak Adrian," katanya dengan bangga.

Deg

"Sebaiknya kamu pergi saja," katanya lagi.

Bertunangan.

"Kalau dia sudah bertunangan.Tidak mungkin Adrian mengatakan mencintaiku kemarin.Dia juga tidak akan menghindari Fira saat wanita itu datang di rumahnya diacara tahun baru Ah tidak mungkin, aku percaya padanya,"

Drrt drrrt drrrrrt

Ponsel Sofia bergetar membuatnya tersadar dari lamunan.

"Kamu terlambat 10 menit."

"Aku sudah di kantormu sejak 15 menit yang lalu," kata Sofia.

"Lalu kenapa kamu belum sampai di ruanganku?"

Resepsionis itu terlihat mengernyitkan dahinya dan terus menguping pembicaraan Sofia.

"Well resepsionismu ini tidak mengizinkan aku bertemu denganmu,"

"Apa?"

"Mungkin sebaiknya aku pulang saja," rajuk Sofia.

"Apa, Tunggu disana dan jangan kemana-mana."

"Kamu jangan coba-coba mengelabuiku," kata Rania si resepsionis, saat melihat Sofia selesai menelpon.

Sofia hanya mengedikkan bahu acuh.

Tak lama Adrian muncul dan langsung menghampiri Sofia, dia memeluk pinggang Sofia erat sampai Sofia memekik kaget dengan sikapnya.

"Siapa yang mengizinkanmu tidak membiarkannya menemuiku?" katanya dingin.

"Ma--maaf Pak," kata Rania.

"Kamu sudah menghambat pertemuanku dengan kekasihku, kau tahu apa akibatnya?"

"Maafkan saya Pak maafkan saya," ucap Rania ketakutan.

"Dia bilang tunanganmu melarang gadis manapun menemuimu," ucap Sofia pada Adrian dengan suara lirih," biarkan saja ini balasan untuk seorang yang tidak profesional sama sekali," batin Sofia.

"Tunanganku, siapa?" tanya Adrian dengan wajah yang memerah karena marah.

Sedangkan resepsionis itu sendiri terlihat semakin ketakutan, wajahnya sudah memucat.

"Maafkan saya Pak, Mbak Fira yang menyuruhku," katanya pelan.

"Siapa Bosmu?" tanya Adrian dengan suara yang sangat tinggi, Sofia bahkan tersentak kaget.

"A--anda pak," katanya takut-takut.

"Jadi kamu harus menuruti siapa, kamu juga harusnya tahu. Gadis ini adalah kekasihku dan dia bisa kapan saja menemuiku. Lihat wajahnya baik -baik pastikan kau tidak salah orang lagi, itupun kalau aku belum memecatmu."

Sofia tercengang, baru kali ini ia melihat Adrian marah dengan omelan yang begitu panjang dan dia terlihat hm sangat sexy.

Ah tidak-tidak Sofia otakmu tambah mesum saja, apa yang kamu pikirkan.

"Ayo!" Adrian menggandeng Sofia ke lift dengan tangannya yang melingkar sempurna di pinggang Sofia.

"Kau tidak apa-apa?" ucap adrian.

"Iya," jawab Sofia singkat, ia sedang tidak mood sekarang. Ia masih memikirkan kata-kata Rania tadi.

Bukannya menjelaskan sesuatu Adrian malah memeluk Sofia erat.

"Jangan pikirkan apa yang dikatakan resepsionis itu. Tidak ada satupun hal benar yang dikatakannya."

Sofia mengangguk dan tersenyum lembut.

"Hai Sofia," Alan langsung menyapa Sofia saat mereka sudah masuk ke ruang kerja Adrian.

"Hai, bagaimana kabarmu?" tanya Sofia.

"Seperti yang lo lihat, gue semakin tampan," katanya penuh percaya diri.

Sofia tertawa pelan sedangkan Adrian memutar bola matanya malas.

"Ayo duduk di sini. Sepertinya donatnya enak," kata Alan sambil menepuk sofa kosong di sebelahnya.

"Dia akan duduk di sebelah gue," kata Adrian yang menarik Sofia ke sofa di sebelah Alan.

"Lama-lama Sofia akan berpaling ke gue kalau sikap lo selalu menyebalkan seperti itu," ejek Alan.

"Tidak akan," kata Adrian.

"Sudah sudah kalian ini," kata Sofia sambil tertawa ringan,"Kalian punya minuman dingin?" tanya Sofia setelah meletakkan donatt yang dibawanya di atas meja.

"Akan gue ambilkan," kata Alan langsung berdiri ke arah kulkas kecil yang ada di sebelah kanan meja kerja Adrian.

"Tumben inisiatif?" tanya Adrian mengernyitkan dahinya.

"Sebelum lo main perintah seenaknya, ujung-ujungnya juga gue yang disuruh," gerutu Alan kesal.

"Good boy. Aku mau yang keju honey," kata Adrian manja.

"Ini," Sofia menyerahkan donat keju pada Adrian.

"Gue yang green tea," ucap Alan mengambil donat green tea-nya.

"Lo seperti sahabatku Al, dia suka sekali donat greentea," kata Sofia.

Uhuk uhuk uhuk Alan tersedak dan buru-buru Sofia memberikan minuman dingin pada Alan.

"Lo kenapa?" tanya Adrian dengan tatapan bertanya dan tidak suka sekaligus. Sofia menepuk lengannya pelan.

