35 // Maafin Gue


"Dion tunggu," panggil Sofia yang setengah berlari mengejar Dion. Dion mengabaikan panggilan Sofia, dia terus berjalan menuju kelas.

Sofia sampai di depan meja Dion dengan napas yang terengah-engah, "Kita harus bicara" kata Sofia.

Tidak ada jawaban dari Dion, dan dosen mereka sudah masuk ke dalam kelas, membuat Sofia menghela napasnya dan mulai duduk di samping Dion.

Sofia benar-benar tidak bisa fokus saat ini, pikirannya di penuhi oleh berbagai pertanyaan, apakah Dion bisa menerima alasannya bersama Adrian hanya karena cinta?

Bagaimana dengan persahabatan mereka kalau Dion menolak semua penjelasannya?

Sofia menghela napas berat, sesekali ia melirik ke arah Dion, tapi Dion terlihat fokus mendengar penjelasan dosen di depannya, padahal kalau di saat biasa dion pasti sudah tertidur di kursi paling belakang.

Dengan segala perasaan yang berkecamuk dalam hatinya, Sofia berusaha memperhatikan penjelasan dosennya.

"Please, " ucap Sofia mencekal lengan Dion agar dia tidak meninggalkan dirinya di kelas setelah kelas selesai.

Dion yang melihat wajah memelas Sofia menjadi tidak tega, sebelumnya dia berniat mengacuhkannya tapi mungkin ada baiknya mendengar penjelasan Sofia dulu.

Dia juga tidak mau persahabatannya hancur hanya karena bajingan brengsek sekelas laki-laki itu, dion bahkan tidak sudi menyebut namanya.

"Ikut gue" kata Dion datar.  Sofia tersenyum mendengarnya.

Dion mengajak Sofia ke taman belakang kampus, baru pukul 10 pagi suasana di taman masih sepi.

"Lo mau ngomong apa?" ucap Dion datar.

"Gu.gue mau jelasin kejadian kemarin" ucap Sofia pelan.

"Ok," ucap Dion singkat, membuat Sofia was-was dengan reaksi Dion.

"Gue minta maaf kalo selama ini gue nggak cerita tentang Adrian sama lo" jelas Sofia.

"Kalo Sandra?" tanya Dion.

Sofia menggeleng pelan yang dibalas tatapan sinis oleh Dion.

"Lihat, sekarang lo jadi pandai berbohong sama sahabat-sahabat lo hanya karena laki-laki brengsek seperti dia" ucap Dion dingin.

"Maaf, entah sejak kapan gue cinta sama dia Di, dia juga cinta sama gue" jelas Sofia lagi.

"Cih, cinta, laki-laki kayak dia itu brengsek Fi, dia cuma butuh tubuh wanita buat nafsunya doang. Cinta itu nggak ada dalam kamusnya. Lo mau bernasib sama seperti Almaira heh" bentak Dion.

"Adrian orang yang baik Di," kata Sofia pelan, ia masih kaget karena Dion membentaknya.

"Baik darimananya? Ngehamilin kekasihnya, kemudian tidak mau mengakui perbuatannya dan meninggalkannya, apakah itu yang kamu sebut baik?" Dion tertawa hambar.

"Itu hanya kesalah pahaman" terang Sofia.

"Gue nggak mau denger lo bela si brengsek itu. Sejak kapan?" tanya Dion lagi dengan suara datarnya, dia berusaha menahan emosinya.

"Beberapa bulan yang lalu" ucap Sofia.

Dion menghela napasnya berat, "Apa waktu lo jemput gue di kantor polisi, lo udah kenal sama dia?" tanya Dion tajam.

"I.iya" cicit Sofia.

"Shit" kata Dion memukul meja kayu yang ada di depannya.

Sofia memejamkan matanya, Dion tidak akan bisa menerima penjelasannya.

"Ya Tuhan" kata Dion mengacak rambutnya frustasi.

