37 // Bersiaplah

Wanita itu selalu saja menggangguku, sialan dia sudah merusak moodku saja batin Adrian.

Adrian sudah berada di dalam cafe di depan kantornya, dan ia memilih duduk di kursi yang lumayan tengah karena cafe sedang ramai.

To : Alan

Gue tunggu di cafe depan kantor.

Setelah mengirim pesan ke Alan, Adrian memesan makanan.

Alan yang masih berbicara dengan Fira membaca pesan Adrian kemudian membalasnya.

To : Adrian

Menu gue seperti biasa.

Alan menatap Fira dengan tatapan yang tidak bisa ditebak. "Kenapa lo selalu mengganggu Adrian? Lo sangat tahu Adrian tidak akan pernah menanggapi lo," kata Alan.

"Aku mencintainya, kami sudah dijodohkan sejak kecil," kata Fira santai.

Alan tertawa, "Ayolah itu hanya perbincangan ngawur antar orang tua. Bahkan tidak pernah ada pesta pertunangan."

Alan berdiri dari kursinya. "Sebaiknya lo hentikan ini, tidak ada untungnya buat lo," kata Alan memperingatkan.

"Kita liat saja nanti," kata Fira yakin, kemudian dia ikut berdiri keluar dari ruangan Adrian, tapi sebelum benar- benar pergi dia kembali. "Gadis itu bukan tandingan gue," ucap Fira.

Alan menggelengkan kepalanya. Sebelum menyusul Adrian ke cafe, dia menghubungi seseorang.

"Lo lama sekali," ucap Adrian saat melihat Alan sudah akan duduk di depannya.

"Bicara dengan Fira bikin laper," kata Alan yang langsung mengambil jus jeruk di depannya.

"Lo harus berhati-hati. Kurasa dia merencanakan sesuatu," kata Alan yang sudah mulai menyantap makanannya.

"Gue tahu," ucap Adrian pelan kemudian ikut menyantap makanannya dengan tenang, namun jauh di lubuk hatinya ia merasa was- was.

***

"Gue mau mandi dulu. Pinjam kamar mandi lo," kata Sofia pada Sandra.

"Tunggu dulu," Sandra mencekal lengan Sofia yang mau beranjak dari sofa.

"Apa lagi sih?" kata Sofia.

"Yang menelpon tadi pak Adrian?" ucap Sandra.

Sofia memutar bola matanya malas, dan mengangguk sebagai jawaban.

"Astaga, jadi bener pak Adrian," gumamnya pelan.

"Mulai kumat dah ne anak," batinSofia meninggalkannya langsung menuju kamar mandi, Sandra sangat banyak memiliki stok peralatan mandi baru jadi tidak perlu berbagi.

Sofia menyimpan beberapa pasang pakaiannya lengkap di apartemen Sandra. Karena tidak jarang ia menginap.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Sofia memakai kosmetik milik Sandra.

"Tumben lo pake dandan segala?" tanya Sandra yang masuk ke dalam kamarnya.

"Cuma mau nutupin wajah kacau gue. Gue nggak mau Adrian bertanya kenapa pas liat muka gue," jawab Sofia.

"Kalian janji ketemu di mana?"tanya Sandra penasaran.

"Di kantornya," jawab Sofia santai.

"Apa?" teriaknya histeris.

"Nggak pake toa juga kali ngomongnya," ucap Sofia kesal.

"Lo mau ke universitas?" tanya Sandra.

"Enggaklah, gue bilang mau ke kantornya bukan ke universitas," ucap Sofia.

"Ke mana?" tanya Sandra.

Sofia merapikan penampilannya lagi. "Kurasa cukup," kata Sofia dalam hati.

"Gue mau ke kantornya di Hadinata Company," ucap Sofia. Ia kembali ke ruang tamu dan mengambil ranselnya.

"Pantes saja dia nggak pernah ke kampus," gumamnya.

"Udah ah lo udah gue ceritain juga tadi, bye and thanks," ucap Sofia memeluk Sandra dan keluar dari apartemennya.

"Sofia,"

Saat akan melangkah keluar dari gedung apartemen tiba-tiba seseorang memanggil Sofia dari arah belakang.