"Sorry. Gue tersedak. Terima kasih airnya Sof," kata Alan pada Sofia.

"Sama-sama, lain kali makannya pelan-pelan," kata Sofia.

"Oya sahabatmu yang suka donat green tea siapa?" tanya Adrian.

"Sandra."

Uhuk uhuk uhuk Alan yang memang sedang minum kembali tersedak.

"Hei...kau tidak apa-apa?" tanya Sofia sambil memberikan tisu.

"Lo kenapa sih aneh sekali?" tanya Adrian pada Alan, wajahnya sudah memerah karena dua kali tersedak.

"Sudah jam lima sore gue pulang dulu. Thanks donatnya, bye," kata Alan langsung bergegas keluar ruangan.

"Dia aneh bukan," kata Adrian.

"Mungkin," kata Sofia.

"Kenapa hanya mungkin? Dia benar- benar aneh," kata Adrian sambil mengunyah donat kejunya untuk kedua kalinya.

"Kau suka sekali donat keju ya?" tanya Sofia sambil mengunyah donat kacang coklat.

"Kau juga suka yang kacang coklat ya?" tanyanya balik dan Sofia menganggukkan kepalanyavkarena mulutnya penuh dengan donat.

Adrian terkekeh pelan melihat mulut Sofia yang penuh dengan donat.
Dia mengelap mulut Sofia dengan tisu dan memberikan minuman dingin padanya.

"Hari ini kamu tidak ke cafe?"

"Tidak. Belakangan ini rasanya aku sering tidak ke café," kata Sofia.

"Apa Bosmu tidak marah?"

"Bosku tidak pernah marah. Dia selalu baik padaku."

"Bosmu sudah tua atau masih muda?" tanya Adrian tiba-tiba, wajahnya terlihat kesal. Sofia tersenyum dalam hati.

"Dia masih muda, tampan dan baik hati. Tak pernah sekalipun dia marah padaku meski aku sering bolos," kata Sofia dengan santai.

"Kamu harus berhenti kerja," katanya dingin.

Uhuk uhuk uhuk Sofia menepuk dadanya dan Adrian sama sekali mengabaikannya.

"Kamu bicara apa sih," Sofia meminum airnya dan menarik napas pelan.

"Bagaimana kalau Bosmu benar- benar menyukaimu."

"Aku tak akan membiarkan kamu berada satu tempat dengan orang yang menyukaimu."

Wajah Adrian terlihat tegang dan sangat serius.

Mmbbbhahahahahahahaha.
akhirnya tawa Sofia meledak.

"Kenapa menertawakanku? Aku serius Sofia Aruna," katanya dingin.

Setelah bersusah payah menghentikan tawa Sofia berkata,"Ya kecuali Bosku itu mau dicincang-cincang sama istrinya yang galak,"

Adrian mengerutkan dahinya, "Apa maksudmu?"

"Bosku sudah memiliki istri dan sebentar lagi cucunya lahir," kata Sofia menahan tawanya yang akan kembali pecah.

"Apa? Jadi, kamu sedang mempermainkanku hah," kata Adrian yang sudah mengunci tubuh Sofia dengan lengan kekarnya. Tubuh Sofia terbaring di atas sofa.

"Bukankah tadi kamu ingin menertawakanku?" kata Adrian kemudian dia menggelitik pinggang Sofia membuat Sofia tertawa karena geli.

"Adrian, stop hahaha," tawa Sofia terdengar indah di telinga Adrian.

"Berhenti," kata Sofia yang sudah tidak tahan lagi karena gelitikan Adrian.

"Aku belum mendengarmu minta maaf," ucap Adrian.

"Maaf. Aku.hanya.bercanda," kata Sofia dengan terputus-putus.

"Usil sekali sih kamu," kata Adrian mengacak rambut Sofia pelan.

Sofia berusaha mengatur napasnya kembali. "Kita cari makan ya. Aku lapar," kata Sofia pada Adrian.

"Iya. Tunggu sebentar aku rapikan dokumenku dulu," kata Adrian.

Saat merapikan dokumen- dokumennya sebuah pesan masuk di ponsel Adrian.

Tanpa melihat pengirimnya ia membuka pesan itu dan isinya sangat mengejutkannya. Pesan itu berisi sebuah foto yang di bawah foto itu tertulis sore ini. Adrian mengepalkan kedua tangannya erat.

Setelah merapikan dokumen- dokumennya Adrian menghampiri Sofia yang sudah selesai merapikan sisa-sisa donat dan minuman mereka.

"Kamu sudah selesai?" tanya Adrian.

"Iya. Oh ya seharian kamu ngapain aja?" tanya Adrian.

"Aku hanya di apartemen Sandra setelah itu aku langsung kemari," kata Sofia.

"Ayo," katanya menggandeng tangan Sofia kemudian keluar dari ruangannya.

"Kamu tidak menemui siapapun?" tanya Adrian saat mereka sudah di dalam lift.

Tubuh Sofia tiba-tiba menegang dan Adrian berpura-pura tidak menyadarinya.

"Tidak ada," katanya.

"Kamu berbohong Sofia," kata Adrian dalam hati.

"Maafkan kebohonganku Adrian, maafkan aku," kata Sofia dalam hati.

***

Yg suka main IG follow yah Dewie Sofia

Luph u muah

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top