"Maafin gue Di, please" kata Sofia dengan suara memelas.

"Lo berharap gue bagaimana Fi?" tanya Dion dengan nada kecewa membuat hati Sofia sakit.

"Apa gue harus bahagia, melihat sahabat gue berpacaran dengan laki laki brengsek yang udah ngancurin hidup sodara gue, yang mungkin nanyi dia bakal nyakitin kamu."

"Apa gue harus bahagia saat sahabat gue ngebohongin gue selama ini?"

"Gue nggak bermaksud seperti itu. Kami nhgak sengaja ketemu saat gue dan Sandra ke club" kata Sofia mulai menceritakan awal pertemuannya dengan Adrian.

"Setelah keluar dari toilet,  seorang laki-laki mabuk berusaha melecehkan gue" jelas Sofia.

"Apa? Ya Tuhan Sofia Aruna gue benar-benar nggak ngerti sama lo. Hal sebesar ini lo rahasiain dari gue. Jangan-jangan ini juga lo sembunyiin dari Sandra?" tanya geram Dion marah.

"Gue cuma nggak mau bikin kalian khawatir" kata Sofia.

"Lo anggep kita apa Fi?"

Diam. Sofia tidak menjawab pertanyaan Dion.

"Terus sekarang lo mau bilang kalau laki-laki brengsek itu yang nolong lo?" ucap Dion.

"Iya, dan sejak saat itu kami berteman. Dan kami di pertemukan kembali di acara seminar kampus di Bali waktu itu" kata Sofia.

"Gue sama Sandra sangat sayang sama lo Fi. Lo emang sangat tertutup tapi kita berusaha ngertiin lo, Gue cuma mau lo jauhi dia" kata Dion tajam.

"A.apa?" kata Sofia terkejut, tidak menyangka Dion akan memintanya menjauhi Adrian secepat ini.

"Gue bilang jauhi dia" kata Dion setengah berteriak, wajahnya sudah memerah karena amarahnya.

"Gu.gue nggak bisa Di. Gue cinta sama dia" kata Sofia dengan mata yang berkaca-kaca.

"Lo lebih memilih laki-laki brengsek itu daripada gue sahabat lo?" kata Dion dengan nada suara yang lebih tinggi, beberapa mahasiswa yang lewat melirik ke arah mereka.

"Gue nggak bisa milih salah satu di antara kalian Di, kalian orang-orang yang sangat berarti buat gue. Please, jangan minta gue untuk memilih" ucao Sofia dengan suara lirih.

"Gue kecewa banget sama lo" kata Dion dengan suara yang membuat hati Sofia serasa dicubit, hingga akhirnya air mata itu lolos juga dari matanya.

"Maafin gue, maafin gue" kata Sofia berulang-ulang, sambil menyeka air matanya.

Dion yang melihat Sofia dengan keadaan seperti ini merasakan sesak di dadanya, walau bagaimanapun dia sangat menyayanginya.

Dion menghela napasnya kasar, bagaimana bisa, orang-orang yang di sayanginya harus mencintai laki-laki brengsek yang sama.

Dion menghampiri Sofia yang masih melihatnya dengan tatapan bersalah, dan air mata yang mengalir deras di pipinya.

Dion merengkuh tubuh Sofia lembut, memeluk tubuhnya erat dengan perasaan tulus seorang sahabat.

"Gue sangat sayang sama lo, gue nggak mau lo tersakiti, gue nggak mau melihat lo hancur seperti Almaira. Itulah sebabnya gue nggak bisa nerima hubungan lo sama dia. Jaga diri lo baik-baik" kata Dion. lembut, kemudian melepaskan pelukannya.

Setelah mengatakan itu, Dion berbalik dan meninggalkan Sofia yang masih menangis.

"Maafin gue" gumam Sofia pelan sambil mengusap air matanya yang mengalir semakin deras.

***

Maafkan kegajeanku hahahaha
Ups 🙊🙊🙊

😘😘😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top