"Kamu!" pekik Sofia kaget.

"Kita bicara," kata orang itu dengan suara beratnya yang entah kenapa membuat Sofia merasa deg-degan.

"Nggak ada lagi yang harus kita bicarakan Yas," kata Sofia pelan kepada orang itu, yang ternyata adalah Yasa

"Please," suaranya terdengar memohon.

Sofia menghela napas panjang, ia melihat arlojinya masih ada waktu satu setengah jam.

"Hanya sebentar," ucap Sofia padanya, yang disambutnya dengan senyuman bahagia.

"Ya Tuhan kenapa senyum menawan itu masih bertahan di wajahnya.Sofia ada apa denganmu? Sadarlah dia laki-laki brengsek," batinnya memperingatkannya.

Merek duduk di dalam cafe yang tak jauh dari apartemen Sandra.

Apakah Yasa juga tinggal di apartemen yang sama dengan Sandra? Karena ini kali keduanya ia bertemu dengannya di apartemen Sandra.

"Pelayan bawakan kami jus apel 2?" kata Yasa pada seorang pelayan.

"Kenapa dua?" tanya Sofia heran.

"Kamu lupa? Apapun makanan dan minuman kesukaanmu akan menjadi kesuakaanku," kata Yasa.

"Saat di restoran lalu dia tidak memilih minuman yang sama denganku," pikir Sofia.

"Kemarin aku hanya ingin mencoba minuman yang berbeda denganmu dan rasanya tidak enak," katanya seolah tahu isi pikiran Sofia.

"Kamu tidak perlu melakukannya. Bukankah kita tidak memiliki hubungan apa-apa lagi," kata Sofia datar.

Yasa tersenyum kecut, "Aku masih mencintaimu. Aku akan tetap melakukannya meski kita bukan sepasang kekasih lagi," katanya.

"Aku senang melihatmu baik-baik saja," katanya kemudian.

"Aku tidak perlu berterima kasih atas perhatianmu bukan?" kata Sofia sinis.

"Kenapa kamu tak pernah pulang?" tanya Yasa.

"Rumahku di sini" jawab Sofia datar.

"Kau tahu, saat aku bertemu denganmu di hotel waktu itu, kupikir kau sudah pulang ke rumahmu," kata Yasa.

Pelayan datang dan meletakkan pesanan mereka di meja. "Selamat menikmati," katanya dengan ramah.

Sofia langsung meminum jus apelnya, tapi tenggorokannya rasanya masih saja kering.

Dadanya bergemuruh, hampir 3 tahun ia tidak pernah membahas tentang pulang," memangnya ke mana aku harus pulang? batinnya.

"Mereka merindukanmu. Kau tahu ibumu menangis tanpa henti memanggil namamu," kata Yasa.

"Hentikan!" kata Sofia.

"Saat tahu kamu di Bali, beliau langsung ke hotel. Beliau pingsan setelah mengetahui rombonganmu ternyata sudah kembali ke Jakarta," katanya lagi.

"Kumohon hentikan!" ucap Sofia dengan suara tercekat.

"Beliau sering sakit-sakitan sejak kamu pergi."

"Hentikan!" tangis Sofia akhirnya pecah, ia lupa berada di mana sekarang.

Yasa memeluk Sofia erat, seakan ikut merasakan kesedihannya.

Sesaat Sofis terlena oleh pelukan hangatnya tapi sesegera mungkin ia mendorong Yasa menjauh.

"Waktumu habis, aku harus pergi," kata Sofia kemudian melangkah keluar dari cafe sambil berusaha menghapus air matanya dan menghilangkan sesak di dadanya.

Sedangkan di ujung ruangan cafe itu seseorang tersenyum penuh kemenangan sambil melihat foto-foto yang diambilnya secara diam-diam.

"Kita lihat saja, siapa yang akan memenangkan permainan ini. Nikmati waktumu sayang, sebentar lagi hanya akan ada kita."

***

Hayuuuuu sapa yg nunggu bang adrian 🤔🤔🤔

Makasi buat kalian yg udah voment yah luv u 😘

Follow IG : Dewie Sofia

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top